Belajar Ikhlas

5 1 0
                                    

"Terkadang kita harus ikhlas merelakan kepergiannya, meski berat kita harus tetap kuat"

_diary Khanza_

Khanza tak berhenti memikirkan suaminya yang tak kunjung memberi kabar.

Notif panggilan kembali masuk,dengan sigap Khanza meraih ponsel miliknya yang terletak diatas meja.

"Selamat sore, apa benar ini dengan saudari Khanza?"

"Selamat sore juga, maaf ini siapa ya?"

"Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa saudari Hafidz Ali Ibrahim, telah mengalami kecelakaan tunggal, kini ia dibawa kerumah sakit guna melakukan pemeriksaan"

"Astaghfirullah..."

Seketika tubuh Khanza terasa gemeteran, tubuhnya mendadak lemas, keringat dingin membasahi keningya, isak tangis turut mengiringi kedaannya.

Baru saja ia merasakan kebahagiaan atas hadirnya calon buah hati yang ditunggunya selama ini, namun Allah SWT berkehendak lain, ia harus kembali menjadi hamba selalu ikhlas dalam menghadapi ujian yang diberikan kepadanya.

Ya rabb..
Berikanlah hambamu ini keikhlasan dalam menghadapi semua ini.
Jadikanlah hamba perempuan kuat dan tabah, perempuan yang tetap bisa berdiri tegak diatas kakinya sendiri, meski sulit hamba harus tetap bisa melewatinya, bantu hamba ya Rabb, mudahkanlah jalannya. Hamba yakin seyakin-yakinnya bahwa takdir yang engkau tetapkan jauh lebih indah dari apa yang hamba dambakan.
Kumohon kuatkanlah aku ya Rabb..
Hamba pasrah, atas segala kehendakmu, hamba hanya bisa sandarkan segala urusan hamba kepada-Mu ya Rabb..
Hasbunallah Wani'mal wakil ni'mal maula wani'man nasir, wala haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim.

Khanza dengan secepat mungkin pergi ke rumah sakit untuk memastikan suaminya baik-baik saja, ia tak memikirkan kandungannya, ia hanya memikirkan keadaan suaminya saat ini.

Setibanya dirumah sakit, Khanza terus merasa harap-harap cemas, ia terus mondar-mandir kesana kemari,bagai orang yang berjalan tak tentu arah. Di rumah sakit ini mengingatkannya pada situasi yang pernah dialaminya, sewaktu kedua orangtuanya meninggal di tempat ini, akankah situasi itu akan dialami Khanza untuk kedua kalinya, melepas orang yang sangat berarti bagi hidupnya.

Di situasi yang sulit, Khanza terus berdoa kepada Allah SWT agar ia segera mendapat kabar baik. Hingga akhirnya seorang dokter muncul dan menyampaikan berita terkait keadaan suaminya itu.

"Maaf dok gimana keadaan suami saya?"

"Suami mbak mengalami pendarahan cukup parah di bagian otak, hingga sampai detik ini kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi, jika suami mbak sampai malam nanti masih tak sadarkan diri, mungkin mohon maaf kami gak bisa melakukan apa-apa lagi selain pasrah dan terus mendoakan yang terbaik untuknya, karena besar kemungkinan beliau tidak bisa kami selamatkan lagi, tapi kami juga sudah melakukan yang terbaik bagi beliau" tutur sang dokter

"Ya Allah, bang kenapa bisa jadi begini"

"Tenang ya Za, kamu harus kuat, InshaAllah bang Ali bakal sembuh lagi"

Ilham mencoba menenangkan Khanza yang tengah gelisah.

"Dok, lalu apakah kami boleh masuk, kami ingin melihat bang Ali"

"Baiklah kalau begitu, tapi waktu kalian untuk melihat beliau hanya sebentar"

"Gak papa dong, asal kami masih diizinkan masuk untuk bertemu beliau" pinta Ali

Di samping Ali, Khanza terus memegang tangannya yang masih terlilit selang infus. Isak tangis juga turut menyertainya, ia terud memeluk sang suami dengan penuh kasih sayang.

Tiba-tiba jari jemari Ali perlahan bergerak, matanya juga perlahan terbuka . Khanza yang awalnya sedih kini merasa senang bahwa suaminya telah sadar.

"Dek, kenapa kamu nangis? Nanti kamu jelek kalau nangis"
Meski sedang sakit Ali tetap saja ingin menghibur istrinya yang sedari tadi terus menangis disampingya

"Alhamdulillah abang sadar"

"Abang nggak papa kok dek, kamu jangan nangis lagi Ok.."

"Abang jangan tinggalin aku, aku takut"

"Kamu gak usah takut dek, nanti kan ada anak kita, kamu gak akan sendirian, abang yakin kamu perempuan hebat dek"

Dengan nada bicara terbata-bata, Ali tetap berusaha menenagkan sang istri yang tak berhenti menangis.

"Jaga diri kamu sama anak kita ya dek"

"Abang jangan tinggalin aku"

"Abang nggak akan pergi tinggalin adek, abang akan selalu ada di hati adek"

Khanza yang mencoba terlihat kuat, tetap saja tak bisa membendung semua kesedihannya.

"Ilham abang titip Khanza sama calon anak abang nanti ya, jaga mereka baik-baik"

"Iya bang, aku akan selalu jagain mereka"

"Abang pamit ya dek"

"Abang mau kemana, jangan tinggalin aku..."

"Bang, ayo ikutin aku ya, Asyhadu ala ilaha illallah waasyhadu anna muhamadarrasulullah..."

"Innalillahi Wainna ilaihi rajiun"

Akhirnya tepat hari ini Ali kembali menghadap sang Ilahi, impian Khanza bisa umrah bulan depan dengan sang suami, tidak bisa terwujud, impian menjadi keluarga yang lengkap harus kandas.

Innalillahi wainna ilaihi rajiun, qullu nafsin daiqatul maut..
Tak ada yang benar-benar kita miliki didunia ini, bahkan oksigen yang kita hirup pun harus kita keluarkan kembali.

Kita hidup karena-Nya, dan kita juga akan kembali kepada-Nya

Maaf ya kalau ceritanya rada gaje..🙏🙏
Jangan lupa vote dan kasih masukannya juga readers...










Diary Khanza (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang