11

296 11 0
                                    

Kulangkahkan kakiku menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar.

Langkahku terhenti tepat didepan kamar Derrien.
Melihat Blair yang terlihat nyaman dalam pelukan Derrien. Mereka berciuman.

Dengan cepat aku membalikkan tubuhku, menghindari adegan menjijikkan itu walau sempat melihatnya. Air mataku menetes lagi. Dadaku sesak. Aku berlari menuju kamar lain di rumah ini.

ಥ‿ಥ

Keesokan harinya...

Aku memilih untuk mempersiapkan sarapan sendiri untuk Derrien tanpa bantuan pelayan.

"Nyonya! Apa aku harus memberitahu Tuan bahwa sarapan telah siap?" Tanya pelayan sopan.

"Tidak perlu. Aku akan memanggilnya!"

Aku bergegas naik menuju ke kamar. Langkahku terhenti melihat keberadaan Blair di kamar derrien. Aku hampir lupa bahwa mereka memang bermalam di kamar ini.

Aku melanjutkan langkahku.

"Derrien, kita harus sarapan!" Ajakku tersenyum.

"Suruh pelayan membawakan sarapan ku dan blair!"

"Tapi-"

"Suruh saja pelayan!" Sentaknya membuatku membalikkan tubuhku.

"Tunggu!" Ujarnya menghentikan langkahku.

Aku membalikkan tubuhku.

"Kau tidak perlu ke kantor hari ini! Berdiamlah dirumah!"

Aku mengerutkan keningku.

"Tidak bisa! Ada pemotretan hari ini!" Tolakku.

"Itu tidak penting. Kau harus berdiam di rumah dan melayani Blair! Memberikan kebutuhannya!"

Aku melongo tak percaya lalu menatap Blair jijik.

"Apa katamu? Melayani jalang ini? Aku tidak mau! Aku adalah nyonya besar disini! Aku adalah istrimu! Bagaimana mungkin aku melayaninya!"

"MARSYA!"

aku terkesiap dalam sekejab.

"Aku tidak peduli!! Kau istriku aku suamimu... AKU TIDAK PEDULI!! TETAPLAH DIRUMAH!"

Aku terdiam.

Derrien mengecup puncak kepala Blair lalu meraih jas nya dan meninggalkan kamar dengan tatapan sinis nya kepadaku.

"Kau dengar itu, Nona Beatrice? Kau harus melayaniku!" Ucap Blair terkekeh pelan.

Aku menatapnya tajam.

"Apa katamu? Aku adalah Nyonya Derrien! Beraninya kau!"

Dia terkekeh pelan.

"Tapi sesungguhnya akulah Nyonya Derrien! Bukan kau, Marsya Beatrice!"

PLAAKK!!!! telapak tangan kananku mendarat di pipi kirinya. Membuatnya justru tersenyum miring.

"Beraninya kau!?!?"

"Tenang, Nona! Akan lebih baik kau membuatkan ku jus jeruk terlebih dahulu!"

"Aku tidak sudi membuatnya untukmu!"

Aku pergi meninggalkan Blair yang masih menatapku dengan tatapan sinis.

BLAIR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BLAIR

WHISPER OF LOVE (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang