✨Halo, readers! Gimana, nih kabarnya? Semoga sehat2 selalu, ya:)
✨So, happy Reading, readers✨
✨Always be happy✨.
.
.
.
.Vio menghela napasnya sambil memandangi kalender lewat hp miliknya.
"Ternyata sekarang udah bulan oktober dan tentunya sudah genap satu bulan diri ku yang sebenarnya terbaring di ruangan ICU. Hah, kapan aku bisa kembali kepada diri ku sendiri?" keluhnya pada dirinya sendiri sambil menutup wajahnya yang terbaring diatas meja dengan tangannya.
"Bukankah kau menikmatinya?" ujar seseorang yang tidak asing di telinga Vio yang dimana orang itu adalah bagian dari dirinya sendiri.
"Kenapa kau muncul ditengah ramainya orang di kelas ku?" tanya Vio berbisik agar orang-orang kelasnya tidak mendengar percakapannya itu.
"Aku tidak peduli! Hey, aku tidak menyangka rencana kamu berhasil, Vio! Ini benar-benar di luar dugaan!" puji sosok gadis itu.
"Oh ya? Ya, aku senang rencana pertama ku berhasil. Aku tidak menyangka dia akan se-gila itu. Tapi, aku suka melihat wajahnya dan teriakkannya yang ketakutan itu." Jelas Vio sambil tersenyum senang di balik lengannya itu.
"Vio, lo ngomong sama siapa?" tanya Aneska yang baru saja kembali dari kantin sambil meletakkan sebotol susu rasa matcha kesukaan Vio. Vio pun mengangkat kepalanya dan menatap Aneska.
"Enggak, aku nggak ngomong apa-apa, hehehe..." cengir Vio sambil menggaruk tengkuknya sendiri.
"Tunggu!" ujar Aneska sambil menarik lengan Vio membuat Vio sedikit terkejut saat lengan pucatnya itu disentuh Aneska membuat Vio sedikit was-was padanya.
"Gelang lo mana?" tanya Aneska yang menyadari Vio tidak menggunakan gelang pemberiannya satu setengah bulan yang lalu.
"Oh, itu... a-aku kelupaan makenya, hehehe... Maaf, ya Aneska," \
"Ya, nggak masalah, sih. Aku pikir hilang," ujarnya sambil melepaskan genggamannya dari lengan Vio. Vio hanya nyengir sebagai balasannya.
"Gawat, aku tahu Aneska akan menanyakan hal ini! Mana gelang itu sebenanrnya hilang pas aku kecelakaan! Haduh, tenang Vio!" gumam Vio di dalam hatinya.
"Aneh, kenapa lengannya Vio dingin banget? Padahal cuasa saat ini panas banget!" pikir Aneska yang sedikit heran, namun ia menyembunyikan pertanyaannya itu.
Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat sudah habis dan bersiap untuk belajar pelajaran selanjutnya. Semua siswa kelas XII IPA 3 bergegas kembali ke tempatnya masing-masing karena tiba-tiba kedatangan walasnya dan beberapa siswa lain yang merupakan anggota 'dewan angkatan' dan OSIS kelas XII.
"Baiklah, anak-anak! Ini adalah perwakilan dari Dewan angkatan dan OSIS ingin menyampaikan beberapa informasi penting. Silahkan!" ujar bu Rose' sambil mendudukkan dirinya di kursi guru.
"Terima kasih untuk bu Rose' yang memberikan kami waktu. Baiklah, kami dari perwakilan dewan angkatan dan OSIS ingin menyampaikan tentang rancangan yang kita bahas sebulan yang lalu. Jadi, sesuai rancangan kita semua, kelas dua belas akan mengikuti acara camping yang dilaksakan di Highland Camp Curug Panjang selama lima hari minggu depan. Dan ini adalah surat izin orang tua dan dikumpulkan kepada ketua kelas masing-masing. Paling lambat hari senin ketua kelas sudah mengumpulkan kepada dewan angkatan! Sampai disini ada pertanyaan?" ujar salah satu perwakilan dewan angkatan.
"Kalau tidak ada, surat izin ini akan dibagikan," ujarnya, lalu beberapa dari mereka mulai berjalan dan memberikan lembaran surat izin itu di meja masing-masing. Kecuali Vio.
"Tunggu!" ucap Aneska membuat seorang gadis menghentikan langkahnya.
"Ya, ada apa?" tanya gadis itu berbalik.
"Kenapa teman saya yang disamping tidak diberikan?" tanya Aneska bingung.
"Maksud kamu kursi kosong yang disamping mu?" tanya gadis itu menaikkan salah satu alisnya.
"Maksud mu?" tanya Aneska bingung dengan pertanyaan gadis itu.
"Apa teman mu itu izin atau sakit? Kalau begitu saya titip saja surat ini sama kamu," ucapnya sambil memberikan selembar kertas kepada Aneska. Aneska pun menerimanya dengan kebingungan yang masih memenuhi isi kepalanya.
"Vio-" namun Aneska sudah tidak melihat keberadaan Vio disampingnya.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Aneska di dalam pikirannya.
>-----------------------------------------------<
"Tidak! Tidak! TIDAKKK!!!" teriak Vio sambil berlari menuju area belakang sekolah. Ia menghentikan langkahnya dan berusaha menetralkan napasnya yang sesak.
"Sial, sepertinya hanya teman sekelas ku saja yang bisa melihatku sementara yang lainnya tentu saja tidak bisa melihatku!" gumamnya sambil memukul sebuat pohon.
"Ah, apa keberadaan ku akan ketahuan? Jangan sampai! Aku belum tahu bagaimana cara ku bisa kembali. Jika aku ketahuan, itu akan sulit dengan rencana yang sudah ku rancang!" gumam Vio sambil menyenderkan tubuhnya di pohon tersebut.
>-----------------------------------------------<
Suara bel bertanda pulang berbunyi memenuhi seantero SMA Zirvanest. Vio terbangun dan melihat hp nya yang sudah menunjukkan pukul 15.30 yang artinya sudah waktunya pulang.
"Aku tidak menyangka bakal tertidur disini sampai jam pulang sekolah!" ujar Vio sambil mengibaskan roknya yang sedikit berdebu akibat duduk dibawah pohon rindang. Lalu ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas.
Sesampainya di kelas, suasana kelas sudah sepi. bahkan Vio pun tidak menemukan Aneska di tempat duduknya.
"Dari mana lo?" tanya Audy tiba-tiba menghadang jalan Vio. Terlihat Celine dan Lylia yang berada di sampingnya.
"Bukan urusan kalian!" ucap Vio dingin sambil memutarkan bola matanya malas.
"Wah, makin berani aja lo, Vio!" ucap Celine sambil menarik rambut Vio lalu menyeretnya ke toilet. Sesampainya di toilet dirinya pun di lempar hingga mengenai dinding. Tidak hanya itu, Audy lalu mengambil air bekas pel dan menyiramkannya kearah Vio sambil tertawa puas. Namun, tawa mereka terhenti karena terlihat empat gadis dari kelas lain tengah membicarakan mereka.
"Mereka kenapa? Sudah gila, kah?" ujar salah satu dari mereka.
"Mungkin saja! Masa mereka tertawa gegera membuang air bekas pel-an itu ke lantai. Aneh!" sahut yang lainnya yang membuat Celine cs menghamiri keempat gadis itu.
"Maksud lo apa ngatain kita aneh?" tanya Celine tajam.
"Ho, memang aneh! Bukan aneh, lebih tepatnya gila, sih!" ucap salah satu dari mereka diiringi tawa dari ketiga temannya.
"Ah, sudahlah! Ayo, pergi! Biarkan ketiga gadis gila ini bermain disini untuk besenang-senang!" ujar gadis itu, lalu keempat gadis itu keluar dari toilet.
Lylia yang emosinya sudah memuncak dan akan mengejar mereka ditahan oleh Audy.
"Sudah, hiraukan saja mereka!" ucap Celine, lalu memutuskan untuk keluar toilet dan diikuti oleh Audya dan Lylia di belakangya.
"Hmm... sepertinya aku memiliki target untuk selanjutnya, hihihi..." gumam Vio sambil tersenyum miring dan membayangkan wajah ketakutan salah satu dari mereka.
"Ini akan jauh menyenangkan~" ucapnya kegirangan.
>-----------------------------------------------<
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]
TerrorViolynna Olivia Qiandra, gadis pintar yang kini duduk di bangku kelas XII IPA 3 di SMA Zirvanest. Sayangnya, ia memiliki garis takdir kehidupan yang kelam. Di sekolah, dirinya harus dibenci dan di bully habis-habisan oleh teman sekelasnya, belum lag...