Kusir Delman

1 0 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan tenang. Aku kembali ke rutinitasku sebagai tukang pos, berusaha menjalani hari-hari seperti biasa. Namun, bayangan tentang pesan misterius dari pria berjubah itu masih menghantuiku. Meskipun begitu, aku berusaha mengesampingkan rasa takut dan fokus pada pekerjaanku.

Suatu malam, setelah semua surat terkirim dan kantor pos mulai sepi, aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Ternyata, itu Romo Robert. Wajahnya terlihat serius, menandakan bahwa ada sesuatu yang penting yang ingin dia sampaikan.

“Dara, maaf mengganggu malam-malam begini, tapi ada sesuatu yang perlu kau ketahui,” katanya dengan nada serius.

“Ada apa, Romo?” tanyaku, merasa sedikit khawatir.

“Setelah beribadah di gereja tadi sore, seorang kusir delman menemuiku. Dia bilang dia tahu lebih banyak tentang kematian tuan Ranggala dan ingin mengajak kita untuk menyusuri beberapa hal terkait kasus itu. Namun, dia sangat merahasiakan ini dan ingin kita bertemu dengannya malam ini juga,” jelas Romo Robert.

Aku terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. Ini bisa menjadi petunjuk penting yang selama ini aku cari, namun juga bisa menjadi jebakan. Namun, rasa penasaran dan tekad untuk menemukan kebenaran lebih kuat daripada rasa takutku.

“Aku akan ikut, Romo. Di mana kita harus bertemu dengannya?” tanyaku akhirnya.

Romo Robert tersenyum tipis. “Dia akan menunggu kita di depan gereja. Ayo, kita berangkat sekarang.”

Kami segera meninggalkan kantor pos dan menuju gereja. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, dan suasana sepi di sekitar gereja menambah kesan misterius. Setibanya di sana, kami melihat sebuah delman dengan lampu redup yang diparkir di depan gereja. Seorang pria tua, kusir delman, menunggu dengan sabar.

“Selamat malam, Romo. Selamat malam, Nona,” sapa kusir delman dengan suara pelan namun tegas. “Terima kasih telah datang. Saya mengerti ini mungkin tampak aneh, tapi percayalah, saya tahu lebih banyak tentang kematian tuan Ranggala.”

“Kami di sini untuk mendengarkan,” jawab Romo Robert. “Apa yang bisa Anda ceritakan kepada kami?”

Kusir delman itu menghela napas, menatap sekeliling seolah memastikan tidak ada yang menguping. “Naiklah ke delman saya. Ada tempat yang perlu kita kunjungi, dan saya akan menjelaskan segalanya di sana.”

Dengan sedikit ragu namun penuh rasa ingin tahu, aku dan Romo Robert naik ke delman. Kusir itu memacu kudanya, dan kami mulai perjalanan menuju tempat yang tidak diketahui. Suasana di dalam delman terasa tegang, namun juga penuh harapan untuk menemukan jawaban.

Setelah beberapa saat dalam keheningan, kusir delman mulai berbicara. “Tuan Ranggala adalah pria yang penuh rahasia. Dia memiliki hubungan gelap dengan beberapa orang penting di kota ini. Kematian dan hilangnya surat-suratnya bukanlah kebetulan.”

Aku dan Romo Robert saling bertukar pandang, merasa bahwa apa yang kami dengar adalah sesuatu yang besar.

“Kita hampir sampai,” lanjut kusir itu. “Saya akan membawa kalian ke tempat di mana semuanya dimulai, dan mungkin di sana kalian akan menemukan jawaban yang kalian cari.”

Delman berhenti di depan sebuah rumah tua yang tampak terabaikan. Rumah itu berada di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Kusir delman memandang kami dengan mata serius.

“Inilah tempat di mana rahasia tuan Ranggala tersimpan,” katanya. “Masuklah dan temukan kebenaran.”

Dengan hati-hati, kami turun dari delman dan mendekati rumah tua itu. Pintu depan berderit saat kami membukanya, dan aroma debu serta kenangan lama segera menyambut kami. Aku merasa bahwa di sinilah, akhirnya, semua pertanyaan tentang tuan Ranggala akan terjawab.

Kami melangkah masuk ke dalam rumah, siap untuk mengungkap misteri yang telah lama terkubur.

Aku DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang