Menanti sebuah jawaban

6 1 0
                                    

"Seseorang yang benar-benar menginginkanmu akan berjuang untukmu, sesulit apapun jalannya, pasti kalian akan bertemu, karena cinta itu tidak bisa di nanti, perjuangkan ia dengan penuh keberanian, atau lepaskan ia dengan penuh keikhlasan"

_diary Khanza_

" Assalamua'laikum, Za aku mau ngasih surat ini sama kamu"
seseorang tiba-tiba menjulurkan sebuah surat dari tangannya  kepada Khanza

"Maaf surat apa ya?" Tanya Khanza heran

"Nanti kamu baca aja dirumah ya!"

"Iya terima kasih Ilham"

"Iya sama-sama kalau begitu aku pamit dulu ya, Assalamualaikum"

Akhirnya perbincangan mereka diakhiri, dengan keputusan Ilham yang pergi menjauh dari Khanza.

Entah bagaimana perasaan Khanza saat ini, akankah Ilham kembali dengan janjinya, ataukah Ia kembali hanya sebatas singgah kembali dalam hidupnya.

Di rumah Khanza..

Saat sepulang sekolah Khanza bergegas ke kamar, sambil merebahkan badannya diatas kasur, namun ketika ia tengah asik terbaring dikasur, ia mengingat suatu hal.

"Ya Allah aku hampir lupa, tadi Ilham ngasih surat"

UntukMu ...

Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bagaimana kabarmu Za?, maaf bila kehadiranmu mengusik kembali kenangan kita waktu itu.

Za..
Aku tahu kamu pasti bertanya-tanya tentang janjiku tiga tahun yang lalu, maaf ya Za bila selama ini mungkin kamu menanti kedatanganku untuk menunaikan janjiku.

Za jujur perasaanku selama ini tak pernah berubah, meski tiga tahun lamanya kita berpisah, namun aku selalu mendoakan yang terbaik bagi kita, Aku selalu berdoa dan berharap, semoga kita bisa bersama-sama lagi sebagai pasangan halal dunia akhirat.

Namun aku juga sadar, aku bukan lelaki yang baik Za. Aku gak pantes buat kamu.

Za sebenarnya aku kembali ke Jakarta ini ingin menunaikan janjiku padamu, aku berniat ingin melamarmu, namun harapanku pupus seketika, setelah ku tahu bahwa bang Ali juga menginginkanmu, aku tidak mau mengecewakan beliau, jangan bilang sama beliau tentang masa lalu kita ya Za...

Kumohon sekali, aku ingin melihat ia bahagia dengan istrinya, meskipun aku yang harus mengorbankan perasaan serta impianku selama ini untuk bersanding dan menjadi Imammu kelak.

Maafkan aku ya Za, kumohon terima lamaran bang Ali, beliau lelaki baik lebih baik dariku.
Jaga diri kamu baik-baik ya Za..
Terima kasih telah sabar menantiku selama ini

Anna Uhibbuka Fillah Za

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh

Jakarta, 16 Agustus 2020

Ilham Maulana Yusuf

Seketika air mata Khanza menetes membasahi kertas yang berada di tangannya.

"Terima kasih telah memberi jawaban atas segala pertanyaan yang mengusik pikiranku selama ini Ilham, meski aku berat harus kembali kecewa setelah apa yang kuharapkan tak kunjung juga"

Memanglah benar bahwa berharap kepada manusia hanya akan memberi rasa kecewa dan sakit yang luar biasa, tak seharusnya juga kita terlalu berharap kepadanya, alangkah baiknya kita lebih berharap kepada Sang Maha Pencipta, karena sejatinya Sang Maha Pencipta tidak akan pernah menimpakkan rasa kecewa kepada setiap hambanya, hanya saja kita yang terlalu berekspetasi lebih atas apa yang kita inginkan, namun juga seringkali kita lupa bahwa ini hanyalah titipan semata dari sang Maha Pencipta.

Khaira Nadifah Al-Khanza












Diary Khanza (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang