Teror

1 0 0
                                    

Malam itu, dengan kecepatan tinggi, Bintang menyetir mobil melewati Alas Roban. Jalur yang dipilihnya memang yang tercepat, namun juga paling gelap dan penuh misteri. Nyonya Yulia duduk di belakang, terlihat gelisah meskipun berusaha tetap tenang. Aku duduk di depan, mencoba menenangkan diriku sendiri dengan berpikir bahwa ini adalah cara terbaik untuk segera menyelamatkan Nyonya Yulia.

Radio mobil memainkan lagu keroncong klasik karya Ismail Marzuki, menciptakan suasana nostalgia yang aneh di tengah ketegangan kami. Namun, tiba-tiba, suara dari radio berubah. Kata-kata yang keluar terdengar jelas dan mengerikan, seolah-olah radio itu berbicara langsung kepada kami.

"Jangan lari. Kalian tidak bisa lari."

Suara itu membuat darahku membeku. Aku melihat ke arah Bintang, yang juga tampak terguncang, tetapi tetap fokus pada jalan. Nyonya Yulia di belakang mulai menangis pelan, ketakutan menyelimuti wajahnya.

Dalam kegelapan, sosok pria berjubah muncul di tengah jalan. Bintang berusaha keras untuk menghindarinya, namun dalam kepanikan, mobil tergelincir dan terjun ke jurang. Dunia berputar dengan cepat, suara logam beradu, kaca pecah, dan jeritan kami semua bercampur menjadi satu.

Saat mobil berhenti terguling, aku merasakan sakit di seluruh tubuhku. Kepalaku pusing dan pandangan kabur. Aku bisa mendengar Bintang mengerang kesakitan di sampingku. "Bintang... Nyonya Yulia...," aku berusaha memanggil mereka dengan suara lemah.

Aku melihat Bintang terjebak di kursi pengemudi, berusaha keras untuk bergerak. Nyonya Yulia terdiam di belakang, tampak tidak sadarkan diri. Panik menyergapku, tetapi aku tahu kami harus keluar dari sini secepat mungkin.

Aku berhasil membuka pintu mobil yang penyok dan merangkak keluar. Dengan sisa-sisa tenaga, aku menarik Bintang keluar. "Kita harus segera keluar dari sini," bisikku, menahan sakit di sekujur tubuhku.

Kami berdua berusaha mengeluarkan Nyonya Yulia dari mobil. Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya kami berhasil menariknya keluar. Dia masih hidup, namun kondisinya cukup parah. Kami terpaksa meninggalkannya sejenak di tepi jurang untuk mencari pertolongan.

"Tidak ada sinyal di sini," kata Bintang dengan cemas setelah mencoba memeriksa ponselnya. "Kita harus mencari bantuan."

Kami menyusuri jalan setapak dengan susah payah, berharap menemukan bantuan. Gelap dan sunyi, hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan. Aku terus berpikir tentang sosok pria berjubah itu dan kata-kata dari radio. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang menginginkan kami mati?

Setelah berjalan beberapa lama, kami melihat cahaya samar dari kejauhan. Dengan penuh harapan, kami mendekati sumber cahaya tersebut. Ternyata itu adalah sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Kami mengetuk pintu dengan keras, berharap seseorang akan mendengar.

Seorang pria tua membuka pintu, tampak terkejut melihat kondisi kami. "Tolong, kami butuh bantuan," kataku dengan suara putus asa. "Ada kecelakaan di jalan, dan kami terluka parah."

Pria tua itu segera membawa kami masuk dan memberi pertolongan pertama. "Kalian sangat beruntung masih hidup," katanya sambil membersihkan luka di lenganku. "Alas Roban adalah tempat yang berbahaya, terutama di malam hari."

"Kami tidak punya pilihan," jawab Bintang. "Kami sedang dikejar oleh sekelompok orang berbahaya."

Setelah mendengar cerita kami, pria tua itu mengangguk mengerti. "Kalian bisa tinggal di sini malam ini. Pagi nanti, saya akan membantu kalian mencari pertolongan lebih lanjut."

Kami merasa sedikit lega. Malam itu, meskipun tubuh kami penuh luka dan rasa takut masih menghantui, setidaknya kami berada di tempat yang relatif aman. Namun, aku tahu bahwa perjuangan kami belum selesai. Keesokan paginya, kami harus melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkan Nyonya Yulia dari ancaman sekte yang mengincar nyawanya.

Dalam kesunyian malam itu, aku berdoa agar kami diberi kekuatan dan perlindungan untuk menghadapi bahaya yang masih mengintai. Tidak ada jalan kembali sekarang. Kami harus terus maju, menemukan kebenaran, dan menyelamatkan Nyonya Yulia dari nasib mengerikan yang menantinya.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang