Menemui tuan sindu

0 0 0
                                    

Pagi itu, suara dari dapur membangunkanku. Dengan mata yang masih berat karena ngantuk, aku berjalan menuju dapur. Bintang sudah ada di sana, memasak untukku. Aroma sop wonton dan jus naga memenuhi ruangan, membuatku tersenyum lebar.

"Bintang, kamu luar biasa," kataku, menghampirinya dan memeluknya dari belakang.

Dia menoleh dan tersenyum, "Aku tahu ini makanan kesukaanmu. Aku ingin memastikan kamu mendapatkan energi yang cukup untuk hari ini."

Kami duduk bersama dan menikmati sarapan. Aku merasa sangat beruntung memiliki Bintang di sisiku. Kami telah berpacaran cukup lama, dan meskipun dia pernah ragu apakah aku akan menerima cintanya, aku tidak pernah meragukan perasaanku padanya.

Setelah sarapan, aku tahu bahwa langkah selanjutnya dalam menyelesaikan misteri ini adalah menemui Tuan Sindu. Namun, aku tidak tahu di mana dia berada. Aku mengajak Bintang untuk kembali menemui sang kusir.

Kami tiba di rumah kusir delman dan aku langsung bertanya tentang keberadaan Tuan Sindu. Kusir itu menjawab dengan hati-hati, "Tuan Sindu sekarang ada di Surabaya, di pelabuhan Tanjung Perak. Dia memiliki bisnis logistik di sana. Tapi, jika kalian memutuskan untuk ke sana, harap sangat berhati-hati. Tuan Sindu yang kaya raya itu memiliki banyak preman dan backingan kuat dari pihak berwajib."

Aku merasakan ketegangan menjalar di tubuhku. "Kami harus ke sana," kataku tegas. "Ini mungkin satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban yang kita butuhkan."

Bintang menggenggam tanganku erat. "Kita akan melakukannya bersama-sama, Dara. Aku akan selalu ada di sampingmu."

Kami mulai mempersiapkan perjalanan ke Surabaya. Kusir delman memberi kami beberapa petunjuk dan saran tentang bagaimana menghadapi Tuan Sindu. Dia juga memberikan nomor kontak seorang kenalannya di Surabaya yang bisa membantu kami.

Perjalanan ke Surabaya terasa menegangkan. Di sepanjang jalan, Bintang terus memberikan semangat dan memastikan aku merasa aman. Setibanya di pelabuhan Tanjung Perak, suasana hiruk-pikuk pelabuhan menyambut kami. Kami mencari kontak yang diberikan oleh kusir delman, seorang pria bernama Pak Ridwan.

Pak Ridwan adalah seorang pria paruh baya dengan tampang yang tenang dan bijaksana. Dia menyambut kami dengan ramah dan mendengarkan cerita kami dengan seksama. "Tuan Sindu adalah orang yang sangat berpengaruh di sini," katanya. "Namun, dia juga sangat berbahaya. Jika kalian ingin bertemu dengannya, kita harus berhati-hati dan merencanakan semuanya dengan baik."

Kami mulai merencanakan bagaimana cara mendekati Tuan Sindu. Pak Ridwan membantu kami menyusun strategi untuk bertemu dengannya tanpa menarik perhatian yang tidak diinginkan. Dia juga memberi kami informasi tentang kebiasaan dan rutinitas Tuan Sindu.

Malam itu, kami menginap di sebuah rumah aman yang disediakan oleh Pak Ridwan. Aku merasa cemas tetapi juga termotivasi. Bintang terus memberikan dukungan, memastikan aku tetap fokus pada tujuan kami.

"Pagi esok, kita akan mencoba menemui Tuan Sindu," kata Pak Ridwan sebelum kami beristirahat. "Ini akan berbahaya, tetapi jika kita berhasil, kita mungkin bisa mendapatkan jawaban yang kamu cari, Dara."

Aku menatap Bintang dan merasakan kekuatan dari dukungannya. "Kita akan berhasil," kataku dengan penuh keyakinan. "Demi mengungkap kebenaran dan memberi kedamaian bagi semua yang terlibat."

Dengan semangat yang baru dan rencana yang matang, kami bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Perjalanan ini mungkin penuh bahaya, tetapi aku tahu bahwa dengan Bintang di sisiku, aku bisa menghadapi apa pun. Kami akan mengungkap misteri kematian Tuan Ranggala, tidak peduli seberapa sulit jalannya.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang