08

3 0 0
                                    


Happy reading 🤍

°°°°°


Entah sudah keberapa kali Jihee meneguk ludah nya sendiri dengan  susah. Situasi ini sungguh aneh juga asing, terlebih dia bersama seorang pria di dalam kamarnya, lebih tepatnya kamar Sunghoon yang Jihee tempati selama disana, juga pria itu bukanlah Sunghoon atau Sunoo yang selalu seenaknya dan tidak Jihee permasalahkan sama sekali masuk ke dalam kamarnya bahkan berbaring di sampingnya.

Namun pria yang sekarang duduk di tepi ranjangnya dengan punggung tegak dan kaki saling bertumpuh, juga kedua tangan yang menyilang di depan dada. Terlihat marah dengan sorot tajam di kedua mata , menelisik dalam mengamati Jihee yang masih berdiri diam di samping pintu tak jauh dari dirinya. Benar-benar Jihee merasa tubuhnya kaku juga tegang saat ini, seolah Jongseong akan menerkam dan melahapnya hidup-hidup.

Tak panjang cerita hingga Jongseong sampai di dalam kamar itu. Kedatangannya yang tak diduga hingga harus melihat Jihee yang menemuinya dengan bekas air mata yang belum mengering di kedua pipinya , juga menyadari jika itu adalah sebab dari pria yang muncul bersama Jihee didepan pintu tadi, tentu saja itu membuat Jongseong merasa tak terima . 

Bagaimanapun Jihee adalah calon tunangannya, bagaimana dia merasa baik-baik saja saat melihat Jihee menangis karena pria lain meski di hubungan mereka yang masih terasa sangat dangkal.

Jihee lah yang menyeret Jongseong masuk ke dalam kamar. Entah dengan sadar atau refleks atau itulah jalan satu-satunya sebelum kedua pria itu, yaitu Jongseong dan Sunghoon membuat keributan seperti yang ada di bayangan Jihee, karena tatapan yang Jihee tahu bukan tatapan persahabatan itu tentu akan tidak baik-baik saja jika dibiarkan terus beradu.

Untung saja Sunghoon yang sempat menghentikan langkah Jihee menurut saja dengan ucapan Jihee yang ingin diberikan waktu untuk mereka berdua.

“Jadi apa yang akan kamu jelaskan padaku?”

Pertanyaan juga kalimat pertama yang Jongseong ucapkan sejak mereka berada di dalam sana dengan suasana canggung itu.

Jihee sedikit tersentak saat suara rendah Jongseong menyapa rungunya. Jihee kira dia akan menerima teriakan, tapi ternyata Jongseong lebih tenang menyikapi kejadian tadi.

Namun tetaplah ketenangan Jongseong juga tatapan tajam itu juga membuat nyalinya menciut. Entah kenapa Jihee merasa sangat bersalah padahal tidak tahu apa kesalahannya. Yang jelas ada rasa kekhawatiran jika Jongseong berpikir yang bukan-bukan.

Tak ada jawaban dari Jihee yang hanya berdiri mematung dengan tatapan menunduk, dan jemari kaki yang bergerak gelisah saling menindih jemari yang lain.

Jongseong mendesah, menghadapi gadis kecil satu ini ternyata juga harus menguras kesabaran nya. Bersyukurlah Jongseong tidak mau bersikap keras pada Jihee.

Jongseong memutuskan berdiri, mendekat kearah Jihee yang juga secara otomatis memberikan perhatian pada Jongseong dengan hati yang semakin menciut dengan debaran yang kian mengganggu. Karena dipikirannya Jongseong pasti akan marah padanya.

Mengerjapkan kedua bola mata dengan satu tegukan ludah yang sulit melewati kerongkongan saat usapan lembut tangan Jongseong yang merapikan rambutnya.

"Ganti baju, aku ingin makan malam denganmu."ucap Jongseong pelan dengan satu senyuman kecil yang mampu mematikan seluruh kerja saraf Jihee yang hanya termenung bahkan masih dalam keadaan kaku setelah Jongseong meninggalkan kamar itu.

'Tidak Jihee, jangan berdebar. Tidak. Aku hanya sedikit takut, bukan karena sudah jatuh hati kepadanya. Ya benar seperti itu.'


***


“Tidurlah jika mengantuk , aku akan membangunkanmu jika sudah sampai nanti.”

“Ah?” Jihee tersentak, dia memang mengantuk, terlebih dia juga kekenyangan kerena makan terlalu banyak, dan itu membuatnya semakin mengantuk.

Meski mereka pergi dengan suasana yang kurang baik, nyatanya Jihee menyantap makanannya dengan lahap. Itu juga karena perlakuan Jongseong yang lembut, yang juga tidak membahas lagi kejadian tadi seolah memang tidak terjadi.

Jongseong masih terlalu abu-abu bagi Jihee, perubahan sikapnya tidak bisa ditebak. 

“Aku tidak mengantuk, aku hanya kekenyangan.”rungutnya dengan nada kesal. 

Seharusnya tidak begitu, kenapa Jihee harus kesal pada Jongseong yang sudah baik padanya. Atau dia hanya kepikiran karena mereka akan tinggal diatap yang sama setelah bertunangan? Itulah yang Jongseong bahas saat makan tadi.

Ya , tinggal bersama setelah bertunangan. Meski sempat melongo dan memberontak karena bagi Jihee terlalu cepat tinggal bersama padahal baru bertunangan. Tapi tentu saja Jihee tidak bisa mendebat lebih keras. Toh Jongseong berhasil membungkamnya dengan kalimat,

"Kita memang baru bertunangan, tapi apa kata orang-orang dan media jika tunangan seorang cucu pengusaha besar masih tinggal dirumah orang lain yang di dalamnya ada lelaki dewasa yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali."

Oke. Sedikit kasar memang, tapi karena Jongseong menyampaikan dengan suara pelan Jihee jadi tidak bisa protes lagi. Dan memang ada benarnya. Jihee hampir melupakan siapa tunangan nya yang tentu bukan orang biasa itu.

Hanya dengusan kasar yang bisa Jongseong dengar setelahnya dan gerakan kasar Jihee yang memiringkan tubuhnya menghadap ke arah jendela samping, sangat terlihat jelas jika gadis itu sedang memberontak. Jongseong pun harus memaklumi.

20 menit berlalu, Jongseong sudah menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Sunghoon dimana Jihee tinggal saat ini.

Dan gadis yang tadinya merengut mengatakan jika dia tidak mengantuk , tapi ternyata memejamkan mata begitu lelap, membawa senyum tipis di bibir Jongseong.

"Lihatlah dirimu Ji, apa kamu juga seperti ini bersama pria itu. Bagaimana bisa aku membiarkanmu berlama-lama tinggal dirumahnya . Kau membuatku sangat kepikiran tau ga sih."
Monoton Jongseong sambil menyampirkan jaketnya untuk Jihee, membiarkan Jihee terlelap lebih lama.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang