#6

18 8 0
                                    

Bel istirahat berbunyi dengan kerasnya. Setelah pelajaran kimia ditutup, seperti yang diperintahkan bu Yendra sebelum pelajaran di mulai, Celine, Audy dan Lylia mengekori bu Yendra menuju ruangan BK. Vio tersenyum miring saat melihat ketiga gadis itu di giring masuk ke ruang BK. Setelah membuang tisu yang dipenuhi darah, Vio menghidupkan hp-nya dan mengirimkan pesan kepada Aneska. Setelah mengirimkan pesan, Vio pun mengambil bekalnya karena perutnya sedari tadi keroncongan meminta jatah makannya.

"Hai, Vio! Boleh gabung?" ucap seorang gadis yang ternyata dia adalah Inggrid.

"Eh, Inggrid! Boleh, duduk aja disini," Vio mempersilahkan Inggrid duduk di kursi milik Aneska. Inggrid pun tersenyum dan duduk di kursi tersebut.

"Gue nggak nyangka lo bisa melawan Celine dan teman-temannya, Vio!" puji Inggrid sambil membuka kotak bekal miliknya.

"Aku lebih tidak menyangka kamu sempat membelaku tadi. Makasih, Inggrid!" ucap Vio sambil tersenyum malu.

"Ya, sama-sama! Sebenarnya gue muak liat lo yang selalu di bully oleh mereka. Tapi, gue belum punya nyali untuk membela lo. Maaf, ya? Gue nggak ngebela lo selama ini," jelas Inggrid sambil menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Kamu nggak salah, kok Inggrid! Aku senang kamu tadi sempat membela ku tadi, harusnya aku yang minta maaf karena bisa saja kamu jadi sasaran mereka."

"Ah, sudahlah! Biarin aja, gue nggak peduli. Yok, kita ngobrol santai, Vio!" ajak Inggrid. Vio pun tersenyum dan menghabiskan waktu istirahat mereka dengan mengobrol satu sama lain.

>-----------------------------------------------<

"Baiklah, hari ini bapak membagikan hasil ulangan fisika minggu lalu. Bapak panggil satu persatu untuk mengambil hasilnya! Mila!" panggil pak Prata. Seorang gadis bernama Mila berdiri mengambil hasil ulangan minggu lalu dan diikuti gadis lain yang di panggil oleh pak Prata. Hingga sampai giliran Vio dipanggil oelh pak Prata.

"Vio, selamat, ya kamu dapat nilai yang tertinggi pada ulangan ini!" puji pak Prata saat Vio menerima hasil ulangan miliknya. Vio tersenyum tipis setelah melihat hasilnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Vio kembali ketempat duduknya dan menatap kosong nilainya itu. 80, itulah hasil ulangan yang ia dapatkan. Vio menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan tangannya.

"Bagaimana ini? Mama akan marah jika aku dapat nilai segin!" gumam Vio didalam hatinya.

"Bagi yang nilainya dibawah kkm, minggu depan wajib mengikuti remedial, ya!" ingat pak Prata.

"Pak, apa...saya boleh mengikuti remedial, pak?" tanya Vio ragu. Ia tahu kalau pak Prata akan menolaknya jika dirinya mengikuti remedial minggu depan.

"Vio, nilai kamu adalah paling tertinggi di kelas ini, dan remedial hanya boleh diikuti oleh teman-teman kamu yang nilainya kurang. Jadi, saya tidak memperbolehkan kamu mengikutinya," jelas pak Prata.

"Heh, Vio! Lo nggak usah nyari muka bisa, nggak?! Syukur-syukur nilai lo paling tinggi di kelas ini! Lo ngerendahin kita semua?!" ujar Audy sambil menunjuk dirinya. Vio hanya menundukkan kepalanya.

"Sudah, jangan ada yang ribut! Vio, supaya adil, kamu tidak boleh mengikuti remedial minggu depan. Jelas?"

"Iya, pak! Maafkan saya," ucap Vio, lalu kembali duduk di kursinya.

"Bagaimana ini? Mama tidak akan memaafkan aku!" gumam Vio di dalam pikirannya. Saat ini pikirannya sangat kacau mengingat kemarahan mamanya karena mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan kriterianya. Bahkan selama belajar pun, Vio tidak fokus dan hanya melamun memikirkan nasibnya di rumah nantinya.

>-----------------------------------------------<

Bel pun berbunyi menandakan pelajaran hari ini sudah berakhir. Suasana SMA Zirvanest yang awalnya sunyi kini berubah menjadi ramai karena bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

"Duluan, Valora!" pamit beberapa teman sekelasnya kepada Valora. Valora hanya tersenyum dan melambaikan tangannya sebagai bentuk balasannya. Suasana kelas XII IPA 3 kini sudah sepi, menyisakan Valora cs dan Vio yang masih melamun memikirkan nasibnya nanti di rumah. Valora tersenyum miring kepada kedua temannya seolah memberikan kode yang bisa mereka pahami. Lalu ketiga gadis itu berjalan menghampiri meja Vio.

"Heh, lo!" gertak Mila sambil menggebrak meja Vio. Vio yang melamun terkejut melihat kehadiran Valora cs.

"Ka-kalian! A-apa mau kalian?!" ucap Vio gelagapan.

"Wah, mana keberanian lo yang tadi?" tanya Valora sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan senyuman licik tercetak jelas di wajahnya. Vio hanya diam dan menundukkan kepalanya. Saat ini suasana pikirannya sangat buruk ditambah kedatangan Valora cs membuat Vio tak bisa melawan mereka.

"Orang nanya tuh di jawab dong, anjing kecil!" ujar Caroline sambil menarik rambut Vio dengan kuat. Vio mendesis kesakitan karena rambutnya ditarik kasar oleh Caroline.

"Le-lepasin!" desis Vio menahan sakit.

"Sakit, ya?" tanya Valora mengejek sambil mengeluarkan pisau kecil dari saku rok nya. Senyuman licik kembali terukir di wajahnya. "Tahan dia!" perintah Valora kepada Mila dan Caroline. Kedua gadis itu juga tersenyum miring dan mendorong Vio hingga jatuh dari kursinya. Lalu mereka juga mengunci pergerakan Vio membuat Vio melebarkan kedua matanya. Firasat buruk memenuhi pikirannya. Di tambah Valora menunjukkan pisau kecil miliknya yang kapan saja bisa melukai dirinya.

"Ja-jangan! Jangan lakukan itu, Valora!" berontak Vio, namun usahanya sia-sia karena Mila dan Caroline menahannya begitu kuat.

"Ini tidak sakit, kok, Vio," ucap Valora tersenyum miring.

Vio menutup kedua matanya karena ketakutan. Ia juga merasakan dinginnya besi di pipinya. Tak lama ia juga merasakan benda itu menggores pipinya. Vio menggigit bibirnya menahan sakit yang ia rasakan.

"VALORA! APA YANG LO LAKUKAN?!" kaget seseorang melihat aksi Valora. Valora terkejut karena seseorang melihat aksinya itu.

"ING-INGGRID?!" kaget Valora, bahkan pisau yang ia gunakan sampai terjatuh ke lantai dan darah juga berserakan ke lantai.

"I-ini bukan seperti yang lo liat, kok!" ucap Valora gelagapan sambil menyembunyikan pisau kecil miliknya agar Inggrid tidak mengetahuinya. Inggrid hanya diam dan menyipitkan kedua matanya untuk mengatimidasi Valora cs.

"Guys, pulang aja, yuk! Soalnya udah jam lima, nih!" ujar Valora sengaja mengalihkan. Kedua temannya mengikuti Valora dan membiarkan vio tergeletak lemah di lantai.

"Kami duluan, ya Inggrid!" pamit Valora, lalu ketiga gadis itu keluar dari kelas. Inggrid langsung menghampiri Vio yang memegangi pipinya yang terluka akibat Valora tadi.

"Lo... nggak pa-pa, kan Vio?" khawatir Inggrid. Vio hanya menganggukkan kepalanya dan berusaha mengambil tisu di dalam tasnya. Setelah berhasil mendapatkannya, Inggrid juga membantu membersihkan darah yang mengalir di pipinya.

"Oh iya, gue punya plester, nih!" ucap Inggrid sambil menyerahkan plesteran kepada Vio setelah darahnya berhenti. Vio menerimanya dan memakaikan plesteran tersebut di luka pipinya itu.

"Makasih, ya! Aku nggak tahu gimana nasib ku seandainya kamu nggak datang, Inggrid!" ucap Vio sambil menyandang tas miliknya.

"Gue nggak nyangka Valora bakal ngelakuin hal itu! Gue sempat nge-videoin kelakuan mereka. Kapan pun gue bisa kaduin masalah ini pada pihak sekolah! Biadab memang!" geram Inggrid saat mereka berjalan menuju gerbang sekolah SMA Zirvanest.

"Tidak perlu sampai segitunya Inggrid, tapi nanti kirimin videonya, ya!" ucap Vio dan disetujui oleh Inggrid. Dan kedua gadis itu mengobrol hal lain saat berjalan ke rumahnya karena kebetulan mereka tetanggaan.

>-----------------------------------------------<

Up! Hehehe.. Maaf, ya :) baru bisa updet sekarang ;)

Happy reading, readers ✨🙌

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang