"Aku tak menyangka mama dan papa tidak pernah mengharapkan aku terlahir di keluarga ini. Seharusnya aku sadar dari dulu, tapi aku malah mebuat harapan semu yang takkan pernah digapai,"-Vio-
Vio menghela napasnya dengan kasar dan mengepalkan kedua tangannya saat dirinya sudah berada di depan pintu rumahnya. "Ah, sudahlah! Bagaimana pun juga hasilnya tetap sama, kan?" gumamnya pada dirinya sendiri. Gadis itu lalu membuka knop pintu rumahnya.
"Vi-Vio pulang!" ucap Vio pelan setelah penglihatannya menangkap seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di sofa seolah menunggunya pulang.
"Dari mana saja kamu?" tanya Virly, mamanya Vio sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Vio hanya menundukkan kepalanya dan memilih diam tidak menjawab pertanyaan mama nya itu.
"Ah, sudahlah! Gimana hasil ulangan fisika kamu minggu lalu? Berikan hasil ulangannya!" perintah Virly. Vio menegak ludahnya ketakutan. Inilah ketakutannya, tapi ia hanya bisa pasrah. Dengan tangan yang bergetar, Vio memberikan selembar kertas hasil ulangannya minggu lalu itu. Virly menerima kertas tersebut dan kedua matanya langsung membulat melihat hasil ulangannya Vio.
"APA-APAN NILAI INI?! APA KAMU TIDAK BELAJAR, HAH?!" bentak Virly sambil menunjuk nilai Vio.
"Vi-Vio belajar, kok ma... Ta-tapi itu nilai yang tertinggi di kelas Vio, kok ma..." jawab Vio gelagapan karena ia benar-benar takut sekarang.
"KALAU KAMU BELAJAR, NGGAK SEGINI HASILNYA! MAU JADI APA KAMU DENGAN NILAI SAMPAH BEGINI?! SUDAH MAMA BILANG, KAN SAMA KAMU! NILAI KAMU MINIMAL SEMBILAN PULUH, VIO! MAU DIMANA KAMU LETAKKAN WAJAH MAMA DENGAN NILAI SEGINI, VIO?!"
"Ma-maafkan, Vio ma.. Vio bakal belajar lebih giat-"
"JANJI TERUS! SUDAH PULUHAN KALI KAMU BERJANJI SAMA MAMA BELAJAR LEBIH GIAT! TAPI, MANA BUKTINYA?! YANG BUTUHIN CUMAN BUKTI, VIO! BUKAN HANYA JANJI OMONGAN BELAKA YANG MAMA MINTA SAMA KAMU!" bentak Virly sambil merobek kertas ulangan Vio, lalu melemparkannya tepat di wajah Vio. Vio hanya diam mematung melihat hasil usahanya yang di robek begitu saja.
"BISA NGGAK, SIH KAMU NURUT SAMA MAMA, VIO? CUMAN NILAI YANG MAMA MINTA SAMA KAMU, TAPI KAMU SUSAH KALI BUAT NGABULIN PERMINTAAN KECIL MAMA! BISA NGGAK KAMU NGERTI SAMA PERASAAN MAMA?!' tanya Virly yang kini sudah dihadapan Vio. Vio menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya.
"Ma..." panggil Vio dan gadis itu mengangkat kepalanya. Air matanya sudah membasahi wajahnya.
"APA MAMA PERNAH NGERTIIN PERASAAN VIO, MA? AKU SUDAH MENURUTI APAPUN YANG MAMA INGINKAN! DAN AKU BERUSAHA DENGAN SEMAMPU VIO, MA! VIO SELALU MELAKUKAN INI-ITU MENGHARAPKAN KASIH SAYANG DARI SEORANG MAMA! TAPI, KENAPA? KENAPA MAMA TIDAK PERNAH MENGHARGAI USAHA VIO, MA? KENAPA?!!!" emosi Vio yang sudah tak tertahankan. Dirinya sudah muak dengan alur kehidupannya. Ia tak peduli apakah mamanya akan memarahinya atau tidak, setidaknya ia sudah menyampaikan apa yang harusnya ia sampaikan.
#PLAAKKK!!!
"SUDAH BERANI MELAWAN KAMU?! SUDAH MERASA PALING BENAR KAMU?!" emosi Virly dan kembali menampar pipi Vio. Vio merasakan kebas pada kedua pipinya. Hatinya terasa sangat hancur sekarang. Tempat yang seharusnya menjadi rumah baginya, tempat yang seharusnya menjadi sandaran hidupnya, kini sudah tiada. Dirinya terlalu berharap dan harapannya itu hancur begitu saja dan tak pernah bisa untuk diperbaiki kembali.
"Virly, ada apa ini?!" kaget Alex yang baru saja pulang dari tempat dirinya bekerja.
"Liat anak kamu, mas! Berani-beraninya dia membentak mamanya sendiri!" adu Virly sambil menunjuk-nunjuk Vio. Tanpa basa-basi Alex langsung menampar pipi Vio karena terbawa emosi. Darah segar kembali membasahi pipinya karena tamparan dari papanya mendarat tepat di pipinya yang terluka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sorrow Circlet [SEGERA TERBIT]
HorrorViolynna Olivia Qiandra, gadis pintar yang kini duduk di bangku kelas XII IPA 3 di SMA Zirvanest. Sayangnya, ia memiliki garis takdir kehidupan yang kelam. Di sekolah, dirinya harus dibenci dan di bully habis-habisan oleh teman sekelasnya, belum lag...