1͝8 . berlindung

187 18 0
                                    

‎ ‎

Park Ji Hoon × You
Happy reading!

.

.

.

"Kenapa? Orang tua lo berantem lagi?"

"Biasalah, lo juga pasti udah bisa nebak gimana alurnya, gue capek ji terus terusan disalahin atas kematiannya kak Jaehyuk," balas kamu yang lebih terdengar seperti mengeluh

"Apa bener ya kata mereka, kalau ini emang sepenuhnya salah gue?"

Kemudian Jihoon mulai menangkup wajah kamu sambil memandang sendu mata mu yang nampak sembab itu "dengerin gue y/n, yang namanya mati itu takdir dan bukan salah lo! Jadi berhenti salahkan diri lo sendiri lagi ya?"

"Tapi gue ngerasa emang gue yang salah disini, gak seharusnya wak─"

Sepersekian detik kemudian kamu merasakan sebuah benda kenyal yang menerobos masuk dalam mulutmu dan itu adalah ulahnya Jihoon. Sebenarnya ia terpaksa melakukan hal itu karena dirinya sudah lelah mendengar kamu menyalahkan dirimu sendiri secara terus menerus.

"Sekali lagi gue denger lo ngomong kayak gitu lagi, gue gak akan segan segan buat makan bibir lo lebih dari ini!" Ancamnya setelah benar benar melepaskan tautan bibirnya

Kamu langsung mendelik tak suka pada manusia disebelah mu itu "halah, itu mah lo nya aja yang kelebihan hormon makanya maen nya nyosor aja!"

"Berisik lo, gini gini juga lo sayang kan sama gue?"

Kamu mau marah tapi memang itu kenyataannya, karna mau seberapa pun mesumnya Jihoon, kamu tetap saja menyayanginya. Jujur saja, setelah Jaehyuk meninggal, satu satunya orang yang bisa jadi tempat berlindung ya cuma Jihoon.

Bahkan kamu selalu kabur dari rumah mu sendiri hanya demi mencari perlindungan ke tetangga sebelah mu, siapa lagi kalau bukan Jihoon.

Dan Jihoon pun tak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Yang penting dirinya bisa menjadi tempat berlindung mu dari orang orang yang sengaja berniat jahat padamu pun itu sudah lebih dari cukup.

"Sayang banget malahan!" Jawab kamu akhirnya sambil tersenyum yang membuat Jihoon pun ikut tersenyum dibuatnya

.

.

.

Plak

Satu tamparan keras berhasil ayahmu layangkan tepat ke pipi tirus yang seperti nya hanya menyisakan tulangnya saja itu. Bukan hanya satu atau dua kali saja, tetapi sering.

Entah apa sebabnya mereka menyiksa kamu, padahal sebelumnya orang tuamu tak pernah bertindak seperti itu meski kepadamu sikapnya akan selalu cuek dan terkesan tidak perduli.

"Ayah....?"

Yang di panggil hanya menampilkan ekspresi wajah datarnya seperti biasa namun hal itu justru malah memiliki artian yang lebih parah kalau menurutmu, ingin menghabisi mu, misalkan?

"Yang harusnya mati itu kamu y/n!" Teriak ibu kamu tiba tiba sebelum akhirnya melayangkan sesuatu yang sedari ia pegang ke hadapan mu,

sebuah sabuk yang sebagian besar ingredients mengandung besi.

"Argh! Sakit....! Ku mohon, hentikan bu!"

Malam ini menjadi malam yang lebih menyeramkan dan tak terduga olehmu, mereka menyiksa mu. Sebenarnya hampir setiap hari mereka menyiksamu, tetapi kamu merasa hari ini pasti akan jauh lebih mengerikan dan mengeluarkan banyak air mata yang harus terbuang dengan derasnya.

Jeritan demi jeritan yang keluar dari mulutmu tak pernah mereka hiraukan. Bahkan semakin kamu menjerit semakin besar juga tekat mereka untuk terus menghajar mu dengan tenaga yang pastinya tidak main main.

Hingga saat ibu mu memanggil seseorang, semuanya mulai terhenti.

Seorang pria berumur menampakan dirinya dan malah berdiri diambang pintu rumah yang membuat ibu mu berdecak sebal "ck, kemarilah bodoh! Apa lo mau terus terusan berdiri disitu ya?"

"Lo juga sama bodohnya sama gue!" Balas pria tersebut tak terima dikatai bodoh oleh wanita paruh baya yang tingginya tak seberapa dengannya itu

"Gak perduli gue!"

Ayah mu yang melihat keributan bodoh itu hanya mengusap wajahnya karena melihat tingkah istrinya yang selalu saja seperti itu ketika bertemu dengan temannya "sudahlah, emangnya kalian mau ribut terus?"

"Istri lo ya yang ngajak ribut tn. Yoon, bukan gue," elak pria tersebut

"Kalau lo gak bodoh juga gak akan gue emosi gini, dasar!"

"Cukup ya sialan, berisik banget ya kalian itu!" Ayah setengah berteriak, frustasi

"Back to topic, gimana menurut lo, tn. Seo?" Tanya ayah kamu, telunjuk nya ia gunakan untuk menunjuk kamu yang sedang terkulai lemas dilantai sekaligus menunjukan ekspresi bingung kepada ayah kamu

"Cantik."

"Beneran boleh emang?" Tanyanya, menatap ayah mu seperti orang yang kelaparan namun kegirangan diwaktu yang bersamaan

"Ambil aja, matiin juga gak masalah buat gue," balas ibu mu yang sempat melirik kamu sekilas

Tapi tunggu, apa tadi katanya? Ambil saja? Jelas kamu tidak bodoh, kamu mengerti maksud ibu mu barusan. Tapi mengapa mereka tega untuk menjual mu kepada lelaki paruh baya seperti tn. Seo itu?

Apakah sebegitu besarnya rasa benci yang tertanam di hati mereka padamu? Kalau iya, mengapa alasannya? Persetan dengan agama, mulai sekarang kamu benar benar membenci keduanya.

Walaupun keduanya memanglah orang yang telah berjasa di hidupmu, akan tetapi mereka juga lah yang akan membuat masa depanmu menjadi hancur hanya dalam hitungan beberapa jam saja,

atau bahkan beberapa saat lagi?

"Kenapa lo rela sih nyerahin anak lo gitu aja ke gue? Bisa habis loh ditangan gue dalam waktu yang relatif singkat," tanya tn. Seo yang keheranan dengan dua orang yang nampak seperti bajingan dihadapannya itu

Namun ia juga sadar, kalau ia juga sama bajingan nya dengan orang tua mu itu.

"Dia gak guna disini," meskipun singkat tetapi perkataan ayahmu barusan itu berhasil menciptakan sebuah lubang yang menganga di dalam, sungguh itu amat menyakitkan bagimu!

"Yaudah kalau gitu kami pergi dulu ya, kami sudah benar benar malas bila harus berhadapan dengannya!" Ucap ayahmu sebelum keduanya benar benar menghilang dari pandanganmu

"Jangan lupa bayarannya!" Teriak ibu mu dari kejauhan yang masih bisa kamu dengar

Kini di ruangan tersebut hanya menyisakan kamu dengan tn. Seo yang asyik memainkan ponselnya. Kesempatan emas, pikirmu.

Dengan ini kamu bisa mengendap endap ke pintu rumah untuk kabur dari jeratan pria paruh baya tersebut.

Awalnya tn. Seo tak sama sekali menyadari jika kini kamu telah berdiri sempoyongan yang tengah berusaha berjalan untuk mencapai pintu utama.

Meskipun sulit, kamu terus melangkahkan kaki mu dengan perlahan dan juga hati hati agar tak menimbulkan suara yang dapat menganggu keseriusannya pada benda pipih miliknya.

Disisi lain, tn. Seo sebenarnya mengetahui apa yang tengah terjadi di ruangan ini. Hanya saja ia ingin melihat seberapa sanggupnya ia bertahan untuk mencapai pintu utama.

Bibirmu menekuk sempurna tak kala melihat pintu utama yang sudah berada beberapa langkah lagi saja. Melangkahkan kaki dengan penuh percaya diri, hingga dirimu sendiri tak menyadari bila tn. Seo sudah berada dibelakang mu dengan tatapan yang mengerikan.

"Kena kau!"

tbc.

don't skip vote and comment after reading this stories, thank you!

march 14, 2023.

‎ ‎𝒊‎𝒊‎𝒊. treasure imagine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang