Happy reading 🤍
🌼
#
Jihee menarik laci paling atas pada meja riasnya. Mengambil sebuah buku bersampul biru langit disana dan membawanya diatas meja. Dengan perlahan Jihee membuka sampul buku itu yang langsung dihadapkan sebuah foto yang terselip di sana. Foto ibunya yang tersenyum dengan cantiknya dengan Jihee yang berada di gendongan.
Rasa sesak menyerang dada Jihee ,tak kuasa menahan getaran di bibir dengan buliran air mata yang langsung luruh membasahi pipi, terisak tertahan. Jihee yang masih belum percaya tidak bisa melihat lagi senyum ibunya yang seperti itu.
“Jihee ya..”
sebuah pelukan merengkuh tubuh mungil Jihee yang terisak dalam diam. Dan dengan sangat telaten tangan lembut itu mengusap punggung yang bergetar .
“Kita beli es krim setelah ini ya , hmm?”
“Hiks, op..oppaa.. aku bukan anak kecil. Hiks.” Jihee memukul perut Sunghoon dan mendorong nya sedikit menjauh.
Bukannya terharu justru Sunghoon tersenyum geli karena melihat ingus Jihee yang keluar.
“Lihatlah ingusmu itu, bagaimana aku tidak menganggapmu seperti anak kecil, huh?.”
“Ahhh, oppaaaa...”
Tawa Sunghoon semakin menjadi saat wajah memerah Jihee terlihat semakin kentara. Dia pun kembali memeluk Jihee, mengusap rambut lurus Jihee dengan hangat. Sunghoon tidak boleh ikut bersedih jika harus menguatkan Jihee.
Jihee pun mengeratkan pelukannya di pinggang Sunghoon karena posisinya yang masih duduk di kursi depan meja riasnya. Jika tidak ada Sunghoon mungkin dia sudah menyerah sesaat setelah kepergian ibunya. Pelukan itu terasa hangat juga menenangkan, memang hanya itu yang dibutuhkan saat ini .
“Terimakasih oppa.”
#
“Yakkk…kau memikirkan apa sih ?”
sentilan kecil di kepala Jihee manyadarkan gadis itu dari lamunannya. Jihee hanya mendengus dan kembali menduselkan wajahnya di bantal . Dengan posisinya yang tengkurap seperti itu membuatnya leluasa untuk menghirup aroma bantal yang dia pakai saat ini.
‘Aroma Sunghoon oppa.’ batinnya. aroma yang berefek Jihee kembali melayangkan pikirannya ke beberapa bulan yang lalu dimana Sunghoon yang dengan sabar menenangkan dan menguatkannya.
Apa Jihee merindukan sosok itu?
“Ji, kau sungguh tidak ingin kuliah? Apa kau tidak akan bosan berada dirumah terus? Tapi pasti tidak akan bosan sih, kalau aku jadi dirimu aku juga akan betah tinggal dirumah itu. masalah uang juga bukan masalah toh suamimu kaya raya. Masa depan pengangguranmu juga lebih terjamin.”
Kebiasan Sunoo yang bertanya dan menjawab sendiri. Tak jarang juga menyimpulkan sendiri dengan pemikirannya. Terlalu kreatif memang.
“Sudah kau belajar saja daripada ngoceh melulu. Ingat kau harus belajar buat ujian masuk kuliah besok.”
“Ck, aku malas sekali…arrgggg. Kalau tidak demi pemasukan jajanku aku juga memilih bermain game dirumah. Tapi pasti nyonya Kim akan sering mengomel. Nanti telingaku sakit. Aku juga tidak dapet uang jajan nanti pipiku kempes. Tidak imut lagi, bisa terlihat tua juga.” dramatis Sunoo.
Jihee pun membalikkan wajahnya ke arah Sunoo yang duduk dikarpet bersandar dikasur. yang sejak tadi hanya terlihat mengotak-atik laptopnya tanpa perkembangan apa pun.
ya, Jihee sedang berada dirumah Sunoo. Sejak siang tadi dia hanya merasa bosan dan pada akhirnya datang bertamu kerumah Sunoo. Aneh juga rasanya yang sebelumnya menjadi tempatnya pulang selama beberapa bulan, kini sebatas menjadi rumah yang dia kunjungi. Ada rasa yang hilang saat Jihee datang kesana.
“Rasanya aku jadi malas kembali kerumah. Apa kau mau bertukar denganku?”
“Astaga, apa yang kau katakan?”dengan gerak cepat Sunoo merubah posisi duduknya, menatap Jihee dan menaruh dagunya di kasur berhadapan dengan Jihee.
“Apa suamimu kasar padamu?”
“Aishh, sudah ku katakan jangan bicara sembarangan. Aku belum menikah! Suami...suami terus saja bicara seperti itu kusumpel juga pake bantal mulut itu.”
“Tapi kalian tinggal bersama. Dan pasti akan segera menikah.”
Jihee kembali mendengus, bukannya menjawab justru pikirannya melayang lagi.
Jika dia tidak bertemu dengan Jong Hoe apa situasinya akan sama. Apa dia akan tetap menjadi tunangan Jongseong? Atau apakah dia tetap akan bertemu Jongseong? Apa akan tetap seperti itu.
“Kau tidur saja disini semalam. Pasti suamimu akan mengijinkan. Noh kamarmu masih dengan kondisi yang sama. Boneka beruangmu juga masih disana menunggu kasurmu sendirian.”
entah berapa kali Jihee menghembuskan napas beratnya, dia tak mengerti. Dari cerita Sunoo, Sunghoon pun tidak kembali ke kamarnya semenjak dia pergi. padahal sejak awal itu kamar milik Sunghoon. Namun setelah Jihee pergi pun Sunghoon masih berada di kamar Sunoo sampai saat ini.
Jihee kembali menduselkan wajahnya di bantal menghirupnya kuat dan langsung terduduk cepat, membuat Sunoo terheran dengan mimik muka sinisnya.
“Ahh, aku harus pulang. Aku harus menyiapkan makan malam .”
“Wahhhhh, kau sudah menjadi istri yang baik ternyata. Nyonya Park Jihee."
Saking sebalnya Jihee melempar bantal ke arah Sunoo yang berhasil dihindari dan berbalas uluran lidah dari pria itu .
"Tidak menunggu hyung? Dia pasti akan sampai rumah sebentar lagi.”
“Tidak. Ya kalau dia langsung pulang toh kakakmu itu gemar sekali lembur. Sudah. aku harus kembali. Aku akan membawa bonekaku, oppa pasti hanya malas menyingkirkan boneka itu makanya tidak mau tidur di kamarnya lagi.”
“Ahh, terserah. Kalian ini memang keras kepala. Terlambat sih, tapi sebenarnya tidak juga.”
dumel Sunoo dan kembali pada laptopnya entah apa yang dia pelajari tapi Jihee yakin itu tidak berhasil sama sekali. Yah, hanya cukup percaya keberuntungan saja nanti dia bisa masuk di univ yang Sunoo mau.
“Aku tidak akan mengantarmu. Kau tau aku sedang sibuk kan. bukan aku yang malas beranjak dan harus mengangkat bokongku lho ya.”
“Hmm, ya ya aku tahu. Lemak di bokongmu memang semakin tertimbun banyak.”
suara kekehan Jihee mengantarkan dia keluar dari kamar Sunoo. Jihee pun masuk ke dalam kamar Sunghoon yang dulu di tempati. Tak lama disana , hanya mengenang sebentar , mengambil boneka dan pergi. Sayangnya paman dan bibi Kim sedang pergi, jadi Jihee tidak bisa bertemu.
Dengan memeluk boneka beruang, Jihee menelusuri jalan komplek menuju halte depan. Sungguh seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya. Memikirkannya Jihee jadi kembali sedih, dia benar-benar seorang diri sekarang.
Jihee akhirnya sampai di halte, duduk tenang memeluk beruang biru mudanya yang sebesar tas ransel itu.
“Jihee ya?”
Jihee mendongak dan mendapati Sunghoon yang baru saja turun dari bus.
deg.
deg.
deg.
Jihee terhenyak sementara. Entah apa yang sedang terjadi padanya. Tapi jantungnya berdegup kencang saat tatapannya beradu dengan kedua manik teduh Sunghoon.
“O..oppa..”
Tbc~

KAMU SEDANG MEMBACA
Dive Into You
Fanfiction"Aku terkunci dimatamu, di kedua bola mata dengan binar tenang yang menghanyutkanku untuk menyelamimu lebih dalam. Kau menipuku, membuatku terperangkap hingga tidak bisa keluar lagi ." -j.n