15

315 14 0
                                    

Aku berlari menjauh dari keramaian dan dengan cepat menuruni tangga lalu berlari keluar dari hotel dan berlari menyebrang di antara mobil mobil yang melaju cepat.

Tangisku pecah. Aku menyeka air mataku kasar.

TIIIIIIIINNNNN!!!!!!! aku terkesiap lalu menutup mata dan telingaku saat suara klakson mobil itu menyentak ku begitu dekat.

Seseorang menarik pinggangku cepat menuju tepi
Jalan.

Aku membuka mataku melihat william yang mencengkram kedua lenganku kuat. Dia terlihat marah.

"Kau gila, hah?" Sentaknya.

"BAGAIMANA JIKA AKU TERLAMBAT DATANG?"

"BAGAIMANA JIKA MOBIL ITU MENABRAKMU, HAH?"

aku meronta begitu kuat agar kedua tangan kekarnya melepaskan kedua lenganku.

"MENGAPA KAU MELAKUKAN ITU?! AKU HARUS MATI. AKU INGIN MATI. AKU HARUS MENGAKHIRI SEMUA INI!!!" Sentakku lalu menangis.

Aku menjambak rambutku frustasi.

"TUHAN TIDAK PERNAH ADIL KEPADAKU, WILL!"

"KAU TIDAK MENGERTI APA YANG KURASAKAN?!"

"KAU TIDAK MENGERTI MENGAPA RASANYA AKU INGIN MATI?!"

tubuhku melemah. Aku menatap william sendu.

"Satu hal yang paling menyesakkan jiwa adalah harus berpura-pura bahagia ketika melihat orang yang kucintai mencintai orang lain." Isakku.

Tangisku pecah. Dadaku sesak.

"Aku hancur, will! Kali ini aku benar benar hancur!"

William menarikku kedalam pelukannya. Aku menutup mataku dan membalas pelukannya.

"Aku ada untukmu, Marsya! Aku akan selalu ada!"

Aku menutup mataku. Samar Samar kudengar william memanggil namaku berkali-kali dan menepuk pelan pipiku.

"Marsya.. Bangunlah.. Kumohon!"

Terkadang, orang yang kau cintai adalah orang yang paling menyakitimu dan kadang kala, teman yang membawamu kedalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tak kau sadari

ಥ‿ಥ

Hari menjelang pagi..

Aku membuka mataku perlahan. Seseorang yang kutatap pertama kali adalah william.

"Hey, Selamat pagi! Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya pelan.

Aku menggeleng.

"Kau masih terlihat lemas. Katakan apa yang kau rasakan? Kita pergi kerumah sakit?"

"Tidak will, aku baik baik saja!" Jawabku.

"Bersandarlah dan jangan beranjak dari ranjangmu!
Lihat, aku membawakan sarapan untukmu!"

"Terimakasih tapi letakkan disana! Aku akan memakannya nanti!" Pintaku.

"Tidak. Kau harus memakannya sekarang! Jika kau tidak bisa melakukannya, maka aku akan melakukannya untukmu!"

"Tapi will-"

"Makanlah.. Kumohon...."

"Baiklah, aku akan makan sekarang! Kau bisa melanjutkan istirahatmu!"

William mengerutkan keningnya seolah tak percaya.

"Aku benar-benar akan memakannya, will! Aku janji!"

William tersenyum lalu beranjak dari ranjangmu.

"Aku pergi! Lekaslah membaik! Aku akan mengajakmu ke suatu tempat, nanti!" Katanya.

Aku mengangkat jari kelingkingku.

"Kau berjanji?"

Kelingkingnya menyambut kelingkingku.

"Aku janji!"

William pun keluar dari kamarku dan beberapa detik kemudian seorang pelayan memasuki kamarku dengan buket bunga yang indah di tangannya.

"Untukmu, Nyonya!"

"Untukmu, Nyonya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untukku? "

Pelayan itu mengangguk. Aku meraih buket itu dan mempersilahkan pelayan itu pergi.

Aku meraih sebuah kartu yang terselip didalamnya.

Akan ada saatnya kau membiarkan Seseorang pergi dari hidupmu, meski kau tahu kehilangan dirinya bukanlah perihal yang mudah untuk kau lalui

Air mataku menetes. Aku menyentuh dadaku yang sesak sambil mengatur nafasku.

ಥ‿ಥ

Disisi lain, seorang pria menatap sendu wanita yang dicintainya dari celah pintu yang sedikit terbuka. Berharap kebahagiaan selalu menyertai
Wanita itu.

"Aku sangat mencintaimu. Dari setiap detak jantungku, yang kuingat hanya namamu, meski kau bukan milikku!"

WHISPER OF LOVE (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang