Surat tak terkirim

1 0 0
                                    

Dengan tangan bergetar, aku membaca surat yang kutemukan di rumah tua itu. Isinya adalah pengakuan dari tuan Ranggala kepada nyonya Manie, ditulis pada tanggal 16 Desember 1959. Surat itu penuh dengan penyesalan dan permintaan maaf.

"Manie yang terkasih,

Aku menulis surat ini dengan hati yang berat. Aku harus jujur padamu bahwa aku telah jatuh cinta pada seorang gadis bernama Yulia. Dia tinggal di Yogyakarta, dan aku telah memutuskan untuk menikah dengannya. Keputusan ini tidak mudah, namun aku merasa ini yang terbaik untuk kita berdua.

Aku tahu ini akan sangat menyakitkan bagimu, dan aku sangat menyesal harus menyampaikan ini lewat surat. Aku harap suatu hari nanti kau bisa memaafkan aku.

Dengan penuh penyesalan,
Ranggala"

Aku tertegun membaca kalimat demi kalimat dalam surat itu. Ini menjelaskan mengapa surat-surat dari tuan Ranggala tiba-tiba berhenti. Namun, yang lebih mengherankan adalah surat ini tidak pernah sampai ke tangan nyonya Manie. Mengapa surat ini tertinggal di rumah tua yang tampaknya tidak berpenghuni ini?

Pikiran tentang Yulia dan keberadaannya di Yogyakarta membuatku semakin penasaran. Apakah dia mengetahui tentang nyonya Manie? Apakah tuan Ranggala benar-benar meninggalkan Manie untuk menikahi Yulia?

Keesokan harinya, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Yulia. Aku bertanya kepada beberapa tetangga di sekitar rumah nyonya Manie jika mereka pernah mendengar tentang gadis bernama Yulia. Namun, jawaban mereka sama—tidak ada yang tahu tentangnya.

Aku memutuskan untuk kembali ke penjual minyak tanah. Mungkin dia tahu sesuatu tentang surat itu atau tentang Yulia. Namun, saat aku tiba di kiosnya, dia tidak ada di sana. Kios itu tertutup rapat dan tampak tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Dengan penuh tekad, aku mengambil keputusan untuk pergi ke Yogyakarta. Aku yakin bahwa jawaban dari semua pertanyaanku ada di sana. Aku mengambil surat itu sebagai petunjuk dan mulai merencanakan perjalananku.

Perjalanan ke Yogyakarta memakan waktu beberapa jam. Setibanya di sana, aku mulai mencari informasi tentang Yulia. Aku mendatangi beberapa kantor pos dan tempat-tempat umum, menunjukkan foto tuan Ranggala dan bertanya kepada orang-orang apakah mereka pernah melihatnya bersama seorang wanita bernama Yulia.

Setelah berjam-jam bertanya, akhirnya seorang wanita paruh baya di sebuah pasar tradisional mengingat sesuatu. “Oh, ya, saya ingat. Ada seorang pria bernama Ranggala yang sering datang ke sini beberapa tahun lalu. Dia bersama seorang wanita muda, mungkin itu Yulia yang kamu cari.”

Hatiku berdegup kencang. Aku meminta wanita itu menunjukkan arah ke tempat di mana dia terakhir melihat mereka. Dia menunjuk ke arah sebuah rumah kecil di pinggiran pasar.

Aku mendekati rumah itu dengan perasaan campur aduk. Aku mengetuk pintu dan menunggu. Seorang wanita muda membuka pintu. Matanya yang lembut dan wajahnya yang cantik menunjukkan bahwa dia adalah Yulia.

“Selamat sore, apakah Anda Yulia?” tanyaku dengan suara bergetar.

“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?” jawabnya dengan ramah namun curiga.

“Saya Dara, saya datang dari Magelang. Saya ingin berbicara tentang tuan Ranggala,” kataku sambil menunjukkan surat yang kutemukan.

Wajah Yulia berubah seketika. Dia mempersilakan aku masuk, dan kami duduk di ruang tamu yang sederhana namun nyaman. “Apa yang ingin Anda ketahui tentang Ranggala?” tanyanya dengan hati-hati.

Aku menjelaskan semuanya, tentang nyonya Manie, surat-surat yang tak pernah sampai, dan kematian tragisnya. Yulia mendengarkan dengan seksama, air mata mulai mengalir di pipinya. “Saya tidak pernah tahu bahwa surat itu tidak sampai,” katanya pelan. “Ranggala memang tinggal di sini, tapi dia meninggal beberapa bulan setelah menulis surat itu. Dia tidak pernah memberitahuku tentang nyonya Manie.”

Pengakuan Yulia membuat hatiku hancur. Semua misteri ini, semua rasa sakit yang dialami nyonya Manie, semuanya terjawab. Aku meninggalkan Yogyakarta dengan perasaan campur aduk—lega karena menemukan jawaban, namun sedih karena kebenaran yang terlambat ditemukan.

Kisah cinta dan pengkhianatan ini akan selalu terpatri dalam ingatanku, membawa pelajaran berharga tentang kejujuran dan dampak dari tindakan yang tak terduga.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang