19

305 11 0
                                    

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya William khawatir.

"Aku baik baik saja. Hanya sedikit pusing!"

William menggenggam tanganku dan menatapku dengan tatapan hangatnya.

"Maafkan aku. Maaf karena tidak bisa menghentikan Derrien!"

Aku menggeleng kuat.

"Tidak. sama sekali bukan salahmu. Justru ini adalah salahku."

"Marsya-"

Ponsel William bergetar. Dia menatap ponselnya sekilas lalu menatapku.

"Sepertinya aku harus kembali, Marsya! Derrien berada diruang tindakan. Dia tidak bisa datang, aku harus datang!"

"Pergilah, kantor membutuhkanmu!"

Dia mengangguk lalu tersenyum.

"Aku akan kembali secepatnya!" Katanya tersenyum. Aku mengangguk membalas senyumannya.

William berjalan keluar dari kamar inapku.

"Dia sangat peduli padaku!"

William sangat berbeda dengan derrien. Aku bisa melihat perbedaannya. Aku melihat caranya menatapku, menggenggam tanganku, memanggil namaku. Andai derrien yang melakukan semua itu.

"Astaga, lalu bagaimana keadaannya sekarang? Lukanya pasti sangat parah!"

Aku beranjak perlahan dari ranjangku lalu berjalan keluar dari kamarku untuk masuk ke ruang tindakan yang ada di seberang kamarku.

ಥ‿ಥ

Aku menatap derrien yang masih terlihat kesakitan dengan luka lukanya. Aku berjalan cepat mendekatinya.

"Derrien, kau tidak apa apa? Bagaimana dengan lukamu?" Tanyaku khawatir.

"Kau?"

Aku mendekatinya lalu menyentuh perutnya yang diperban. Air mataku menetes.

"Lukamu parah! Ini pasti sangat sakit sekali!"

Derrien menepis tanganku.

"Kau tidak perlu pura pura khawatir. Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu!"

"TAPI AKU TIDAK BISA MELIHATMU TERLUKA!"

"Kau sendiri terluka, bagaimana bisa kau membantuku? Kau lemah!"

Aku menyentuh perut bawahnya yang terluka. Dia meringis.

"Ah, beraninya kau! Sakit, bodoh!"

Aku tertawa pelan.

"Lihat sekarang? Kau yang lemah!" Ejek ku.

"Baiklah, jika kau tidak membutuhkan bantuan ku! Aku akan kembali ke kamarku."

Aku berbalik badan menuju pintu, bersiap untuk keluar.

"Aku ingin air putih!" Katanya menghentikan langkahku. Aku berbalik mengambil segelas air putih di meja samping ranjang dan meminumkan nya perlahan ke mulutnya agar tidak tertumpah.

"Terimakasih!"

Aku mengangguk lalu kembali berjalan menuju pintu.

"Maaf.. Maaf mungkin aku memang sangat keterlaluan!"

Langkahku terhenti mencerna kata kata yang keluar dari bibirnya.

Apa dia sungguh-sungguh mengatakannya? Dia meminta maaf padaku?, batinku.

"Tapi itu sama sekali tidak merubah apapun! Aku tetap sangat mencintai blair!"

Air mataku menetes. Aku sadar bahwa aku tidak bisa terus memaksanya untuk mencintaiku karena nyatanya dia tidak pernah bisa.

Aku mengusap air mataku lalu tersenyum tanpa berbalik menghadapnya.

"Ya. aku tahu. Cintamu memang hanya untuknya dan tidak akan pernah ada untukku!"

"Aku sangat mencintaimu, tetapi aku pun telah terbiasa dengan kenyataan bahwa aku tidak pernah cukup pantas untukmu!"

Aku melanjutkan langkahku kembali ke kamarku.

Aku berjalan kearah jendela dan menatap kupu-kupu yang berlalu lalang diluar jendela.

"Hatiku memang selalu ingin menang. Tapi jika itu membuatnya menderita, lebih baik aku mengalah.
Aku ingin menjadi senja. Jika senja mengalah demi malam, maka aku akan mengalah demi pilihanmu!"
Isakku.

"Marsya.."

Seorang wanita memanggil namaku. Aku membalikkan tubuhku. Blair berada diruangan ku. Menatapku sendu.

Dia berlari memelukku. Menangis di bahuku. Air mataku menetes. Aku benar-benar lelah, bahkan aku tak bisa menghempas tubuhnya dari tubuhku sekarang.

"Maafkan aku.. Tapi kumohon.. Tolong biarkan derrien bersamaku.." Isaknya.

Air mataku mengalir deras.

"Aku sangat mencintainya.. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya.. Dia segalanya bagiku.. Aku tidak punya siapapun lagi selain dirinya.. Kumohon.. "
Tangisnya.

Dia duduk menyentuh kedua kakiku. Aku membelalakkan mataku tak percaya.

"Tolong biarkan dia menikahiku.. Tolong.. Pergilah dari hidup derrien.. Tolong biarkan derrien bersamaku.. Tolong.."

Tangisku pecah.

"Kau sudah memiliki segalanya! Cinta, kasih sayang dari keluargamu, harta, kau telah memiliki segalanya! Tapi aku? Aku tidak memiliki apapun selain derrien.. Kumohon.."

Aku menghempas kakiku dari tangan Blair.

"Tanpa harus memohon padaku dan bersujud dibawah kakiku seperti tadi, kau akan tetap menang Blair.." Lirihku.

"Derrien memilihmu.."

"SEKARANG KELUAR DARI SINI! AKU TIDAK INGIN MELIHAT WAJAHMU LAGI!"

Blair pun keluar dari ruangan ku, aku bersandar di dinding lalu terjatuh ke lantai, meringkuk diantara kedua kakiku dan menangis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WHISPER OF LOVE (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang