7. Ancaman

438 51 6
                                    

"Siapa?"

Gin menoleh ke arah Echi dengan tatapan bingungnya. Setelah mereka pulang, ternyata rapat dibatalkan karena Caine mendadak tumbang entah kenapa dan Rion pergi ke Rumah Sakit lagi untuk mengantar Caine.

"Maksud?"

"Yang di chat lo. Siapa dia?" tanya Echi.

Gin menjauhkan ponselnya dari arah pandang Echi. Ia tak menjawab pertanyaan dari perempuan rambut ungu di sampingnya itu.

"..."

Echi berdiri. Ia menarik tangan Gin lalu mengunci kedua tangannya lalu merebut ponsel Gin. Echi membaca semua pesan itu tanpa terkecuali.

Gin memberontak saat melihat Echi yang membuka buka ponselnya. Ia berusaha melepaskan penguncian itu dengan sekuat tenaganya.

"Chi, itu ponsel gue. Lo ga sopan bukain hp orang tanpa persetujuan yang punya!" Echi melirik dengan tajam.

"Lalu?"

"Kalian ngapain sekarang?"

Rion datang tanpa Caine namun dibelakangnya terdapat Key dan Elya yang sedang menatap keduanya.

"Si Echi bukain hp gue! Tolongin gue, pih!"

"Echi, lepasin Gin."

Tak seperti biasanya yang selalu menolak jika diperintah selain Caine, ia menurut setelah Rion menyuruhnya berhenti.

Echi mengembalikan ponsel Gin lalu pergi menuju kamarnya. Gin hanya melihatnya berlalu sambil memegang pergelangan tangannya yang sedikit sakit.

"Lo habis ngapain Echi sampe dia begitu?" tanya Key.

"Dia tanya gue lagi chat sama siapa. Terus gak gue bales, dia langsung begitu." balas Gin.

"Emang lo lagi chatan sama siapa?" sahut Elya.

"Aenon, katanya dia mau ngajak ke minimarket buat beli sesuatu."

"Ya pantes aja kalo Echi begitu." balas Rion.

Rion pergi lebih dulu menuju kamarnya untuk beristirahat. Sedangkan Key dan Elya ikut duduk bersama Gin di ruang tamu. Tak lama, Krow, Riji, Makoto pun bergabung.

"Mami kemana?" tanya Krow.

"Ke Rumah Sakit. Tadi tiba-tiba Collapse gatau kenapa."

"Terus Echi?" sahut Riji.

"Ke kamarnya." Riji menatap Makoto lalu melihat Gin lagi.

"Tumben? Biasanya juga nempel mulu sama lo." sambung Makoto.

"Gatau, ngambek kali. Biarin aja, ntar juga balik lagi moodnya." balas Gin.

><><><><><><><><><><><><><><><><><><

"Chi." panggil Gin dari luar kamar Echi.

"Apa?!" sahut Echi dengan keras.

"Gue mau jemput mami, lo ikut kagak?"

"Papi kemana emang? Kok lo yang jemput?!"

"Lagi ada bisnis. Dia gabisa nungguin mami terus-terusan."

"..."

"Tungguin dibawah, ntar gue nyusul."

Gin pun pergi ke bagasi mengeluarkan mobilnya dan menunggu Echi di dalam mobilnya.

Echi pun keluar dengan baju hitamnya. Ia masuk kedalam mobil Gin lalu mereka pun pergi melesat menuju Rumah Sakit.

Sesampainya, Gin langsung pergi menuju kamar milik Caine. Echi membuntutinya dalam diam. Ia banyak diam daripada hari-hari biasanya namun Gin tak memusingkannya.

INAMORATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang