Gin menelan ludahnya kasar setelah melihat Caine yang menatap ponselnya sambil tersenyum dan memanggil nama Echi.
"Nah, lanjutin Gin." ucap Caine dengan lembutnya.
"Gimana kalo kita masukin Aenon kesini? Gue pikir lagi kayanya itu ga bakal jadi suatu kerugian karena kita bisa ngambil 2 anak berbakat secara gak langsung, walau yang satunya lebih ke... Gila." ucap Gin sembari menggaruk leher belakangnya.
Caine menatap Gin dalam diam dan langsung tersenyum. Gin yang melihatnya langsung merinding. Tak lama, Gin langsung berdiri mengambil ponselnya.
"Uhm, Gue mau ke Rumah Sakit lagi ya mi!" ucap Gin terburu-buru.
"Ngapain? Kan urusannya belum selesai?" ucap Caine sambil tersenyum.
"Anu.. Mau nyusul Echi! Iya mau nyusul Echi!" Caine melebarkan matanya terkejut.
"Lo kan ga deket sama Echi, ngapain disusul?" Rion datang membawa satu koper dan menginterupsi pembicaraan Gin dan Caine.
"Oh!" Caine langsung berdiri menerima koper yang diberikan oleh Rion.
Caine pun pergi ke kamar master bedroom untuk meletakkannya. Sedangkan Rion menatap Gin dengan tatapan anehnya.
"Lo kenapa? Sehat?" tanya Rion heran.
"Oh, iya sehat. Gue pergi dulu ya pi!" Gin langsung lari menaiki mobilnya dan keluar dari pekarangan rumah dengan mengebut.
"Ngapa lagi dah tuh anak?" tanya Krow pada Riji.
"Gatau. Dah duduk dulu, keknya papi mau ngomong serius."
><><><><><><><><><><><><><><><><><><
Sesampainya Gin di rumah sakit, ia berlari menghampiri Echi yang berbicara bersama Agil. Mereka terlihat dekat, bahkan tertawa sembari memegang satu sama lain.
Gin datang dan memisah keduanya. Ia menarik tangan Echi menjauh dari Agil yang kebingungan menatap nya.
"Lah? Gin kenapa jir?" tanya Agil bingung.
"Biasa, denial dia tuh. Cintanya Echi ditolak, tapi kalo si Echi deket sama cowo lain langsung cemburu. Aneh emang." balas Makoto yang sedang memakan jajanan nya.
"Eh, ayo balik. Mami sama Papi manggil kita semua." ucap Mia secara tiba-tiba.
"Iya kah dek? Yaudah ayo pulang dulu." ucap Makoto.
"Lah terus si cewe rambut putih ini siapa yang jaga?" tanya Agil.
"Biarin aja. Kalo kabur tinggal ditembak." ucap Makoto dengan entengnya.
"Gila ya lo, bisa bisa Echi ngeledakin kita semua." balas Agil dengan wajah seriusnya.
"Oh iya juga."
"Aduh ayo buru! Mami papi ga suka nunggu!"
Mia menaiki mobil dan menyetirnya dengan cepat. Makoto dan Agil hanya bisa berdoa bahwa mereka akan selamat saat sampai dirumah.
Gin dan Echi pun serupa. Echi mengendarai mobil dengan sangat cepat bahkan Gin melihatnya hanya bisa pasrah.
"Lo gabisa apa naik mobil pelan pelan?!!" ucap Gin sedikit keras.
"Gabisa."
Echi menambah laju kecepatannya hingga Gin semakin takut dan pasrah. Namun anehnya, mereka sampai di rumah dengan waktu yang lumayan cepat.
Echi memarkirkan mobil Gin di garasi lalu segera keluar. Ia masuk ke dalam rumah dan sudah melihat banyaknya orang sudah berkumpul.
"Echi, Gin, kalian duduk di deket mami papi." ucap Key.
Mereka berdua pun langsung duduk dekat dengan Caine dan Rion yang diam saja. Setelah beberapa menit, akhirnya Makoto, Mia dan Agil juga datang.
Mereka langsung duduk dan menunggu Rion membuka suara.
"Mau bahas apa?" tanya Echi bingung.
"Sepupu lo." balas Rion.
"Oh, Aenon--" Echi menganggukkan kepalanya dan sedetik kemudian dia terkejut lalu menatap Rion yang menatapnya tajam.
"Oh.." Echi pun menutup kembali mulutnya begitu Rion menatapnya dengan tajam.
"Gue udah denger kasus kali ini dari Caine. Echi, gue ga bela Gin. Setelah hari itu gue hack cctv Rooftop, ada video yang mana emang ada seseorang yang narget ke Gin tapi sepupu lo ngehalangin jadi akhirnya yang ketembak itu dia." Echi mengepalkan tangannya dan melihat sekelilingnya.
"Dengan itu, gue resmi mau minta maaf karena udah ngebahayain sepupu lo dan bikin dia terlibat kita." lanjut Rion dengan nada halusnya.
"Aenon dari kecil emang harus tahan banting. Jadi, secara langsung gue bakal rekomendasiin Aenon buat masuk keluarga ini. Gue yang bakal tanggung jawab kalo apapun yang berhubungan dengan Aenon itu bisa membahayakan keluarga." ucap Echi. Ia menatap Rion dan Caine dengan yakin.
"Gue pertaruhin nyawa gue buat keluarga ini kalo Echi dan Aenon ngekhianatin keluarga." Echi terkejut dan menatap Gin yang mengatakan hal itu.
"Lo gila?!" ucap Echi.
"Cukup." potong Caine.
Rion berdiri dan pergi menuju kamarnya, yang tersisa hanyalah Caine dan anak-anak yang lain.
"Keputusan tentang rekomendasi Echi Ceres pada Aenon, bakal kita rundingin lagi besok. Sekarang kalian lakuin tugas yang udah disuruh sama Rion tanpa terkecuali." Ujar Caine.
Semua orang langsung berdiri dan pergi menyesaikan tugasnya. Echi dan Gin tetep duduk bersama Caine yang memainkan ponselnya.
"Lo berdua ngapain masih disini?" tanya Caine tanpa menatap Gin dan Echi.
"Um--"
"Lo berdua pergi. Gue mau ngobrol sama Caine berdua." interupsi Rion tiba-tiba.
Gin dan Echi menghembuskan nafasnya lega lalu segera berlari meninggalkan mereka berdua.
"Caine."
Caine meletakkan ponselnya dan duduk menghadap Rion. Ia menatap mata Rion yang terlihat lelah.
"Lo kenapa? Masalah 2 anak tadi?" Rion mengangguk.
"Gue bingung. Latar belakang Aenon ga ada yang mencurigakan tapi kelakuan Echi sama Gin udah nambah gue sakit kepala." ucap Rion.
"Sini tidur dulu. Ntar kalo udah sore gue bangunin." Rion langsung meletakkan kepalanya di paha Caine dan tertidur begitu saja.
Sedangkan Caine kembali mengambil hp nya dan bermain game sembari menunggu yang lain kembali.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
INAMORATA
Short StoryA woman who is loves or is loved. "No matter what they say, i will get you."- Echi Ceres ⚠️GinChi (setengah RP setengah Fantasi buatan Author) ⚠️Harsh word