32

266 10 0
                                    

Kami berjalan perlahan beriringan untuk kembali ke ruang rawat derrien.

"Pelan-pelan! Sebentar lagi akan sampai!" Ucapku.

Derrien mengangguk paham.

Setelah memasuki kamar, aku membantunya untuk duduk perlahan ke ranjang.

"Berhati-hatilah!"

Cup! Sebuah Kecupan mendarat dikeningku. Aku menatap derrien tak percaya.

"Terimakasih!" Kata derrien lalu tersenyum.

"Aku akan selalu ada menemanimu. Katakan jika kau butuh sesuatu!"

Dia mengangguk tersenyum.

Aku duduk ditepi ranjangnya. Dia meraih tanganku, menggenggamnya erat lalu sesekali mengecupnya.

"Aku suka tanganmu! Begitu lembut dan hangat!"
Gumamnya.

"Beristirahatlah terlebih dahulu! Kau pasti lelah!"

Cklek! Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dua pria bertubuh besar muncul dari baliknya.

"William?"

William tersenyum lalu mengangguk.

"Ya! Ini aku!"

William berjalan mendekati derrien yang menatapnya penuh pertanyaan.

"Emm dia William! Orang yang sangat kau percayai di kantor. Dia juga sahabatmu sejak kecil. Kalian sangat dekat sebelumnya!" Jelasku.

William memeluk derrien.

"Kau benar-benar tidak mengenalku?" Tanyanya.

Derrien hanya terdiam. Dia bahkan tidak mengingat apapun tentang William.

Aku menatap William, mengisyaratkannya untuk tidak memaksa derrien mengingat apapun terlebih dahulu.

William kembali menatapku tersenyum, seakan paham dengan apa yang ingin ku katakan.

"Kuharap kau segera pulih, kawan! Kami merindukanmu!" Ucap William menepuk pundak derrien.

Derrien mengangguk tersenyum.

"Baiklah, kupikir akan langsung kembali kekantor! Ada meeting dengan atasan!"

"Benarkah?" Tanyaku.

"Ya, dan kau derrien! Kau harus segera pulih dan mengambil alih pekerjaanmu lagi! Aku benar-benar ingin bersantai!" Ujar William lalu terkekeh pelan.

"Terimakasih untuk semuanya, will!"

William mengangguk lalu tersenyum. Dia melangkahkan kakinya menuju pintu lalu tiba-tiba berhenti dan menatapku.

Lalu ia berjalan lagi.

Ada apa dengannya?, batinku.

Derrien mengenggam tanganku. Aku menoleh.

"Kemarilah! Berbaring disampingku!" Ujarnya.

"Apa? Naik kesini? Tidak mungkin! Aku akan diduga membunuhmu karena kau kesulitan bernafas! Ini terlalu sempit!"

"Itu tidak akan terjadi! Tubuhmu sangat langsing!"

Derrien menarik tanganku untuk segera berbaring disisinya.

"Kemarilah!"

Perlahan aku naik keatas ranjangnya lalu berbaring disampingya.

Dia menarik pinggangku mendekat lalu menghadapnya.

Mata kami bertemu. Wajahnya hanya beberapa inci dari wajahku. Sangat dekat hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya.

Dia tersenyum menatapku. Wajahnya benar-benar terlihat jelas dan sangat tampan. Ya, derrien tertampan.

"Apa yang kau pikirkan?" Katanya.

"Sesuatu. Tentang kau yang selalu terlihat tampan dalam kondisi apapun!"

"Kau menggodaku?"

Aku terkekeh pelan.

"Kau benar-benar sangat cantik, sayang!" Gumamnya menatapku dekat.

Dia mengusap kedua mataku lembut dengan satu tangannya.

"Tidurlah, kau pasti lelah karena merawatku sepanjang hari!" Katanya.

"Dan kau pun harus menutup matamu bersamaku, agar segera pulih!"

Dia mencium puncak kepalaku. Begitu lama.

"Selamat malam, Sayang!"

Aku tersenyum.

"Selamat malam!"

Tangannya melingkar di pinggangku, memelukku hingga matanya tertutup. Aku pun tenggelam dalam pelukannya.

WHISPER OF LOVE (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang