#11

12 4 1
                                    

POV. Vio

Aku tengah duduk seorang diri di taman rumah sakit sambil memandangi langit malam yang begitu indah. Sebuah bulan purnama yang bersinar terang dan dihiasi oleh jutaan bintang yang berhamburan abstrak. Tapi, tidak dengan diriku. Mungkin kalian masih bingung dan terheran-heran mengapa aku bisa berada disini sekarang. Bukankah seharusnya aku masih terbaring lemah di ruang ICU? Ntahlah, aku sendiri juga bingung dengan apa yang terjadi padaku. Dokter menyatakan bahwa aku mengalami koma, tetapi aku masih bisa pergi bebas seperti khalayak manusia pada umumnya. Selain itu, orang-orang juga tidak bisa melihatku. Apakah aku seperti arwah yang tersesat? Tapi, aku tahu dimana tubuhku, bahkan aku bisa menyentuh tubuh ku sendiri seolah jiwa ku di tolak oleh tubuhku sendiri. Ah, itu semua membuat kepalaku menjadi pusing jika terus memikirkannya.

"Halo, kakak!" sapa seorang gadis kecil yang tiba-tiba saja sudah berada dihadapanku dan membuatku terlonjak kaget melihat kehadirannya yang secara tiba-tiba.

"Ha-halo!" balas ku gelagapan karena masih terkejut.

"Maafkan aku, kak! Aku tidak bermaksud membuat kakak kaget," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

"Bukan masalah besar, kok! Yuk, duduk disini!" ajakku sambil tersenyum membuat gadis kecil itu tersenyum dan duduk disampingku.

"Kakak kenapa disini sendirian?"

"Kakak cuman mencari angin malam untuk menenangkan pikiran kakak. Kamu sendiri kenapa disini? Ini hampir larut malam, lho.."

"Tu-tunggu! Ka-kamu bisa melihat kakak?" tanyaku yang baru tersadar.

"Bisa, dong kak karena kita sama," jawabnya sambil tersenyum.

"Oh iya, nama aku Felisha dan umurku sepuluh tahun, kak! Ah, harusnya tahun ini aku berumur sebelas tahun, sih," Terlihat wajah gadis kecil itu dipenuhi dengan kesedihan.

"Memangnya kenapa?" tanya ku yang masih belum paham siapa gadis kecil disampingku ini.

"Sebenarnya, aku sudah meninggal setahun yang lalu karena penyakit leukemia limfositik kronis yang aku alami. Sayang banget, ya kak. Padahal banyak mimpi yang ingin aku kejar, tapi aku milih untuk menyerah. Oh iya, kakak sendiri siapa? Terus kenapa kakak juga sama seperti aku?"

"Oh iya, maafkan kakak kelupaan bilang nama kakak. Kakak Vio dan kenapa kakak jadi seperti ini juga bingung kenapa. Dokter menyatakan bahwa kakak mengalami koma akibat kecelakaan hebat yang menimpa kakak dan sekarang tubuh kakak masih ada di ruang ICU."

"Mungkin tubuh kakak butuh istirahat karena selama ini tubuh kakak capek dengan kehidupan dunia yang kakak jalani. Kalau dilihat-lihat kakak pasti capek banget sama kehidupan yang kakak jalani selama ini. Dan kakak hanya memendam semua masalah kakak pada diri kakak sendiri karena tidak ada orang yang bisa kakak jadiin sandaran," ucap Felisha yang tanpa sadar air mataku langsung jatuh membasahi pipi ku.

"Eh, kakak kenapa nangis? Maafkan Felisha, kak. Felisha nggak bermaksud begitu," ucapnya merasa bersalah sambil menghapuskan air mataku. Aku merasa takjud dan senang dengan Felisha karena ini pertama kalinya seseorang yang mengerti tentang dirinya meskipun dia hanyalah gadis kecil. Bahkan ini pertama kalinya juga seseorang menghapuskan air mataku dan itu membuat hatiku sedikit menghangat.

"Makasih, ya udah nemenin kakak malam ini. Kakak senang dan merasa tenang sekarang."

"Aku senang kakak berkata begitu. Lain waktu, kalau kakak udah sadar kita sering ketemu, ya kak!" ujarnya sambil tersenyum. Aku pun tersenyum senang mengiyakan ucapan gadis kecil itu.

Setelah mengobrol lama, aku memutuskan untuk kembali ke ruangan tubuhku berada. Tak lupa aku berpamitan dengan Felisha sebelum aku pergi. Malam semakin larut dan suasana rumah sakit benar-benar sepi.

The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang