BAB 16 - Act Fool?

761 64 11
                                    

She can act

She can act

Act a fool,

Act a fool, 

bring it back

[Travis Porter (Sped Up) - Bring It Back]

***

Mata Bunga menatap kosong langit-langit kamar hotelnya, yang kini menjadi tempat cahaya teduh dari mentari yang menari-nari. Sinar hangat keemasan itu, lolos dari gorden-gorden putih transparan di sebelah tempat tidurnya. Sengaja ia tidak menutupnya dengan gorden yang lebih tebal, karena ia nyaris tak bisa tidur sejak kejadian malam tadi.

Tangannya masih terdekap di dada, memeluk ringan selimut putih tebal yang seharusnya bisa memberi kenyamanan bagi Bunga. Tapi, sungguh ironis! Selimut tebal itu, bahkan bersama dengan kasur empuk, dan hangatnya kamar hotel, masih tak mampu melaksanakan tugasnya. Bunga masih terjaga dari pagi buta tadi.

Matanya, memang terpejam. Namun, hanya sekilas – sekilas masuk ke alam tidurnya. Aneh, pikirannya masih terus bekerja. Terus memberikan umpan-umpan untuk dipikir. Sungguh mengganggu!

Apalagi, ketika akhirnya ia memutuskan untuk memberikan follow balik pada akun instagram lelaki keramat sejagad Amsterdam hingga Merauke itu. Jantung Bunga seolah berhenti berdetak. Matanya menolak melihat ke layar hp-nya.

Ia masih ingat betul, dengan tenaga yang tersisa, setelah memencet tombol biru itu, ia cepat-cepat melempar hape-nya ke kasur, bagai barang yang mengandung racun. Lalu, berjalan cepat ke kamar mandi. Mencari tempat yang tenang untuknya berpikir.

Tak bisa. Ia terlalu lemah dalam masalah seperti ini. Ia hanya ... tidak kuat. Tubuhnya perlu adaptasi berlebih untuk kembali ke fase kasmarannya, yang sudah tidak Bunga rasakan bertahun-tahun. Setelah sakit hati yang dahulu menyerangnya dengan sangat dalam dan pahit.

"Huft .."

Napas panjang dan berat lolos dari bibirnya. Ia memutuskan membalik badannya, kini berbaring sambil menatap arah kolam renang. Arah gorden-gorden terawang itu.

Cahaya matahari langsung membelai wajahnya dengan hangat. Manik coklat tuanya langsung menatap birunya kanvas semesta pagi itu. Si biru dengan serat-serat jingga yang tersisa, yang seolah menarik Bunga untuk bangun dari ranjangnya.

Kaki Bunga, satu-satu, menapak lantai. Layu dalam rayu kehangatan si Biru. Perlahan, namun pasti, ia berjalan menuju jendela luar biasa besar yang tak jauh dari ranjangnya. Senyum manis ikut terbit di wajah Bunga. Senyum yang sungguh menyatakan kenyamanan. Membuat otot-otot wajahnya kalem dan rileks.

Bunga terus menatap langit, si paling pertama yang memberinya pelukan hangat di pagi hari. Terus, dan terus ... ia terus menatapnya, hingga pandangan Bunga perlahan jatuh pada jajaran balkon-balkon hotel yang di desain sungguh indah dengan pagar hitam meliuk-liuk. Klasik.

Pandangannya terus turun, hingga ... ada sesuatu di lantai dua yang menarik perhatiannya. Di balkon yang cukup luas dengan pohon palem di dekatnya.

Iya, si pohon palem tersangka! Tempat syal-nya tersangkut tadi malam.

Kini, sedang berdiri seorang lelaki dengan setelan baju yang sungguh Bunga masih ingat betul siapa empunya. Si Kaos putih dan celana hitam.

Senyum tipis pun tak sadar muncul di wajah Bunga.

Seorang lelaki dengan rambut kusut masai-nya, yang semakin kusut dan masai, mungkin karena terkena bantal . Lengkap dengan wajah khas orang tak bisa tidur yang sangat kentara, apalagi dengan gerak-gerik tangannya yang bolak-balik mengusap wajah dan menguap.

Romejo vs Julietta [Nathan Tjoe-A-On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang