#2

45 13 1
                                    

"Aku tak menyangka seseorang dapat menyelamatkan ku dari mimpi buruk ini. " -Vio-

Keesokan harinya, benar saja. Gadis yang Vio temui kemaren ternyata satu kelas dengannya. Setelah gadis itu memperkenalkan dirinya, wali kelasnya pun menyuruhnya untuk duduk di kursi kosong disamping Vio. 

"Hai, Vio! Kita bertemu lagi! " sapa Aneska riang setelah menduduki kursi disamping Vio. 

"Eh... h... hai, Aneska! Se... senang bertemu denganmu! " balas Vio gugup karena ia mendapati semua teman sekelasnya menatap tajam kearahnya. Laku gadis itu langsung memalingkan wajahnya dari Aneska. Aneska dapat merasakan situasi saat ini. Ia menatap Vio yang tengah diam menatap sesuatu dari jendela kelas. 

"Ternyata lo di bully, ya Vio, " gumam Aneska dalam hatinya.

>-----------------------------------------------<

Bel istirahat pun akhirnya berbunyi.

 "Vio, ke kantin, yuk! " ajak Aneska semangat setelah guru mata pelajaran kimia keluar dari kelasnya. Saat hendak menjawabnya, tiba-tiba Valora dan kedua temannya datang menghampiri meja Aneska. 

"Hai, gue Valora, salam kenal! Semoga lo betah disini! " sapa Valora dengan senyuman hangatnya yang tentu saja itu palsu. 

"Hai, Valora! Thanks sambutannya! " balas Aneska sambil tersenyum ramah.

 "Lo mau ke kantin? Bareng kita aja, yuk!" ajak Valora. 

"Eh, tapi gue udah ngajak Vi-"

"Kamu bareng Valora aja, Aneska. Aku mau ke toilet dulu, " ucap Vio memotong ucapan Aneska. Setelah itu Vio pun langsung keluar dari kelasnya dan menuju toilet.

Di toilet, Vio menatap pantulan dirinya di cermin. "Kamu... kamu pengecut, Vio! Kamu seorang pecundang! " gumam Vio menyalahkan diri nya sendiri. 

"Oopss, liat, guys! Akhirnya dia ngaca, woe! " heboh seorang gadis yang tak asing di telinga Vio. Vio langsung menoleh menatap ketiga gadis yang tak jauh dari jaraknya. 

"Ce... Celine?! " kaget Vio melihat kehadiran sahabatnya itu. Vio pun langsung menghampiri Celine untuk menjelaskan tentang kejadian kemaren. 

"Cel, yang kemaren kamu salah pah-"

"Gue nggak butuh penjelasan dari lo!" ujar Celine, lalu gadis itu menarik kuat rambut Vio.

 "Karena kemaren gue yang ngerencanain ini semua," bisik Celine tepat di telinga Vio. 

"Ma... maksud kamu? " tanya Vio agar Celine memberikan penjelasan yang lebih jelas.

 "Lo pikir kalo lo ngejelasin semua itu adalah salah paham gue bakal balek jadi sahabat lo? Sorry, ya dari awal gue berteman dan dekat sama lo itu cuman taruhan gue sama Valora. Jadi, lo nggak usah sok akrab sok paling deket sama gue," jelas Celine yang membuat luka yang sangat mendalam di hati Vio. 

"Ja.. Jadi, selama ini kamu bohong kalau kita sahabatan? " tanya Vio memastikan. Jujur, hatinya terasa nyeri dan rasanya ia ingin menangis di detik itu juga. 

"Menurut lo gue sedang bercanda? " tanya Celine balik yang membuat Vio benar-benar lemas sekarang.

 "Lo itu mudah banget, ya di tipu orang, Vio!" ejek Audy.

 "Sayang, pintar-pintar tapi kalo soal teman dia bodoh! " ejek Lilya. Dan ketiga gadis itu serempak menertawakan Vio. Dengan kasar, Celine mendorong Vio hingga Vio tersungkur ke lantai. Vio hanya diam. Lagi dan lagi dirinya tak bisa melawan. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Dirinya pengecut. Dirinya adalah pecundang yang pantas untuk dibully oleh mereka. Tanpa disadari, air matanya mulai berjatuhan membasahi lantai. 

"Lo nangis? Hah, cengeng lo! Nggak asik banget! " ejek Audy sambil menurunkan jempolnya ke bawah.

"Kenapa?... Kenapa hidup ku harus seperti ini? " lirih Vio di sela tangisnya. "Kenapa aku harus berada di garis takdir ini? " lirihnya lagi. 

"Lo mau tau? Karena itulah kerja dunia silly! Yang lemah di tindas oleh yang kuat dan itulah kejamnya cara dunia bekerja, silly! " jelas Lilya dengan nada yang merendahkan. 

"Sini, gue sadarin lo dari mimpi indah lo! " ujar Audy sambil menyiram Vio dengan air bekas pel lantai yang memang tergeletak di sudut toilet. 

"Iyuuhhh.." ujar mereka serempak lalu tertawa sambil menutup hidung mereka karena bau dari air bekas pel tersebut. 

"APA-APAAN KALIAN?! " pekik seorang gadis yang baru saja tiba. Mereka bertiga sontak kaget dan menatap sinis melihat kedatangan nya. 

"Oh, anak baru rupanya, " ucap Lilya. Aneska langsung berlari mendekati Vio tanpa memperdulikan ketiga gadis tersebut.

"Vio, lo nggak pa-pa? " tanya Aneska memastikan. Namun, Vio hanya diam tak menjawab pertanyaan Aneska. Dengan geram, Aneska langsung saja menampar pipi kanan Celine dengan kuat. Celine seketika shock mendapat perlakuan tersebut. 

"Apa-apaan lo?!" kesal Celine tak terima sambil memegangi pipi kanannya yang kebas. 

"Lo anak baru nggak usah songong, deh! Ini urusan kita nggak usah ikut campur! " ujar Audy tak kalah juga.

 "Gue emang anak baru disini, tapi gue juga nggak sungkan-sungkan nampar kalian jika kalian memperlakukan Vio dengan buruk! " ujar Aneska tajam. 

"Lo yang nggak tahu apa-apa bisa nggak ngurus urusan orang? " ucap Lilya. 

"Cuih, ternyata kalian cewek bangsat semua, ya? Hebat juga kalian drama bagus di depan gue, ternyata kelakuannya biadab semua, " tajam Aneska sambil tersenyum smirk.

 "Cih, liat aja lo! Kita bakal hancurin lo juga! Ingat baik-baik! " ujar Celine, lalu mereka bertiga berlalu meninggalkan Celine dan Vio disana. 

"Vio, lo bisa denger gue, kan? " tanya Aneska. Namun Vio masih diam seribu bahasa. 

"Vi-"

"Aneska, maaf, tapi aku boleh minta tolong? " tanya Vio yang mulai mengangkat bicara.

 "Bilang aja, gue bakal nolong lo, " jawab Aneska. 

"Bisa bantuin gue ambilin tas gue di kelas?" tanya Vio tanpa menatap Aneska. 

"Oke, tapi lo jangan kemana-mana!" ujar Aneska, lalu gadis itu pergi mengambil tas Vio yang berada di kelas. Beruntung jarak kelas ke toilet tidaklah terlampau jauh.

>-----------------------------------------------<

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang