#19

5 1 0
                                    

️⚠️ WARNING⚠️

CHAPTER INI MEMUAT ADEGAN BERBAHAYA SEPERTI KEKERASAN YANG DAPAT MEMBUAT KETIDAK NYAMANAN SEBAGIAN PIHAK.

⚠️PEMBACA HARAP BIJAK ⚠️
.
.
.
.
.
.
.
.

✨HAPPY READING✨

Jangan lupa vote and komen😀

🤍Terima kasih🤍

>-----------------------------------------------<

"Aku tidak menyangka kau adalah korban kedua ku, Audy! Selamat mimpi indah! Ku harap kau menyukainya." –Vio-

POV. Audy

"Hmm... udah jam berapa, ya?" gumamku sambil mengucek-ngucek mataku yang baru saja terbangun dari tidurku. Setelah kesadaranku benar-benar pulih, aku terkejut sekiranku yang begitu asing. Tidak, tempat ini tidaklah asing, melainkan lapangan kosong yang dimana Alvin memutuskan hubungan percintaan kami dan meninggalkan seorang diri disana. Tunggu, kenapa aku bisa berada disini? Bukankah aku berada di tendaku? Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi pikiranku. Ditengah kebingunganku, tiba-tiba aku menangkap bayangan seorang gadis yang berlumuran darah berlari ke arah ku. dan terlihat wajahnya sangat ketakutan.

"Tolong! Tolong aku, Audy!" pinta nya sambil memegangi tangan ku yang membuatku sontak terkejut melihat siapa gadis itu. Tentu saja aku mengenalinya dan dia adalah Mila.

"Mi-Mila? Ke-kenapa kau berada disini? Bukankah..." ucapku sambil memundurkan diriku menjauhi gadis dihadapanku itu. Lalu tiba-tiba gadis itu tertawa mengerikan membuat bulu kuduk ku berdiri karena saking takutnya.

"Halo, Audy~ Sudah berapa lama kita tidak bertemu? Bagiamna kalau kau menyusulku?" tanya Mila dengan memiringkan kepalanya.

"Mak-maksud kamu apa, Mila? Apa-apaan tawaran gila itu?!" tanyaku bingung. Kenapa Mila menanyakan hal aneh itu kepadaku? Apa maksudnya itu?

"Kau menolaknya? Hmm... tidak apa, tanpa persetujuan mu, aku tetap akan mem-bu-nuh-mu, hihihi..." ucapnya lagi sambil tertawa senang. Ia berjalan mendekatiku sambil memainkan pisau di tangannya. Senyuman miringnya terlukis jelas di wajah pucatnya itu. Tunggu, gadis itu bukanlah Mila, melainkan Vio. Tanpa banyak kata, aku pun berusaha lari dari gadis gila itu. Namun, setiap aku berlari, bayangannya selalu berada di depanku. Hingga tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku hingga aku terjatuh ke tanah.

"Auu.." desisku kesakitan sambil memegangi pergelangan kakiku yang terkilir.

"Apa pun usaha mu, kau takkan bisa lari dari ku, Audy!" ujar Vio sambil memegangi tengkukku. Kedua mataku seketika membulat melihat wajah pucat Vio sangat dekat dengan ku.

"A-apa ma-mau lo, bangasat?! Lo kira gue takut lo nakuti-nakutin gue cuman begituan, cupu?!" ujarku sambil mendorong tubuh Vio agar menjauh dari diriku.

"Cewek cupu kaya lo nggak usah sok-sokan menakutin gue!" ujarku dan sebuah tamparan mendarat mulus dipipinya itu. Vio pun memegangi pipinya dan menundukkan kepalanya. Namun, ia pun tertawa seolah itu adalah candaan baginya.

"Wah, aku senang mangsaku yang satu ini benar-benar menarik!" ucapnya di sela tawanya membuat ku ketakutan melihatnya. Kali ini Vio benar-benar menyeramkan. Aku ingin lari darinya, namun kakiku tidak bisa digerakkan akibat terkilir tadi.

"Wah, kakimu sakit, ya? Bagaimana kalau aku hilangkan sakitnya?" ujar Vio, lalu pisau di tangannya menancap di kaki ku membuat ku berteriak kesakitan. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali membuatku terus berteriak kesakitan dan berteriak untuk minta tolong. Namun, tidak ada siapapun yang mendengarnya.

"Teruslah berteriak, Audy! Aku suka mendengar kau berteriak kesakitan!" ujar Vio senang sambil terus menusuk kaki ku itu. Bahkan darah dari kakiku itu berserakan dimana-mana bahkan mengenai wajah ku sendiri.

POV. Audy end

>-----------------------------------------------<

"I'm coming!" ujar Lylia tersenyum senang sambil membuka tenda. Seketika senyumannya memudar kala melihat apa yang tengah dilakukan Audy. Ia melihat Audy menusuk kakinya sendiri dengan pisau berkali-kali.

"Audy, lo gila, ya?!" ucap Lylia sambil menyadarkan Audy. Namun, Audy tidak mengubrisnya dan terus saja menusuk kakinya itu.

"Audy! AUDY, SADAR AUDY!" teriak Lylia sambil merebut pisau yang sudah berlumuran darah.

"AAARGGHH!!! JANGAN GANGGU AKU! PERGI, SIALAN!" tolak Audy dan mendorong jauh Lylia.

"AUDY, JANGAN GILA, LO!" teriak Lylia yang berusaha menghentikan aksi Audy yang sangat di luar nalar. Tiba-tiba pisau itu mendarat di pipi kanan Lylia membuat gadis itu meringis kesakitan akibat luka goresan tersebut.

"Lylia, lo-" ucapan Celine seketika terhenti melihat tingkah Audy dan pipi Lylia yang terluka.

"CELINE, PANGGIL BANTUAN! CEPAT!" pinta Lylia sambil memegangi pipinya yang masih mengeluarkan darah.

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian! Buruan, Celine!" teriak Lylia dan ia kembali menyadarkan Audy.

Tak lama, seorang guru dan yang lainnya berdatangan ke tenda tersebut.

"Kenapa ini? Kenapa ini bisa terjadi?" tanya bu Rose' yang terkejut dengan tingkah Audy yang belum berhenti.

"Sa-saya juga tidak tahu, bu! Yang jelas saat saya kembali ke tenda, tiba-tiba Audy sudah melukai kakinya sendiri., bu. Bahkan saya berusaha menghentikannya, namun ia malah melukai saya, bu," jelas Lylia.

"Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu Audy, bu. Atau dengan kata lain, Audy di kendalikan oleh sosok dunia lain," ucap Inggrid tiba-tiba.

"Kamu bisa menghentikannya, Inggrid? Ibu mohon bantuan kamu!" ujar bu Rose'. Inggrid menganggukkan kepalanya dan mulai mengucapkan mantra-mantra yang tentu saja tidak ada yang bisa memahaminya. Dan benar saja. Audy berteriak menghentikan aksinya itu, hingga akhirnya ia pun pingsan tak sadarkan diri membuat orang-orang sekitarnya merasa lega.

"Valora, kamu ambilkan kotak P3K di tenda darurat!" perintah bu Rose'. Valora pun menurutinya dan bergegas mengambil kotak P3K tersebut. Inggrid pun memilih meminta izin untuk kembali ke tendanya kepada bu Rose' dan bu Rose' mengizinkannya.

Sesampainya di tenda, ia melihat Vio seorang diri di dalam. Ia menghela napasnya dan mendekati Vio.

"Vio!" panggil Inggrid membuat Vio terkejut.

"Kau... kau bisa melihat ku?" tanya Vio sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ini semua ulah lo, kan?" tanya Inggrid tidak menjawab pertanyaan Vio.

"Ma-maksud kamu?" tanya Vio kebingungan.

"Nggak usah pura-pura nggak tau lo, Vio! Apa lo ingin membalaskan semua dendam lo?"

Vio terdiam, dan tak lama ia pun tertawa sambil memeiringkan kepalanya.

"Bagaimana kalau iya? Bukankah menyenagkan?"

"Gue nggak tau kenapa lo jadi begini, Vio! Lo harus kembali ke tempat lo seharusnya berada!"

"Percuma! Aku terlanjur senang membalaskan seluruh dendamku, Inggrid! Dan jangan halangi aku!" ancam Vio, dan gadis itu tiba-tiba menghilang.

"Gue harus menghentikan sebelum Vio benar-benar melakukan hal yang lebih mengerikan!" gumam Inggrid di dalam hati.

>-----------------------------------------------<

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang