12. My Way

353 44 0
                                    

"Gin." panggil Echi.

Setelah Echi, Key dan Garin tiba dirumah, mereka langsung pergi ke kamarnya masing-masing terkecuali Echi.

"Paan?"

"Gue tadi ada lihat warlok tingkahnya aneh." Gin yang sedang bermain ponselnya pun berhenti.

"Warlok aneh?" Echi mengangguk pelan.

"Emang anehnya gimana?" Gin pun meletakkan ponselnya di sofa sampingnya.

"Kemarin waktu--"

"Bahas apaan?" Rion tiba-tiba datang bersama Caine memandang Echi yang memasang muka serius.

"Nih, si Echi--"

"Gapapa kok pih, sana bucin aja sama mami. Ini urusan gue sama Gin, ya gak?" Echi melotot pada Gin untuk menyetujui perkataannya.

"Oh.. Iya pih, tadi katanya Echi mimpi dipeluk gorila." balas Gin.

"Kurang ajar lo ya Gin!"

"Dasar anak muda. Dah yok Caine." Rion pun mengajak Caine untuk pergi ke ruang kerja nya.

Caine memandangi keduanya dengan tatapan seolah mengerti apa yang ingin dibicarakan Echi pada Gin. Caine pun membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

'Kasih tau ke gue kalo udah selesai.'

Echi mengangguk. Setelah Rion dan Caine masuk ke ruang kerjanya, Echi pun beralih pada Gin.

"Jadi, kemarin gue, Key, sama Garin kan ke cafe. Disitu kita dengerin percakapan pentingnya papi lewat laptop. Nah pas selesai, kita pulang. Di jalan tuh gue ada lihat 4 orang lagi ngeliatin mobil yang kita pake bertiga. Kek, natepnya tuh intens banget." jelas Echi.

"Lo ada liat mukanya kagak?" Echi menggeleng.

"Sayangnya gue gak lihat. Kebetulan waktu itu mereka pake topi yang ada inisialnya. Yang satu topi ungu inisial E, yang kedua topi kuning inisial M, yang ketiga topi putih inisial C, terakhir topi hijau inisial A."

"Kaya kenal sama ciri-ciri yang kak Echi sebutin tadi?" Mia tiba tiba muncul bersama Makoto dan menginterupsi pembicaraan Echi bersama Gin.

"Anjing kaget!" Gin menoleh ke Mia dan Makoto dengan tatapan horornya sambil memegang dadanya.

"Mulutnya ya Gin." ucap Makoto dengan lirikan tajamnya.

"Hah? Lo kenal darimana Mia?" tanya Echi tak memedulikan kedua pria yang saling adu pandang itu.

"Itu tuh warlok yang baru sampe dari kota sebelah. Katanya mereka pindah kesini soalnya jadi buronan di kota sebelah." balas Makoto setelah memutuskan tatapannya pada Gin.

"Betul tuh. Topi ungu yang kak Echi sebut inisial E pasti namanya Exu." sahut Mia.

Mia dan Mako pun duduk di seberang Echi dan Gin.

"Kok lo tau?" tanya Gin.

"Dia minta kenalan sama Mia waktu di pelabuhan kemarin. Pas itu, Mia sama kak Mako ada bisnis yang disuruh papi disana. Terus ketemu Exu deh." balas Mia

"Lo tau gak kalo si Exu bawa 3 temennya kesini?" tanya Echi.

"Um, kalo itu Mia kurang tau sih kak. Soalnya di pelabuhan kemarin yang datang cuma dia." Echi mengangguk.

"Adek sempet tanya gak, dia di kota sebelah kerja jadi apa sampe jadi buronan?" Mia pun berpikir.

"Kalo ga salah inget, dia bilang dia jadi pembunuh bayaran di kota sebelah."

"Cocok jadi partner gue nih, si Exu."

Gin menatap Echi dalam diamnya. Ia merasa seperti terbakar ketika Echi terdengar antusias membahas Exu bersama Mia.

"Loh, Mia sama Makoto udah selesai urusannya?" Caine datang dengan pakaian santainya menuju ruang tamu.

"Iya daritadi mih." Caine mengangguk.

"Nanti Rion ngajak kita semua ke UwU. Kalian mending siap siap. Kita bakal nyusul Aenon buat masuk ke keluarga." Echi dan Gin beserta Mia dan Makoto pun berdiri dan pergi ke kamar mereka masing masing.

"Hm... Warlok aneh ya?"

><><><><><><><><><><><><><><><><><><

Selepas Echi dan Gin bersiap, mereka sekeluarga langsung pergi menuju UwU. Mencari Aenon yang bekerja disana untuk masuk ke dalam TNF.

"Loh, Chi? Kok rame banget yang kesini?" Aenon datang ketika melihat Echi mencarinya.

"Aenon Lynn?" yang dipanggil pun mengangguk.

"Eh bentar, ini siapa kok cantik banget?" tanya Aenon sambil mendekati Caine dan tersenyum lebar.

"Punya gue. Jangan deket deket lo." ucap Rion sinis.

"Jadi gimana tentang tawaran gue kemarin? Kalian setuju?" tanya Aenon pada Rion dan anggota yang lain.

"Hah? Tawaran apaan?" tanya Gin.

"Pekerjaan utamanya Aenon itu mata-mata. Jadi, masukin dia ke TNF ga akan jadi rugi di kita." balas Caine.

"Terima aja sih kata gue. Lumayan berguna skill nya nanti." sahut Funin.

"Kita juga butuh orang yang ahli di bidang itu mih, jadi mending terima aja." balas Elya.

Rion dan Caine sempat berpikir sambil memandang satu sama lain seolah berbagi pikiran. Setelah cukup lama, Rion pun membuka suaranya.

"Kalo gitu, selamat datang di TNF. Jangan jadi pengkhianat di sini. Once a Family Always a Family. Kita terima lo secara khusus karena skill lo dibutuhkan disini dan kebetulan juga lo sepupuan sama Echi."

"Gak salah." balas Aenon sambil mengangguk.

"Ayo balik. Lo ga perlu disini lagi." ucap Rion.

"Rion." panggil Echi.

Rion pun berbalik menghadap Echi yg memanggil namanya. Ia pikir ini kejadian aneh karena Echi terbiasa memanggil dirinya papi.

"Nanti coba lewatin apartemen biru dari lawan arah rumah kita." Rion mengangkat satu alisnya.

"Kenapa harus lewat sana?" tanya Rion.

"Lewatin aja, yon. Kayanya ada sesuatu itu." balas Caine.

"Oke."

Saat perjalanan pulang, Rion memimpin perjalanan. Sesuai permintaan Echi, ia membelokkan mobilnya menuju apartemen biru.

Rion pun melihat ada 4 orang menatap mobil mereka dengan tatapan yang cukup intens. Caine mengawasi ke empat orang itu sembari menyiapkan pistolnya.

"Ini yang dimaksud Echi kemarin ternyata." Rion menoleh ke Caine.

"Kemarin?"

"Waktu kita habis berbisnis, kan ada Gin sama Echi diruang tamu. Ngobrolnya serius banget, gue samar samar denger kalo ada warlok baru." jelas Caine.

"Cari tau tentang mereka Caine. Echi sama Gin bakal gue interogasi masalah ini nanti dirumah." kata Rion.

"Jangan keras-keras kalo tanya." Rion mengangguk.

Sedangkan Echi dan Gin di dalam mobil, mereka melewati keempat orang itu dengan tatapan tajamnya. Gin yang sedang menyetir hanya melirik.

"Mereka perlu disingkirin gak?" tanya Echi.

"Belum. Bukan keputusan kita buat nyingkirin mereka. Selagi Rion sama Caine gak ada kasih sinyal, jadi jangan." ucap Gin.

"Gue ga suka sama cewe yg pake topi putih. Dia natep lo intens banget, pengen gue bunuh." ucap Echi.

"Jangan aneh-aneh lo." balas Gin sambil melototinya.

"Dih." Echi pun memalingkan mukanya ke kaca di sampingnya.

Tbc

INAMORATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang