06

1.6K 256 19
                                    

I don't need to have it all figured out. As long as I'm with you, there's no doubt.

Selasa pagi yang harusnya tenang itu sudah diributkan dengan pekikan seorang gadis yang suaranya berasal dari dalam kamar mandi, oma yang mendengar suara bising itu menghampiri keberadaan gadis itu, kebetulan hari ini oma hanya dirumah saja karena merasa sedang tidak sanggup untuk beraktivitas seperti biasanya. Balik lagi kepada Erine, saat keluar dari kamar mandi ternyata Erine sudah hampir mengeluarkan air matanya. Ternyata tamu bulanan nya datang hari ini, Ia sangat benci jika sudah jadwalnya datang. Gadis ini bisa menjadi berkali-kali lipat sensitifnya dibanding hari biasa. Oma yang tentu mengetahui sifat cucu kesayangannya ini jika sedang tamu, segera menyuruh Erine untuk kembali ke kamar agar dibantu mengompres sedikit perutnya itu. Erine memang selalu meminta tolong dikompres menggunakan air hangat jika sedang tamu bulanan.

Dua puluh menit dikompres, gadis itu sudah kembali terlelap dalam mimpinya. Oma juga segera keluar dari kamar sambil membawa wadah yang berisi air hangat dan sebuah handuk kecil. Membiarkan cucunya itu terlelap sembari menunggu Oline seperti biasa.








Hari ini tidak seperti biasanya, tidak ada tanda-tanda bahwa Oline akan datang, hingga Erine yang sudah bangun kembali menangis karena nyeri di perutnya, ditambah kekesalannya pada Oline yang sampai sekarang sudah hampir jam tiga sore belum memunculkan batang hidungnya. Seharusnya dia sudah datang dari dua jam yang lalu, oma nya yang harus kembali menenangkan Erine juga dibuat bingung.

Setelah beberapa lama Erine sudah jauh lebih tenang walaupun masih terasa nyeri, hari pertama memang baginya terasa seperti neraka. Hari juga sudah sore bahkan menjelang malam, tapi hari ini untuk pertama kali Oline tidak ada datang menemuinya. Kesal, apakah gadis itu sudah tidak mau lagi menemuinya karena penampilannya yang baru kini menjadi perhatian orang lain. Apakah gadis itu sekarang sudah sibuk menggoda orang diluar sana, pikir Erine.

"Cih dasar kacang lupa kulit brengsek!" Erine melemparkan bantalnya ke sembarang arah. Menggerutu mengapa Oline harus menghilang seperti ini disaat yang tidak tepat. "Oline jelek, nanti giliran gue lagi ga mau diganggu malah nongol mulu"

Erine saat ini benar-benar membutuhkan Oline disampingnya, pasti Oline dapat memperbaiki mood nya yang tidak baik ini jika dia berada disini. Erine hanya bisa merebahkan dirinya, berharap hari ini bisa cepat berganti.







Pintu kamar dibuka menampakkan oma nya yang berjalan mendekati Erine. "Erine ayo makan dulu habis itu baru kamu istirahat lagi, opa kamu juga udah pulang, sekalian tanyain sana kemana Oline nya" mendengar itu Erine bangkit dan berjalan malas menuju meja makan. "Oline hari ini kenapa ga dateng kesini opa?" baru saja duduk Ia langsung menyuguhkan pertanyaan kepada opa nya itu.

"Opa juga nggak tau rin, tadi juga nak Oline nggak ada datang kerja hari ini. Tadi cuma opa saja sendirian disana"

Mendengar penuturan itu hanya membuatnya semakin malas saja, memikirkan dimana Oline satu hari ini saja sudah membuatnya semakin kehabisan tenaga. Baru satu hari ditinggal dia sudah seperti ini.

Melihat cucunya itu tidak semangat membuat dirinya juga merasa iba "Besok kalau nak Oline nya masih belum datang kerja, opa cek dirumah nya ya besok" Erine menganggukan kepalanya sehabis mendengar ujaran
opa nya, sambil berharap Oline sudah muncul besok.

Dirinya tidak akan lupa untuk menyidang gadis itu terlebih dahulu nantinya.














Esok harinya ternyata juga sama seperti semalam, Oline belum juga memunculkan diri. Kali ini Erine sudah kembali sendiri didalam rumah ditinggal kerja. Mau tak mau Ia harus mengompres perutnya yang masih nyeri itu sendirian, hidung nya yang merah menandakan bahwa dia baru saja nangis. Mengapa Oline tak kunjung datang sampai sekarang, tak tau kah dia bahwa gadis mungil ini masa sensitif nya sedang sangat tinggi sekarang.

Erine menghembuskan nafasnya lelah, sia-sia menunggu toh Oline juga tidak akan muncul. Kini Ia mengambil handphone nya yang sudah jarang digunakan, berharap mendapatkan secuil sinyal tapi sayangnya harapannya itu tidak terkabul sama sekali. Erine hanya dapat membuka isi galeri nya dan melihat-lihat foto dan video yang tersimpan pada ponselnya. "Mmm kangen Delynn sama yang lainnya, coba aja gue ga disini"

Terlalu bosan melihat isi galeri nya membuat Erine tidak sengaja tertidur dengan handphone yang masih menyala di genggamannya.





Jam sudah menunjukkan pukul enam sore dan gadis itu baru terbangun dari mimpi indahnya setelah hampir tiga jam lebih tertidur. Ia bangkit dari tidurnya, mengumpulkan nyawa kemudian bergerak untuk mandi karena sudah merasa gerah sedari bangun.

Dua puluh menit membersihkan diri Erine akhirnya keluar dan sudah melihat oma dan opa nya sudah kembali, namun Ia juga melihat ada orang lain yang juga baru masuk. Ya itu Oline, tapi dengan wajahnya yang sedikit pucat. Oline tersenyum tipis saat melihat Erine berjalan mendekat kepadanya, sedikit takut juga akan dimarahi habis-habisan namun sebaliknya, Erine malah memeluk gadis itu untuk pertama kalinya. Oline dibuat kaget, bingung ada apa dengan orang yang memeluknya ini ditambah isakan kecil nya yang terdengar. "Brengsek lo! Kenapa sih baru muncul sekarang, jahat banget tau ga" Oline melepas pelukannya melihat Erine yang sudah nangis dengan hidungnya yang kembali merah, Oline mengajak Erine untuk duduk di ruang tamu. Oline menjelaskan alasan mengapa Ia tidak bisa datang dari semalam. "Aku semalam demam rin, badan aku kecapekan. Biasanya kalau aku sakit pasti masih bisa datang buat izin nggak kerja sama opa kamu, tapi kali ini buat jalan sebentar aja aku pusing"

"Makanya aku nggak ada izin sama opa kamu, hari ini juga aku udah lumayan enakan karena didatangin opa kerumah. Terus ngeliat kondisi aku jadinya aku diantar ke puskesmas desa buat di cek"

Setelah cukup mendengar penjelasan Oline membuat Erine semakin sedih. "Maaf ya gara-gara harus nemenin gue tiap hari jadinya lo kecapekan gitu" Oline menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Aku sakit bukan gara-gara kamu rin, aku selama ini malah senang bisa dekat sama kamu"

"Kata oma kamu lagi ada tamu bulanan ya makanya makin sensitif?" tanya nya lagi, pertanyaan itu diangguki pelan oleh Erine. "Ya gitu deh, makanya gue semalem marah banget lo ga ada disini. Tapi abis tau kondisi lo, kayaknya emang gue yang over deh"

"Nggak kok, aku ngerti kalau orang lagi tamu itu biasanya pasti sama kayak kamu"

"Udah dulu ngobrolnya, ayo makan dulu udah jam segini. Nanti bisa dilanjut lagi" obrolan mereka berdua berhenti setelah mendengar oma nya menyuruh untuk beranjak dari ruang tamu.





Selesai makan malam Oline izin untuk pamit pulang karena merasa sudah sangat gelap. Namun hal itu langsung dilarang keras oleh Erine, Ia menyuruh agar malam ini untuk ber istirahat disini saja. "Kondisi lo lagi kayak gini yakin mau maksain pulang? Ntar kalo pingsan ditengah jalan gimana? Udah, lo malem ini tidur disini aja"

"Tapi rin ga enak aku nanti ngerepotin kalian, mending aku pulang aja gapapa" namun Erine tetaplah Erine yang keras kepala, dia tetap menyuruh untuk tetap disini yang juga pasti disetujui oleh oma dan opa nya.

"Lo masih sakit Olen gausah maksain buat pulang, nanti kalo udah sembuh baru boleh pulang"

"Nanti aku tidurnya dimana?"

"Di kamar gue lah, toh kasurnya ga kecil. Lagian lo dari semalem udah ninggalin gue, kali ini harus nginep disini"

Mau tidak mau Oline akhirnya mengiyakan tawaran alias paksaan dari gadis nya itu. Dirinya juga merasa stamina nya masih sangat lemah dan memang sudah tidak memungkinkan untuk dia pulang sendirian.



















udaahhh up MAAF YAA LAMAA soalnya aku makin ngerasa aneh aja ini cerita, harusnya up besok tapi takut ga sempet. aku up lagi habiis kelar ujian tulis ya seng

segitu ajaa jaangann lupa votee yaakk, see youu shengg

Wanderlust (ORINE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang