#1

86 16 2
                                    

"Setelah aku kehilangan orang yang kuanggap sahabat, aku bertemu denganmu yang mulai menyapaku dengan hangat. Sapaan hangat yang sudah lama aku tidak mendengarnya" -Vio-

#BRAAKKK!!!

"Sa...sakit..." lirih Vio setelah tubuh lemahnya menghantam dinding kelasnya dengan keras.

 "Sakit?" tanya seorang gadis sambil menarik kuat rambut berantakan Vio.

 "Cel, salah aku apa? Kenapa tiba-tiba kamu begini?" tanya Vio yang sejujurnya tidak mengerti kenapa Celine, teman baiknya itu tiba-tiba mendorongnya hingga menhantam dinding kelas.

 "Hah?! Gue nggak salah dengar, kan? Lo mau tahu kenapa gue tiba-tiba kaya gini?" tanya Celine sambil menatap Vio tajam, bahkan ia menarik kuat rambut gadis itu membuat Vio mengerang kesakitan. 

"Langsung to the point aja, Celine! Orang kaya dia mana mau ngaku!" ujar Valora mengompori Celine.

 "Maksud-" namun ucapan Vio terputus karena Celine menarik lebih kuat rambutnya membuat Vio meringis kesakitan.

 "Urusan lo sama gue, cupu! Lo kan yang ngancurin tugas seni budaya gue, Vio?! Jawab!" bentak Celine. 

"Ng...nggak! Aku-"

"Alah, maling mana yang mau ngaku kalau dia salah, Celine? Udah, habisin aja dia!" ucap Valora sengaja memanasi Celine. 

"Bukan aku, Celine! Aku nggak ada ngelakuin hal itu, percayalah!" sanggah Vio. 

"Kalo bukan lo, terus siapa? Diantara semuanya, cuman lo yang tahu dimana gue letakin tugas gue, Vio!" emosi Celine. 

"Oh, jangan-jangan lo merasa kalah karna lukisan gue lebih bagus dari lo, makanya lo dengan teganya ngancurin lukisan gue, kan?" tanya Celine tajam. 

"Nggak, buat niat ngancurin lukisan kamu aja aku nggak ada, Celine! Aku juga nggak ada berpikir kaya begituan," sangkal Vio. Ini semua adalah kesalah pahaman, ya semua ini adalah salah paham. Tiba-tiba sebuah tamparan yang begitu kuat mendarat tepat di pipi kanan Vio.

 "Gue kira lo baik, tapi nyatanya lo munafik, bangsat! Nyesel gue ngasihani lo, cupu! Emang pantes lo dibenci sama kita sekelas!" bentak Celine, lalu gadis itu mulai berjalan menjauhi Vio.

 "Ce...Celine! Kamu salah paham! Aku... aku nggak ada ngelakuin yang begituan! Tolong, jangan tinggalin aku, Celine!" pinta Vio sambil menahan kaki Celine. 

"Lepas! Gue nggak sudi punya teman munafik kaya lo!" tolak Celine sambil menepis tangan Vio dari kakinya. Lalu gadis itu memilih keluar dari kelasnya.

 "Yaaah.. di tinggalin, dong sama teman dekatnya, hahaha," ejek Valora sambil menatap rendah gadis di hadapannya. 

"Yaiyalah, munafik kaya gitu!" ejek gadis lainnya. 

"Padahal mukanya kaya orang bener, ternyata munafik!" ucap lainnya. Semua teman kelasnya melontarkan seluruh ejekkan kepada Vio. 

"Bukan...itu semua hanyalah salah paham! Aku nggak munafik! Aku bukan orang seperti itu!" gumam Vio ketakutan sambil menutup kedua telinganya karena tak tahan dengan ejekkan teman-teman sekelasnya.

>-----------------------------------------------<

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, namun Vio masih diam duduk diatas kursi miliknya. Setelah pertengkaran hebat dengan Celine, Celine benar-benar meninggalkannya. Bahkan Celine pindah dari tempat duduknya karena muak dengan dirinya. 

"Apa salahku?" lirihnya sambil menatap mejanya yang dipenuhi tulisan ejekkan dari teman-teman sekelasnya.

 "Apa dosaku sampai-sampai semua orang membenci ku?" lirihnya lagi dan isakan kecil keluar dari bibirnya. Kedua pipinya dibasahi oleh air matanya. Dan gadis itu pun menangisi nasibnya tanpa ada seorang pun yang menghiburnya.

Setengah jam dirinya menangis, akhirnya berhenti karena jam sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat. Vio pun bangkit dari duduknya dan bersiap-siap untuk pulang. Di perjalanan, gadis itu memilih untuk berhenti di sebuah mini market untuk membeli beberapa cemilan untuk menemaninya belajar nanti. Setelah membayar belanjaannya dan keluar dari minimarket, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Dengan cepat, gadis itu berlari menuju halte terdekat agar dirinya tidak kehujanan.

 "Yah, hujan, mana nggak ada bawa payung lagi!" keluhnya setelah berteduh di sebuah halte terdekat. 

"Bakal lama nggak, ya?" ujarnya sambil duduk di kursi halte dan memandangi air hujan yang berjatuhan ke tanah.

 "Haduh, jadi basah, deh!" keluh seorang gadis yang baru saja sampai sambil mengibas-ngibas jaketnya yang basah akibat terkena hujan. 

"Oh, hai!" sapa gadis itu setelah menyadari adanya Vio yang tadi memandanginya. 

"Oh, h...hai!" balas Vio gugup. Sudah lama sekali dirinya tak pernah disapa sehangat itu.

 "Lo nungguin bis?" tanya gadis itu yang kini sudah duduk disamping Vio. 

"Oh enggak! Aku cuman berteduh, kok disini," jawab Vio. 

"Eh, lo dari SMA Zirvanest, ya?" tanya gadis itu saat menyadari almamater yang digunakan Vio.

 "Eh, hehehe.. iya. Memangnya kenapa?" tanya Vio penasaran. 

"Wah, salam kenal! Gue Aneska! Besok gue jadi anak baru disana! Semoga kita satu kelas, ya!" jelas gadis itu senang. 

"Ah, salam kenal juga! Aku Vio! Yah...semoga saja," ucap Vio dan sebuah senyuman tipis terlukis di wajahnya. 

"Oh, hujannya udah reda, gue duluan, Vio! Sampai jumpa besok!" ujar Aneska setelah hujan mulai reda. 

"Ya, sampai jumpa Aneska!" balas Vio sambil melambaikan tangannya, lalu Aneska pun mulai menghilang dari pandangan Vio. Setelah itu, Vio pun juga bangkit dari duduknya dan segera menuju rumahnya agar tidak terjebak lagi oleh hujan.

>-----------------------------------------------<

Halo semuanya! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya 😁✨

Jadi ini cerita "The Sorrow Circlet" yang baru di karenakan kondisi yang mengharuskan cerita lama nya harus di hapus 😭.

Jangan sedih karena ceritanya tetap sama dengan yang sebelumnya :)

And happy Reading, readers✨

Jangan lupa vote and comment ✨😃
Have a nice day ✨✨✨

Sincerely

Syah ✨

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang