We'll chase the moon, sun and all the stars above. With you, my love, I feel so loved.
Tujuh hari berlalu, tepat seminggu. Erine sudah mulai merasakan tanda-tanda kebebasan akan kembali padanya. Ia sendiri masih tidak menyangka jika dia masih dapat bertahan hidup dengan kondisi seperti ini. Ternyata selama seminggu dia merasa bahwa tinggal disini sebenarnya tidak terlalu buruk, mengakui bahwa memang pikirannya saja yang sudah langsung jelek dari awal. Ya hal itu karena dia mempunyai Oline lebih tepatnya.
Sekarang pukul 10.00 pagi hari, Erine sudah kembali ke rumahnya setelah dua jam-an lari pagi mengelilingi desa. Jika kalian masih ingat janji Erine pada dirinya yang ingin mulai produktif lari pagi setiap hari, yap hal itu baru mulai dilakukan semalam. Gadis itu selalu saja menunda-nunda waktunya, terlalu malas untuk berkomitmen pada dirinya sendiri.
Balik lagi pada gadis itu, kini Ia sudah selesai membersihkan dirinya yang hampir memakan waktu satu setengah jam, karena memang hari ini jadwalnya untuk Body SPA jika dia di Jakarta, tapi karena sedang tidak berada disana, mau tidak mau Ia harus melakukan perawatan pada tubuhnya secara mandiri. Mengakhiri jadwal perawatannya, Erine berniat untuk maskeran saja sembari menunggu Oline datang ke rumahnya seperti biasa.
Dan benar saja, tepat setelah Erine selesai memakaikan claymask miliknya terdengar ketukan dan suara Oline dari luar sana. Erine kedepan untuk membukakan pintunya dan betapa terkejutnya Oline melihat wajah Erine penuh dengan masker berwarna hijau. "HAH BUTO IJO"
Erine yang mendengar teriakan itu reflek memukul bahu Oline kencang, bisa-bisanya dia dikatain alien. "Mata lo buto ijo! Sialan, gue cakep gini disamain sama alien" Ia mendengus kesal sedangkan Oline meringis memegang bahunya yang terkena pukulan Erine yang lumayan kuat juga. "Yaa aku kan tadi kaget rin, lagian kamu ngapain pakai cat dinding warna hijau dimuka kamu. Kamu bilang aku aneh, tapi kamu juga aneh itu" jawabnya jujur yang makin menaikkan emosi gadis itu saja.
"Heh sembarangan banget bilang gua pake cat dinding mana ngatain aneh lagi, ini tuh masker ya m-a-s-k-e-r" Erine sudah tidak habis pikir dengan pola pikir gadis didepannya ini, orang waras mana yang bakalan pakai cat dinding ke mukanya buat dijadiin masker. "Ini tuh biar muka gue bersih, ga jerawatan, ga kusem kaya lo. Makanya jangan asal ngomong" sambungnya
Mendengar penjelasan panjang Erine membuatnya mengeluarkan cengiran yang menurut Erine itu menyebalkan. "Iya maaf ya Erine hehe aku kurang tau tentang gituan" permintaan maafnya itu hanya dibalas deheman singkat kemudian Erine menyuruhnya untuk masuk saja yang tentu diangguki oleh Oline.
Mereka berdua duduk diruang tamu yang sesaat kemudian terbesit sebuah ide dipikiran Erine. "Lin lo kok bisa kucel terus cemong gitu sih tiap hari. Ya walaupun sebenernya orang disini tuh sama aja kaya lo tapi ga separah lo banget, kaya ga mandi tau ga sih" mendengar ucapan Erine hanya membuat Oline menggarukkan tengkuknya.
"Anu aku mandi kok tapi memang cuma pakai sabun aja sedikit buat rambut sama tubuh aku, kadang cuma pakai air aja hehehe"
Penjelasan itu sontak membuat Erine menganga tidak percaya, pantas saja penampilannya tidak pernah lebih baik dari orang-orang lain. Baru kali ini dia temui orang yang menggunkan sabun untuk rambut saat mandi. "Gosh pantes aja penampilan lo urak-urakan mulu, yaudah pokoknya satu hari ini gue mau bersihin lo dari semua kuman-kuman yang nempel sama lo. Selama ini gue yang greget liatnya, mata gue yang sakit"
Erine segera membilas wajahnya ketika sudah merasa cukup, dan tidak lupa membersihkan residu masker yang masih menempel. Setelah selesai dengan tahap skincare nya, kini Ia beralih menghampiri Oline yang masih duduk diruang tamu menunggu. "Ayo kekamar gue, pokoknya lo ga boleh nolak kalo lagi gue urus" Oline hanya menurut saja, Ia tau Erine sudah pasti mengerti tentang hal tentang kecantikan dan kebersihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderlust (ORINE)
General FictionSemuanya berubah semenjak Erine yang terpaksa harus tinggal beberapa waktu di kampung halaman oma dan opa nya. Banyak hal yang tidak pernah Ia sangka sejak itu, termasuk bertemu dengan seorang gadis aneh dengan perawakan nya yang kumuh dan lusuh itu.