Shaylene mendesah lelah sembari sesekali menggeletukkan giginya tajam, well... dia benar-benar merasa lelah beberapa jam terakhir ini setelah sejak tadi sibuk membersihkan beberapa bagian sudut rumah Justin yang jauh lebih mewah dari Istana langit. Lihat, bukankah itu gila? Ya, jika dia masih mempunyai sihir di tangannya tentu saja dia tidak akan bersusah payah menggerakkan kakinya untuk melakukan hal melelahkan itu. Bola mata cokelat gelapnya menelusuri meja emas berkaki tiga yang di atasnya terdapat sebuah baki yang diisi dengan lemon, jeruk dan limau lalu, gadis itu mengambil satu lemon lantas mengigit kulitnya. Sedetik selanjutnya dia meringis, melempar buah itu ke sembarang tempat merasakan rasa kecut mengaliri kerongkongannya.
Kenapa rasanya seperti kencing naga. Benar-benar kecut. Atau... bisa saja Justin sudah menambahkan racun ke dalam buah itu? Astaga. Shaylene memegang lehernya, menggeleng dan langsung berlari ke dapur untuk mencari sebotol air mineral. Dia menemukan air minum di dalam gelas lantas meneguknya tanpa sisa hingga air itu terlihat mengalir keluar dari bibir kedagunya. Dia mendesah, hingga dadanya tampak naik turun.
"Sialan, pria itu pasti berusaha meracuniku!" ujarnya dendam.
Gadis berambut cokelat gelap itu ingin kembali menuju ke ruangan tengah, menuju ke sofa dengan ruang kaca lebar tembus pandang yang dapat bergeser otomatis di dekat pintu hingga tatapannya berhenti melihat dua orang pria berpakaian seragam hitam berjalan ke arahnya, mereka juga menggunakan kacamata hitam seakan benda itu adalah sebuah benda yang dapat mendeteksi sesuatu. Shaylene melotot, mengigit bibirnya keras saat melihat orang-orang menyeramkan itu menerobos masuk ke dalam.
"Geez...." Shaylene melotot, bibirnya setengah ternganga dan langsung mundur beberapa langkah melihat orang-orang itu berjalan menuju ke arahnya dan menyergap kedua lengannya. "APA YANG KAU LAKUKANNN?!!! " Shaylene berteriak dengan suara yang mampu membuat pilar-pilar tinggi dan kaca bergetar sementara pria berbaju hitam itu meringis, sedikit menjauhkan telinga mereka untuk mengurangi potensi tuli mendadak.
"Aku hanya pelayan di rumah ini! jika kau ingin merampokku, lebih baik tunggu beberapa jam lagi sampai pemilik rumahnya pulang..." ujarnya dengan nada suara polos, diliputi kegentaran yang terdengar jelas. Orang-orang berwajah seram itu hanya memainkan alisnya dan bersikap tak peduli dan langsung menarik tubuh Shaylene keluar dari rumah Justin. Shaylene berteriak, menendang-nendang kakinya yang diangkat dan tidak menyentuh tanah seakan dirinya adalah sesosok hantu.
"LEPASKAN AKUUUU!! DASAR MANUSIA JAHAT, JANGAN PIKIR KALIAN BISA MELAKUKAN INI PADAKU!" jeritnya menghardik. Seorang diantara dua pria itu menggelengkan kepalanya, menatap Shaylene dengan ekspresi acuh.
"Aku bersumpah, jika kalian melakukan sesuatu sekarang.... aku akan mengeluarkan sihirku. Aku mempunyai sihir yang dapat merubahmu sekarang! "Shaylene didorong masuk ke sebuah mobil dan tubuhnya diapit oleh dua orang berbadan besar itu. Gadis itu meronta, tangannya diikat oleh tali membuatnya sulit untuk bisa melepaskan diri. Siapa sebenarnya orang-orang sialan ini? dan kenapa mereka menculiknya... Apakah... Apakah mereka berniat untukberbuat jahat? Tidak. Tidak boleh.
"Apa kau tidak takut terkena sihirku?" dia memutar wajahnya berpaling kearah kanan, melihat pria tua yang tampak berkepala empat dengan bola mata sewarna abu-abu lumpur. Ada beberapa rambut putih terlihat dikepalanya menandakan usianya yang sedikit lebih tua. "Hey kau, aku akan menyihirmu jika kau berbuat sesuatu padaku. Seperti hidungmu yang tidak mancung itu, akan merubahnya menjadi besar dengan lubang hidung lebar." Shaylene mengangkat tangannya yang terikat lantas menunjukkan jari telunjuknya mengarah di depan hidung pria itu. Bola mata lumpurnya menyipit, menatap jari Shaylene dengan tatapan asing.