24 END

18.3K 1.2K 182
                                    

Chira mengerjapkan matanya, menyesuaikan silau cahaya yang menusuk matanya.

"Ugh!" Seluruh badannya terasa begitu sakit. Pegal gila dimana-mana. Kaku sekali, untuk bergerak sedikit saja ngilu bukan main.

"Mbakyu!"

Chira melirik kearah asal suara, ternyata si brindil yang berdiri diambang pintu dengan wajah terkejut melihatnya. Yah, sudah lama tak melihat si brindil. Semenjak mereka tinggal di istana, brindil mendapatkan pendidikan disana. Badannya lebih terawat sekarang.

"Mbakyu! Tunggu jangan bergerak, biar ku panggilkan tabib! TABIIIIBBBBB!!!"

Chira memejamkan matanya, suara Sekar brindil ini nyaring sekali berteriak disampingnya memanggil tabib. Tapi tak lama kemudian ada tiga tabib yang masuk menjumpainya.

Ketiga tabib itu bergerak mengecek tubuhnya, dan menyuruhnya untuk meminum air hangat. Mereka banyak memberi saran untuk Chira.

Setelah semua selesai, tabib kembali keluar. Sekar mendekati Chira. "Mbakyu, sebenarnya apa yang telah terjadi pada mbakyu?!"

"Akhh akhh!" Tidak, Chira tidak mendesah... Tapi ini dia sedang mengecek suaranya. Kenapa rasanya serat sekali untuk mengeluarkan suara yah?

"Bisa tolong ambilkan aku air lagi?" Chira menunjuk air hangat diatas meja yang segera diambilkan Sekar brindil.

Setelah meminumnya beberapa teguk, Chira merasa lebih lega. "Memangnya apa yang terjadi padaku?" tanya Chira balik.

Sekar memiringkan kepalanya. "Aku tiba-tiba dikirim pulang kembali, katanya aku harus menemani mbakyu. Aku takut sekali tiba-tiba mendapati mbakyu sudah tidak sadarkan diri di rumah, dan pihak istana mengirim banyak tabib yang selalu siap setiap saat merawat mbakyu. Mereka bahkan mengirimkan murid kelas tinggi Senopati Gandamana ahli kanuragan, karena mbakyu tidak sadar selama tiga hari!"

Shock, ternyata dirinya sudah tak sadarkan diri selama itu. Pantas tubuhnya lemas sekali.
Chira merasakan remasan ditangannya, Sekar memegang tangannya dengan lembut. Mata memancarkan rasa cemas yang tulus. "Apa yang sebenarnya terjadi mbakyu? Saat aku bertanya pada pihak istana__mereka malah tutup mulut."

Chira garuk-garuk kepala. Yah mau bagaimana dia menjelaskannya ke Sekar yang masih dibawah umur itu? Kalau dia dibuat pingsan karena habis di gempur oleh empat rudal sekaligus.

Wajah Chira memerah ketika ingatan malam panas itu terlintas kembali dibenaknya. "Tidak terjadi apa-apa disana, sekarang semuanya sudah selesai. Kita bisa hidup damai seperti sebelumnya." Chira tersenyum mengelus rambut brindil Sekar.

"Damai? Hmm ntahlah mbakyu keadaan kerajaan ini sedang gonjang-ganjing."

Deg!

"Apa maksudmu?" tanya Chira.

"Ah aku lupa, mbakyu kan tidak sadarkan diri. Jadi sehari setelah aku dipulangkan bersama mbakyu, terjadi pemberontakan. Gusti raja terbunuh ditangan putranya sendiri Gusti pangeran Sentanu."

Rasanya sedikit sesak Chira mengambil nafas setelah mendengar cerita Sekar.

"Tapi sebenarnya bukan hanya Gusti pangeran Sentanu saja yang berontak, pangeran kembar bahkan ikut andil. Ah ya! Terjadi perang hebat semalaman penuh... Dari pihak yang melindungi Gusti raja dan pasukan Senopati Gandamana! Keadaan istana benar-benar kacau balau, darah ada dimana-mana." Sekar terlihat begitu dramatis menceritakannya.

"Semua warga tidak ada yang berani keluar dalam beberapa hari mbakyu! Suara gemuruh peperangan dan teriakan kesakitan bahkan sampai keluar desa. Sampai pada akhirnya Gusti pangeran Sentanu mengumumkan kemenangannya. Malam ini adalah pelantikan resminya sebagai pemimpin kerajaan Dandang Mangore yang baru dan dua hari lagi akan diadakan pesta."

Dandang Mangore Romance [21+]  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang