09

4 0 0
                                    

Happy reading 🤍




***

Hari ini tiba waktunya, hari dimana jantung Jihee yang tidak berhenti berdenyut cepat dengan sesekali merasa mulas karena gugupnya.

Sudah sejak pagi tadi dirinya disibukkan dengan persiapan acara pertunangan nya. Padahal hanya pertunangan saja pikirnya, ternyata juga menyita tenaga , batin, juga pikirannya.

Sudah sejak sejam tadi acara berlangsung, dan kini jemari manisnya pun juga sudah tidak polos lagi. Sebuah cincin sederhana namun tetap memancarkan keindahannya sudah menghiasi. Begitupun dengan jari Park Jongseong. Cincin pasangan yang sama-sama terpasang dikeduanya membawa raut bahagia juga haru untuk Jong Heo juga keluarga Kim yang tentu hadir sebagai saksi disana.

Riuh tepuk tangan tamu undangan pun mengudara memenuhi halaman, memeriahkan memberi selamat atas berbahagianya Park Jongseong, pemuda tampan luar biasa cucu satu-satu nya dari pengusaha juga pebisnis kaya raya Park Jong Heo, yang baru saja menyelesaikan acara pertunangannya dengan Jung Jihee, gadis dengan wajah lembut dan senyum manis yang mampu menggetarkan siapapun yang melihatnya.

Acara berjalan lancar , sangat meriah juga mewah. 

Perkenalan yang berlangsung singkat pun nyatanya tak mengurangi bagaimana perasaan dari sepasang pasangan itu turut merasakan getaran yang mulai tercipta, yang setiap hari tumbuh semakin besar tanpa disadari.

“Apa kamu ingin pergi ke tempat lain selain disini? Sepertinya kamu terlihat lelah, Jay.”suara lembut wanita manis berbalut gaun berwarna putih tulang elegan itu menyela rungu Jongseong. 

Pada akhirnya dia melunak terhadap pria disampingnya itu. Padahal juga kemarin sore mereka sempat berdebat dan tentu Jongseong lah yang harus mengalah.

Jay adalah panggilan yang teman-temannya berikan untuk Jongseong selama di Amerika. Dan itu berlaku untuk Jihee mulai saat ini. Sungguh tak nyaman mendengar Jihee memanggilnya secara formal dengan nama lengkapnya, sedang Jay selalu mendengarkan Jihee memanggil pria lain dengan lebih akrab. Tapi Jongseong tak peduli lagi, toh Jihee sudah resmi terikat padanya dan sudah menjadi miliknya.

Panggilan itu Jihee lakukan untuk pertama kalinya, suara rendah nan lembut yang melantun tepat di samping telinga Jongseong sedikit membuatnya kesulitan menahan debaran aneh yang mengganggu. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang sejak awal pertemuan mereka. 

“Apa kamu lelah?”

Bukan jawaban yang Jihee dapatkan justru pertanyaan balik dari suara rendah Jongseong untuknya, yang seketika membuat Jihee melebarkan senyum manisnya lebih tulus menutupi debaran yang dia rasakan jika berada disamping pria itu.

“Kenapa kamu kembali mencuri perkataanku, itu pertanyaanku. Apa kau memang selalu kehabisan ide untuk bertanya selain menanyakan hal yang sama yang menjadi pertanyaanku?”

Mendengarkan ocehan renyah Jihee, Jongseong hanya terkekeh ringan. Tak ada lagi hubungan canggung diantara keduanya . Jihee itu karakter pencair suasana, meski di awal Jongseong berpura-pura acuh dan tak peduli. Kenyataannya semakin mengenal dan dekat dengan Jihee kenyamanan itu tumbuh semakin nyata.  

Hal yang terjadi selanjutnya dan tanpa di duga oleh Jihee adalah Jongseong yang tiba-tiba mengulurkan tangan dihadapannya, yang secara spontan membuat dahi Jihee mengerut, namun hanya dengan senyum tipis dari Jongseong yang menghipnotis, Jihee dengan ringan memberikan tangannya untuk di genggam Jongseong. Dan itu menjadi kali pertama mereka berpegangan tangan dengan jemari yang saling menaut hangat.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang