Rahasia Kekayaan

1 0 0
                                    

**Bab 9: Rahasia KekayaanSetelah melihat-lihat rumah tua itu, kusir delman memanggil seseorang dari dalam rumah. Seorang wanita tua yang dipanggil Bibi Nur muncul di pintu. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya masih menunjukkan ketegasan.

"Bibi Nur, tolong buatkan teh untuk tamu kita," kata kusir delman dengan sopan.

"Tentu, Pak Kusir," jawab Bibi Nur dengan ramah, lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan teh.

Aku dan Romo Robert duduk di bangku kecil di depan teras, sambil menunggu teh disiapkan. Suasana di sekitar rumah itu sangat tenang, hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan.

Sambil menunggu, kusir delman melanjutkan ceritanya. "Dahulu, tuan Ranggala sangatlah kaya dibandingkan orang-orang sekitar ini. Kekayaan itu berasal dari bisnis konveksi kain ternama yang dia miliki. Rumah ini menjadi saksi bisu dari kesuksesannya. Dia bahkan sampai mengeskpor produknya ke Eropa, dengan permintaan yang sangat banyak."

Aku mendengarkan dengan penuh perhatian. "Jadi, apa yang terjadi hingga dia mengalami kesulitan finansial?"

Kusir delman menghela napas panjang. "Suatu ketika, perusahaan ini bangkrut. Namun, kegagalannya tidak pernah diketahui oleh kedua istrinya, nyonya Manie dan nyonya Yulia. Mereka tidak tahu bahwa di balik penampilan mewahnya, tuan Ranggala menyimpan rahasia besar."

"Bagaimana dia bisa menyembunyikan itu dari kedua istrinya?" tanya Romo Robert, penasaran.

"Tuan Ranggala adalah orang yang sangat pandai menyembunyikan perasaannya dan masalahnya. Dia tidak ingin membuat kedua istrinya khawatir. Dari kebangkrutan itu, dia bertekad untuk meminjam uang dari tuan Sindu, seorang lintah darat terkenal di kota ini. Dia berjanji akan mengembalikan uang itu seutuhnya sebelum akhir bulan," jelas kusir delman.

"Apa yang terjadi setelah itu?" tanyaku, semakin terlibat dalam cerita ini.

Bibi Nur kembali dengan nampan berisi teh hangat dan beberapa kue kering. Dia meletakkan nampan itu di meja kecil di depan kami. "Silakan minum, tuan dan nyonya," katanya dengan ramah.

Kami semua mengambil secangkir teh. Kusir delman melanjutkan ceritanya sambil menyesap tehnya. "Tuan Ranggala berusaha keras untuk membayar utangnya. Dia bekerja siang dan malam, mencoba berbagai cara untuk menghidupkan kembali bisnisnya. Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya. Semakin dia berusaha, semakin dalam dia terjerumus dalam hutang. Hingga akhirnya, dia tidak bisa mengembalikan uang itu tepat waktu."

"Apakah itu alasan dia bergabung dengan sekte itu?" tanya Romo Robert.

Kusir delman mengangguk. "Ya, dia berharap dengan bergabung dengan sekte itu, dia bisa mendapatkan kekayaan dan kekuasaan yang dijanjikan. Dia sangat putus asa dan tidak melihat jalan lain untuk keluar dari masalahnya. Namun, itu hanya membuatnya terjebak lebih dalam dalam masalah."

Aku merasa simpati dan ngeri sekaligus. "Jadi, bagaimana akhirnya?"

"Tuan Sindu mulai menagih utangnya dengan cara yang kejam. Tuan Ranggala terdesak dari semua sisi—hutang yang membengkak, tekanan dari sekte, dan ketakutannya bahwa kedua istrinya akan mengetahui semuanya. Dia merasa tidak ada jalan keluar dan akhirnya memilih jalan yang paling tragis," kata kusir delman dengan nada sedih.

Kami terdiam sejenak, merenungkan betapa tragisnya nasib tuan Ranggala. Pilihannya yang putus asa membawa malapetaka tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang yang dia cintai.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Romo Robert, mencoba menemukan arah dari semua informasi ini.

Kusir delman menatap kami dengan serius. "Kalian harus mengungkap kebenaran ini. Biar orang tahu betapa sulitnya hidup tuan Ranggala dan bagaimana dia terjebak dalam lingkaran setan itu. Hanya dengan mengungkap kebenaran, kita bisa memberi kedamaian bagi mereka yang telah pergi dan pelajaran bagi yang masih hidup."

Aku mengangguk setuju. "Kami akan melakukannya, Romo. Kami akan mengungkapkan kebenaran ini, tidak hanya untuk tuan Ranggala, tetapi juga untuk nyonya Manie dan nyonya Yulia."

Dengan tekad yang baru, kami meninggalkan rumah tua itu, membawa serta cerita yang penuh tragedi dan pelajaran berharga. Perjalanan ini belum selesai, tetapi kami tahu bahwa langkah selanjutnya adalah membawa kebenaran ini ke permukaan, demi keadilan dan kedamaian bagi semua yang terlibat.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang