Our love will guide us through the night. Together we'll make every moment right
Sinar matahari yang masuk lewat jendela kamar Erine membuat sang empu kini terbangun dari mimpi indahnya. Sambil mengumpulkan nyawanya Ia memanggil kedua orang tua nya namun tak kunjung mendapat balasan, malah yang muncul adalah oma nya. Setelah nyawanya benar-benar terkumpul Erine baru ingat jika dia berada di kamar rumah opa oma nya.
"Ya ampun kesayangan oma udah bangun, kamu mandi dulu sana habis itu sarapan ya, oma udah bikinin kamu nasi goreng di dapur" ucap oma yang diangguki oleh Erine.
"Oh iya oma, mama sama papa nanti berangkat nya jam berapa?"
"Ini anak gadis cepet banget lupa nya, kan semalem mereka udah bilang bakal pulang subuh, mama sama papa udah pulang jam 4 tadi. Ga enak ganggu tidur kamu makanya mereka ga jadi pamitan sama kamu" jelas oma yang membuat Erine tersadar
Dirinya bahkan sudah lupa jika orang tua nya akan pulang ke Jakarta saat subuh, dan disini lah dia sekarang, menjalani tiga minggu libur sekolah nya di kediaman oma dan opa nya.
Sebenarnya Erine sangat senang jika bersama oma dan opa nya, tetapi jiwa kota nya yang sudah sangat melekat padanya membuat Ia enggan disini. Apalagi di desa ini masih cukup tertutup dengan modernisasi perkotaan, masyarakat yang tinggal masih melakukan banyak hal secara tradisional. Bahkan untuk menjangkau sebuah sinyal internet saja cukup sulit di sini, mayoritas mereka masih lebih suka menggunakan wartel atau warung telepon jika ingin bercengkrama dengan kerabat luar pedesaan. Walaupun ada yang sudah menggunakan telepon genggam tetap saja jarang digunakan untuk kegiatan sehari-hari.
Kini Erine sudah menyelesaikan sarapannya dan rasa bosan mulai menyeruak di dalam dirinya, Ia hanya mengotak-atik handphone nya bosan karena tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini.
Sesaat kemudian Erine mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar sana sontak menoleh dan mendekat untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat seorang asing yang terlihat umur nya tidak jauh berbeda dengannya namun dengan pakaian kumuh dan wajah cemong yang membuat Erine reflek sedikit menjaga jarak dengan orang tersebut. Orang asing tersebut juga nampak kaget namun Ia dengan segera tersenyum kepada gadis cantik di depannya ini.
"Eh halo kamu ya cucu nya yang dibilang opa?" ujar nya dengan senyum aneh dimata Erine
Erine hanya menatap heran dan menaikkan satu alisnya "Siapa lo?" bukannya menjawab Ia malah bertanya balik kepada seseorang dengan wajah cemong itu.
"Aduh iya lupa, namaku Oline heheh umurku 16 tahun. Salam kenal ya Erine, aku udah dikasih tau sama opa nama kamu duluan hehehe" orang yang memperkenalkan dirinya sebagai Oline itu menjulurkan tangannya kepada Erine sambil tersenyum.
Hey berharap apa pada seorang Erine, dia tentu tidak akan membalas jabatan tangan itu dan malah memutar balikkan matanya malas. Hal itu membuat Oline menarik tangannya dan menggaruk kepala nya bingung, yang malah menambah kesan aneh di mata Erine.
"Jadi lo kesini ngapain? Kalo ga penting gue tutup nih pintu, lagi males ngeladenin orang ga jelas gue sumpah"
"Erine katanya kalau diajak kenalan itu harus membalas perkenalan nya" celetuk Oline membuat Erine makin geram.
"Apaansi anjing, udah sekarang kasih tau gue mau lo apa kesini"
Oline yang melihat Erine mulai terbawa emosi pun berkata "Itu aku disuruh opa buat jadi temen kamu selama disini hehehe, apalagi kita seumuran jadi mungkin lebih ngerti"
"Ntar gue bilang ke opa gue buat gausah nyuruh lo jadi temen gue, ga butuh gue cewe aneh terus kumuh kayak lo, jadi gausah susah-susah jadi temen gue"
"Aah iya maaf ya Erine kalau gitu aku pulang dulu ya" izin Oline yang hanya dibalas deheman Erine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderlust (ORINE)
General FictionSemuanya berubah semenjak Erine yang terpaksa harus tinggal beberapa waktu di kampung halaman oma dan opa nya. Banyak hal yang tidak pernah Ia sangka sejak itu, termasuk bertemu dengan seorang gadis aneh dengan perawakan nya yang kumuh dan lusuh itu.