Setelah menyatakan perlawanan dengan Sandiaga, Harras dan Sean benar-benar mencoba sebisa mereka untuk membantu Steve, Jay dan Jake.
Sehari setelah menerima SOS dari Steve melalui suratnya, Harras membuat rencana untuk membantu Steve menjalankan aksinya. Harras menyuruh Sean untuk membuntuti Jay dan Jake, sementara dirinya akan bertemu Steve.
Pembelotan yang dilakukan oleh Harras dan Sean tentu memicu amarah dari Sandiaga yang merasa di khianati oleh dua rekan sekaligus sahabatnya itu. Sandiaga memerintahkan orang suruhannya untuk memantau Harras dan Sean, bahkan jika perlu membunuh mereka ditempat apabila menghalangi rencana yang telah ia persiapkan dengan matang. Tentunya hal ini berpengaruh pada gerak-gerik Harras dan Sean yang semakin terbatas. Maka dari itu, keduanya benar-benar bertindak dengan sangat hati-hati dalam menjalankan misi mereka.
Suara knalpot motor membuat Harras menengadahkan kepalanya. Ia berjalan dengan hati-hati menuju ke pintu depan, dengan sebuah pistol yang sudah siap ditangannya. Harras membuka sedikit tirai untuk memastikan apakah itu adalah orang yang ia tunggu. Setelah memastikan bahwa lelaki itu benar orang yang di tunggunya, Harras membukakan pintu, masih dengan sikap waspada kalau-kalau ada yang mengikuti lelaki muda ini.
"Cepet masuk," Harras menarik lengan lelaki muda itu hingga hampir membuatnya terseret.
"Dimana yang lain?" tanya Harras langsung menginterogasi lelaki muda ini, Steve.
Steve terdiam, tidak mengucapkan apapun. Ia memang belum menjelaskan secara mendetail terkait rencana bunuh diri yang akan dirinya lakukan.
"Jangan bilang lo beneran mau korbanin diri lo?" tebak Harras.
Steve tidak berani menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya.
"Gue tahu posisi lo serba salah. Tapi ngga harus korbanin diri lo sendiri Steve! Yang harus bertanggungjawab atas ini semua itu gue! Sean dan Sandiaga and those parents! This is our war, not yours!"
Steve berdecak sinis. Entah kemana rasa keberanian itu datang, sepertinya Steve benar-benar telah mempersiapkan dirinya untuk mati. "Kalo ini emang perang antara kalian, kenapa dari awal kita harus terlibat? Uncle Han, aku ngga mau denger drama apapun disini, i don't give a fuck anymore about you and what your group did. I'm here because i wanna save my best friend! I don't wanna be like him, a monster," jawab Steve.
Tidak bisa dipungkiri, ada secelah hatinya yang sakit saat mengetahui bahwa ia harus melawan ayahnya sendiri. Tapi, Steve juga tidak ingin terus-menerus menyakiti teman-temannya. Bagi Steve, Jay dan Jake adalah hal berharga yang ia miliki dalam hidupnya dan wajib ia lindungi.
"Jake already has a plan. Kita akan mem-publish semua kekejaman ayah di Dungeon Ship. We know a lot of people who have a power will be attended those party, but still i need you to make our plan success,"
"Why'd you tell me about your plan?"
"Because i know you care to us.. you and Uncle Shua are different from ayah,"
Harras tersenyum miring. Entah mengapa ia senang saat Steve mengatakan itu, seperti seorang ayah yang sudah baikan dengan anaknya setelah bertengkar. Namun ego-nya masih belum ingin menunjukkan itu. "Kenapa lu yakin banget gua beda? Secara gua udah bertahun-tahun sebagai pendukung bokap lu?"
"Itu bener, aku juga ngga menyangkal. Tapi perasaan ngga bisa bohong. Aku tahu, di hari aku tertembak, Uncle Han dan Uncle Shua yang nolong aku. Mungkin kalau bukan karena kalian aku udah ma-"
"Okay, okay. Jadi apa mau lu?" potong Harras. Ia terlalu malu mendengar apa yang di ucapkan oleh Steve padanya. Kebaikan yang ia lakukan pada anak ini membuat perasaannya semakin aneh.
"Tolong Uncle hubungi media atau portal berita terkenal, apapun itu yang bisa mengungkap semua kejahatan ayah secara live di hari kita beraksi,"
"Okay. Sekarang kasih tahu gue dimana temen-temen lu?" tanya Harras.
Steve menggelengkan kepalanya. "Kita hilang kontak tepat di lampu merah pertama,"
"LO GILA?!" Harras terlihat sangat marah dengan apa yang telah dikatakan Steve.
Setelah itu, Harras langsung merogoh sakunya dan menelfon seseorang.
Steve hanya terdiam, sangat bingung dengan reaksi Harras, namun yang pasti apa yang mereka lakukan sepertinya salah.
"Shua, cepet lo cari Jay dan Jake! Jangan sampe kita kehilangan jejak mereka! Hubungi gue kalo udah ketemu!" begitulah kita-kira ucapan Harras melalui ponsel jadulnya.
Harras kembali duduk di sofa, memijat kepalanya, dan menghela nafas kencang. "Gue ngga jamin rencana lo akan jalan kalo Shua ngga nemuin Jay dan Jake," ucap Harras.
"Kenapa?"
"This is how Sandiaga wants! Seperate you with them! so he can do anything without hurting you. However, he stills your dad. Dan naluri orang tua ngga akan pernah mau anaknya tersakiti," jawab Harras.
Mendengar ucapan Harras membuat emosi Steve kembali menjalar di seluruh tubuhnya. Baru saja ia hendak pergi, Harras langsung menariknya. "Stop! Jangan buat semuanya semakin runyam! Gue percaya Shua, so you have do the same thing! Lebih baik lo pulihin diri dulu. Gue ngga mau saat rencana sedang berjalan lo drop!" perintah Harras lalu menelpon seorang dokter kenalannya untuk merawat Steve.
•••••
Tiga hari kembali berlalu, sementara Steve dirawat oleh dokter pilihan Harras, ia belum mendengar kabar dari kedua sahabatnya lagi. Samar-samar ia juga mendengar percakapan antara Harras dan Sean yang tidak menemukan keberadaan kedua sahabatnya.
Segala upaya telah dilakukan oleh Harras dan Sean, namun hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda dari Jay dan Jake. Untuk sesaat Steve merasa takut jika kedua sahabatnya itu telah dihabisi oleh ayah, namun Steve juga percaya jika Jay dan Jake baik-baik saja. Baginya, tidak mendengar kabar dari dua sahabatnya itu lebih baik karena artinya mereka sembunyi dengan sangat baik.
"Is he strong enough for the war Sel?" Tanya Harras pada dokter perempuan yang selama tiga hari ini telah merawat Steve.
"If IDI knows what i do, you die Han," ucapnya dengan wajah marah menatap Harras dan Sean bergantian.
"No problem! Cause you will be my wife soon!" Balas Harras, entah itu serius atau hanya candaan, Steve tidak begitu memperdulikannya.
"Thank you Sel, we owe you a lot," ucap Sean dengan senyum ramah sembari mengantar Sella pergi.
Kini dikamar hanya ada Steve dan Harras.
"Sean udah coba hubungan beberapa jurnalis kenalannya untuk hadir di Dungeon Ship, kita tinggal nunggu, semoga ada kabar baik," ucapan Harras membuat Steve bingung.
"Maksudnya?"
Harras menghela nafas sebelum menjelaskan kepada Steve. Bagaimana anak yang masih buta dunia ini harus terlibat atas permasalahan orang dewasa? Harras benar-benar menyesali keputusannya dulu.
"As you know, pengorbanannya besar, ngga semua jurnalis siap dan gua juga ngga bisa menyalahkan mereka. Orang-orang yang hadir di Dungeon Ship bukan orang biasa, kalo sampe kita lengah, semua sia-sia. Makannya gua butuh Jay dan Jake disini untuk mematangkan semuanya. Karena bukan cuman nyawa lo disini yang dikorbankan, tapi banyak orang,"
"Aku.. gegabah ya?"
"No, you and your friends still young. Kalian bertahun-tahun tidak bersosialisasi. Lo begini karena ke egoisan gua dan yang lain..." Harras menggantungkan kalimatnya. Penyesalan yang akan selalu menghantui Harras sebagai bentuk permintaan maaf kepada tiga pemuda itu.
"However, you have to wait until i tell you the next step," lanjutnya.
Steve yang tidak memiliki pilihan untuk saat ini hanya dapat mengikuti ucapan Harras. Baginya, keselamatan kedua sahabatnya adalah yang terpenting.
•••••

KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE || [COMPLETED]
Mystery / ThrillerMereka bukan siapa-siapa. Hanya anak-anak yang tumbuh dalam dunia yang udah lama dipoles dari satu sisi: A-side. Rapi, penuh janji, tapi penuh kepalsuan. Tapi kebenaran nggak pernah diam. Ia tumbuh dengan pelan, sunyi, tapi pasti, tapi berada di sis...