Perjanjian gelap

1 0 0
                                    

Cerita yang disampaikan oleh pedagang minyak itu membuat kami terguncang. Perjanjian yang dibuat oleh Tuan Ranggala dengan kegelapan benar-benar mengejutkan. Aku merasakan keguncangan mendalam saat menyadari bahwa Tuan Ranggala telah menjadi korban dari keputusasaan dan ambisi yang membutakan.

"Tuan Ranggala membuat perjanjian dengan iblis?" bisikku, mencoba mencerna semua informasi tersebut.

Pedagang minyak itu mengangguk dengan serius. "Ya, dia terjebak dalam lingkaran setan itu, Dara. Dan sekarang, nyawa nyonya Yulia berada dalam bahaya besar."

Bintang menatapku dengan mata penuh kekhawatiran. "Kita harus segera ke Yogyakarta. Kita tidak punya waktu untuk kehilangan."

Tanpa ragu, kami segera meninggalkan Magelang dan menuju ke Yogyakarta. Di perjalanan, pikiranku dipenuhi oleh kisah tragis Tuan Ranggala dan ketakutan akan nasib nyonya Yulia.

Setibanya di Yogyakarta, kami langsung menuju ke alamat yang diberikan oleh Tuan Sindu. Rumah nyonya Yulia terlihat sepi dan gelap, tetapi ada sesuatu yang terasa tidak beres. Kami mengetuk pintu dengan keras, berharap agar ada yang menjawab.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dengan perlahan. Nyonya Yulia, yang tampak pucat dan lemah, berdiri di depan kami dengan tatapan yang penuh ketakutan. "Siapa kalian?" desisnya pelan.

Aku menjelaskan semua yang telah kami ketahui tentang rencana jahat yang akan menimpa nyonya Yulia. "Kami datang untuk menyelamatkan Anda," kataku dengan suara yang penuh urgensi. "Tuan Ranggala telah terjebak dalam perjanjian dengan kegelapan, dan nyawa Anda dalam bahaya besar."

Nyonya Yulia menatap kami dengan mata yang penuh ketidakpercayaan. "Apa yang kalian bicarakan? Saya tidak mengerti..."

Bintang menyentuh pundaknya dengan lembut. "Nyonya Yulia, kami tahu bahwa malam depan malam kliwon, sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada Anda. Kami tidak punya banyak waktu. Kami harus segera membawa Anda pergi dari sini."

Nyonya Yulia terdiam sejenak, mencerna semua yang kami katakan. Akhirnya, dia mengangguk dengan lemah. "Baiklah, saya percaya pada kalian. Tolong selamatkan saya."

Tanpa menunda lagi, kami membawa nyonya Yulia pergi dari rumahnya. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi satu hal yang pasti, kami akan berjuang untuk melindungi nyawa wanita ini dari bahaya yang mengancamnya. Dengan tekad yang bulat, kami melanjutkan perjalanan kami, siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang