Mimpi

1 0 0
                                    

Malam itu di rumah sakit, tubuhku terasa berat dan lelah. Luka-luka dari kecelakaan dan ketegangan emosi yang luar biasa membuatku merasa hancur. Bintang terbaring di ranjang sebelahku, masih terlelap. Aku mencoba tidur, namun bayangan kejadian tadi malam terus menghantui pikiranku.

Tengah malam, aku terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhku. Perasaan aneh menyelimuti diriku, membuatku merasa gelisah. Aku merasa sangat perlu untuk ke toilet, jadi aku berusaha bangkit dari ranjang, berjalan perlahan dengan langkah tertatih-tatih.

Saat aku membuka pintu toilet, pemandangan mengerikan langsung menyambutku. Bintang tergantung di langit-langit, tali menjerat lehernya dengan erat. Matanya terbuka, wajahnya menunjukkan ekspresi kesakitan dan putus asa. Aku teriak sekuat tenaga, namun suaraku teredam oleh ketakutanku sendiri.

"Bintang!" jeritku sambil menangis. Namun yang membuatku lebih ngeri, wajah Bintang berputar perlahan menatapku dengan mata penuh amarah. Bibirnya bergerak, dan dia berbisik dengan suara yang mengerikan, "Kita akan bersama di neraka."

Aku terjatuh ke lantai, tubuhku gemetar hebat. Namun, dalam sekejap, pemandangan itu menghilang dan aku tersentak bangun di ranjang rumah sakit. Napasku tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi tubuhku. Aku melihat sekeliling, memastikan bahwa aku masih di kamar rumah sakit dan semua itu hanya mimpi buruk.

Aku segera memalingkan pandangan ke arah Bintang. Dia masih terbaring di ranjang, napasnya tenang dan stabil. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung memeluknya erat, air mata mengalir deras di pipiku. "Bintang, aku takut," bisikku dengan suara gemetar.

Bintang terbangun, tampak kebingungan melihatku menangis. "Ada apa, Dara?" tanyanya dengan suara lembut, membelai rambutku untuk menenangkanku.

"Aku bermimpi buruk," kataku, masih memeluknya erat. "Aku melihatmu... menggantung diri... dan berkata bahwa kita akan bersama di neraka."

Bintang menarikku lebih dekat, menenangkanku dengan pelukan hangatnya. "Itu hanya mimpi, Dara. Aku ada di sini, bersamamu. Kita akan melalui semua ini bersama."

Aku mengangguk, mencoba menenangkan diriku. "Aku takut kehilanganmu, Bintang. Semua ini terlalu berat."

"Kita tidak akan menyerah," kata Bintang dengan tegas. "Kita sudah sejauh ini, dan kita akan terus berjuang. Tidak ada yang bisa memisahkan kita."

Malam itu, aku akhirnya bisa tidur kembali, meskipun rasa takut dan kecemasan masih menyelimuti hatiku. Keberadaan Bintang di sampingku memberikan kekuatan yang luar biasa. Kami harus tetap bertahan, menghadapi semua ketakutan dan bahaya yang menghadang.

Keesokan paginya, setelah mendapatkan perawatan lebih lanjut dan berbicara dengan dokter, kami memutuskan untuk merencanakan langkah berikutnya. Kami harus menemukan cara untuk menghentikan sekte itu dan mengungkap semua kebenaran yang tersembunyi.

Dengan Bintang di sisiku, aku merasa lebih kuat. Kami bertekad untuk tidak membiarkan teror dan ancaman menguasai hidup kami. Perjuangan ini belum berakhir, dan kami akan terus berusaha demi keadilan dan kedamaian yang telah direnggut dari kami. Kami tidak akan menyerah, tidak sekarang, dan tidak pernah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang