BAB 11 - AKU YANG TAK BERKENDALI

668 55 5
                                    

Ingin bawanya ke tempat-tempat indah
Tipikal klise, ingin tahu, pikirnya
Entah ini ingin, entah ini sayang
Si hati rapuh tantang wahana

Oh, lagi-lagi, aku yang tak berkendali di oasis sendu
Itu yang kupilih
Aku yang tak kuasa mengendalikan hati (kenali hati)
Tak semua kupilih

[Tulus - Interaksi]

***

Scarlet memicingkan matanya. Lagi, dan lagi. Lalu, menarik napasnya dengan memburu lewat hidung. Gigi-giginya mengatup begitu erat. Kaki-kakinya bergerak tidak karuan.

Fisiknya, kini adalah budak dari riak-riak ombak perasaan yang berpusat di hatinya. Riak dari rasa- rasa khawatir, cemas, takut, dan kalut.

Ini kemana sih Bunga?!

Scarlet menggigit bibirnya. Matanya kembali melirik jam di hape-nya. Berulang, dan berulang. Seolah-olah berharap akan adanya mukjizat yang terjadi beberapa waktu ke depan.

Tapi, sungguh, yang Scarlet rasakan adalah tolak baliknya.

Mengapa satu menit bahkan terasa seperti satu jam?!

Haduh, ini udah jam 1, tapi dia belum balik juga!

Dia ngapain, sih?!

Scarlet kembali melepas napas gusarnya. Lalu berjalan mondar-mandir ke kanan dan kiri. Beberapa kali ia mengigiti kukunya, membuka layar hape-nya lagi untuk melihat jam, lalu menghirup napas begitu dalam.

Ini orang lupa kamar apa begimana, deh?!

Dimana sih, dia?

Batin Scarlet berteriak. Lantas mengirimkan sinyal-sinyal ke otaknya. Membuat pikirannya memutar kembali scene yang terjadi hampir tiga puluh menit lalu.

Tatkala ia melihat Bunga tersenyum begitu tulus dan merekah. Senyum yang sungguh jarang di tunjukkan Bunga pada dunia. Senyum yang disertai tawa ringan yang bebas. Benar-benar tidak biasa!

Ditambah, tangan Bunga sedang di genggam begitu erat oleh seorang laki-laki, yang tampak sangat familiar di mata Scarlet.

Kok mirip Nathan, ya?!

Nathan timnas!

Si tejo!

"Haish!!" Scarlet berdesis begitu keras. Mengeluarkan amarahnya yang tiba-tiba ikut berkecamuk dalam kumparan perasaan-perasaan di hatinya.

Itu Nathan beneran apa gimana, sih?

Atau Nathan-Nathan an?

Kan dunia ini hanyalah dunia tipu-tipu!

Katanya, satu manusia punya tujuh kembaran.

"Tck!" Scarlet mendecak dengan lidahnya. Ia berasa sangat sebal.

Pasalnya, dengan telepon yang sedang menyala di tangannya, dan kebohongan tiba-tiba yang ia keluarkan, Scarlet jadi tak bisa berlari mengikuti mereka berdua.

"Ini barusan tanya ke resepsionis" katanya pada Papa Pramono di telepon.

Saat itu, ia memilih untuk melepaskan sandalnya, membawanya di tangan dengan hati-hati namun cepat, lalu berlari dengan jari-jari kakinya, supaya tak menimbulkan bunyi apapun di telepon. Sungguh, tipe berlari yang menyakiti Scarlet luar dalam, seperti berlari menggunakan high heels 30 cm.

Tapi, tidak apa-apa, Papa Pramono tidak boleh tahu jika Bunga kini sedang keluar bersama lelaki yang Scarlet pun tak yakin ia siapa. Justru, jika Papa Pramono curiga, bisa- bisa lebih berbahaya!

Romejo vs Julietta [Nathan Tjoe-A-On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang