#18

6 1 0
                                    

✨Halo, readers! Gimana, nih kabarnya? Semoga sehat2 selalu, ya:)

✨So, happy Reading, readers✨
✨Always be happy✨

.
.
.
.
.

"Sayang sekali, ya? Tempat perkemahan yang seharusnya menyenangkan malah berubah menjadi tempat yang menyedihkan, Audy!" –Vio-

POV. Audy

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 waktu setempat dan saat ini aku dan teman sekelompokku memakan makanan yang baru saja selesai di masak.

"Habis ini ada agenda?" tanya Lylia disela-sela makan.

"Nggak ada, hari memang sengaja bebas agenda, besok baru di mulai agenda semua agenda kita," jelas Felicya.

"Wah, habis makan gimana kita jalan-jalan sambil liat langit malam? Pasti bagus!" ajak ku dan diseteujui oleh yang lain. Namun, tiba-tiba hp milikku berbunyi dan aku langsung mengambil hp-ku dan melihat siapa yang menelpon-ku. seketika senyuman ku melebar dan langsung mengangkat telepon tersebut.

"Ya, halo, sayang~" sapaku dengan senang.

"..."

"Oke, nanti setelah makan, ya?"

"..." dan percakapan kami selesai.

"Ciee... ditelpon ayang! Pasti ngajak kencan!" ujar Celine sambil mengguncang tubuhku.

"Ho, iya dong! Gue udah selesai! Duluan, ya! Mau nge-date sama ayang dulu~" pamit ku, lalu aku pun keluar dari tenda ku. Dan benar saja, seorang pria berjaket hitam tengah berdiri seorang diri di depan tenda ku. Lalu ia un tersenyum setelah melihatku yang sudah keluar dari tenda.

"Yok, jalan! Langit malam ini cantik banget, lho!" ujar Alvin tersenyum.

"Cantik kaya aku, kan?" goda ku sambil menaik turun alis ku. Alvin hanya mengangkat bahunya, lalu ia pun menggenggam tanganku. Kami berdua berjalan menjauh dari rombongan karena ingin menghabiskan waktu berdua dibawah langit malam yang begitu indah.

"Lihat, bulannya bersinar terang!" tunjukku kearah bulan purnama yang bersinar terang.

"Iya, kaya kamu," goda Alvin tersenyum membuat kedua pipiku bersemu merah mendengarnya. Setelah itu, tidak ada percakapan diantara kami berdua.

"Audy..." panggil Alvin mulai membuka suara dengan suara berat khasnya setelah beberapa menit kemudian. Aku pun menoleh menatap wajahnya yang terlihat sangat serius.

"A-ada apa?" tanya ku gelagapan setelah menatap wajahnya itu.

"Ah, maaf, aku tahu ini berat, tapi bagaimana pun aku harus mengatakannya," ucap Alvin. Entah kenapa, mendengar ucapannya itu perasaan ku merasa tak enak, bahkan jantungku juga berdetak dengan cepat dan hawa sekitaranku juga sangat berbeda dengan sebelumnya. Tiba-tiba Alvin pun bangkit dari duduknya membuatku kebingungan ku menjadi-jadi.

"Audy... hubungan kita sampai disini aja, ya? Kita putus!" ujar Alvin, lalu ia pun berlalu begitu saja membiarkan ku duduk seorang diri disana tanpa menjelaskan alasannya. Aku terdiam dan air mata ku pun mulai jatuh membasahi pipiku.

"Alvin!" panggilku setengah berteriak membuat langkah Alvin terhenti dan membalikkan badannya menatap ku.

"Kenapa... kenapa tiba-tiba? Apa salah ku? Aoa alasanmu memutuskan hubungan kita?!" tanyaku sedikit emosi.

"Alasan, ya? Mungkin alasan itu hanya untukku dan kau tak perlu tau, Audy!" ucap Alvin lalu ia pun kembali melangkahkan kakinya meninggalkan ku.

"Apa-apaan ucapannya itu?!" gumam ku penuh emosi. Lalu aku pun berteriak dengan kencang tanpa peduli suara itu akan terdengar di tempat ku berkemah. Yang kubutuhkan hanyalah meluapkan semua emosi ku.

"Kau putus cinta? Kasihannya, hihihi..." ucap seseorang yang membuatku reflek mencari pemilik suara itu. Terlihat seorang gadis yang tak lain itu adalah Vio.

"Se-sejak kapan lo disana?" kaget ku. Ia hanya tersenyum miring dan mendekatiku.

"Pasti kau sedang bersedih, ya? Ditinggalkan oleh orang yang kau cintai tanpa alasan yang jelas,"

"Diam lo! Nggak usah sok ngertiin gue lo!" ujar ku emosi sambil menarik kerah bajunya.

"Yah, padahal aku ingin menghibur mu, lho~" ucapnya lagi dan senyumannya itu menunjukkan seolah ada rencana tersembunyi yang bisa saja mengancam nyawaku.

"Mau lo apa, hah?! Mending lo pergi sebelum gue menghajar lo, Vio!" ancam ku dan mendorongnya agar menjauh dari diriku. Namun, ia malah terkekeh kecil dan mentapku dengan memiringkan wajahnya.

"Justru malam ini aku ingin mengakhirmu, Audy!" ucapnya sambil mengangkat pisauya dan berlari mendekatiku. Aku ketakutan, tapi aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Ia semakin mendekat dan...

#CRAASSSHHH!!!

>-----------------------------------------------<

"Audy! Audy! Bangun, Audy!" panggil seseorang sambil memukul pipi ku. perlahan aku pun membuka kedua mataku dan menagkap bayangan Lylia yang menunjukkan wajah khawatir.

"Ukh... gue...gue dimana? Apa yang terjadi?" tanya ku sambil memegangi kepalaku yang terasa sakit dan berat.

"Malam tadi lo ditemuin pingsan di dekat sungai. Beruntung ada beberapa teman yang nemuin lo. Udah, lo istirahat aja sana, lo masih lemah gitu," ujar Lylia sambil menidurkan tubuhku yang memang terasa lemah. Setelah Lylia pamit untuk keluar dari tenda, aku merasa bingung apa yang terjadi dengan ku.

"Gue pingsan di sungai? Tapi, yang gue ingat Vio menusuk gue dengan pisau. Tunggu!" aku pun mengingat sesuatu dan melihat tubuhku yang terbalut oleh selimut. Namun, tidak ada luka apapun di tubuhku.

"Apa gue berhalusinasi? Ah, sudahlah!" pikirku kemudian aku pun terlelap.

>-----------------------------------------------<

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang