BAB 9 - Drown in You

1.1K 94 18
                                    

I wanna be your setting lotion (wanna be)
Hold your hair in deep devotion (I'll be)
At least as deep as the Pacific Ocean
Now I wanna be yours

[Arctic Monkeys - I Wanna be Yours]

Instrumental - best part looped.

***

"Like you find something weird on my face" jawab Bunga memutar. Tak bisa lurus mengatakan yang ia rasakan.

Ia takut. Sungguh takut. Takut jika pikirannya salah.

Ia melihat Nathan, yang sedang melihatnya dengan tatapan mendamba. Matanya yang tajam, selalu melembut dan memasrah ketika ia melihat Bunga. Alisnya yang tegas itu juga selalu merekah, naik ke atas sedikit, seolah memberi celah lebar pada pupil matanya untuk selalu terbuka.

Otaknya seolah selalu memberi perintah pada matanya untuk tetap terbuka. Nathan hampir tak pernah berkedip, nyaris selalu membuka matanya, setiap kali ia melihat Bunga. Seperti, kegelapan yang datang ketika ia berkedip adalah suatu kesia-sia-an karena menghalanginya dari melihat sang Juliet di depannya ini.

Tatapan Nathan sungguh tatapan yang sopan, bukan tatapan seperti lelaki sembarangan yang membahayakan. Anak itu sungguh tau bagaimana cara menjadi lelaki sopan sekaligus membahana. Seperti sudah mendarah daging dan tertulis di genetikanya.

Tanpa Nathan sadari pun, bibirnya agak sedikit terbuka sekarang. Bagai otot-otot wajahnya juga ikut melemas ketika ia berhadapan dengan Bunga. Bagai, ia adalah lelaki yang super kuat, namun lemah di hadapan wanitnya. Pipinya pun ikut bersemu merah muda

Dari seluruh tanda-tanda ini, Bunga memilih untuk tidak percaya bahwa Nathan tertarik padanya. Ia tak mau percaya. Menolak percaya. Walau batinnya turut bertanya-tanya.

Benarkah Nathan mendamba-nya? Atau hanya tertarik saja? Seperti ... rasa ketertarikan yang menurut Bunga akan menguap beberapa hari kemudian.

Ah, Bunga mulai pusing!

Apa yang bisa Bunga harapkan dari pertemuan di hari pertama ini? Yang menurutnya, semua rasa ini akan segera kabur dan hilang tertelan waktu, terutama ketika beberapa hari lagi Bunga akan kembali ke Indonesia.

Tak bisa. Bunga tak bisa menaruh harapannya.

Terlalu berbahaya.

Terlalu beresiko.

Sementara itu, di lain sisi, Nathan akhirnya berkedip, ketika Bunga menjawab pertanyaannya. Akhirnya! Setelah sekian lama matanya terbuka nan terasa kering terpapar angin, otaknya akhirnya memperbolehkannya berkedip.

"Something wrong on your face?" tanggap Nathan dengan perlahan, masih me-mimik apa yang baru bunga jawab.

(Ada sesuatu yang salah pada wajahmu?)

Bunga mengangguk pelan, anggukan formalitas karena seharusnya ia menggeleng. Seharusnya Bunga bisa jujur. Tapi, tak bisa. Otaknya tak memperbolehkannya.

Wanita itu kini merasakan gugup yang mulai merayap di benaknya. Matanya mulai melebar, menunggu jawaban Nathan selanjutnya. Jantungnya pun jadi berdetak lebih cepat, memompa darah ke otaknya karena mulai terasa kelu, membuat napasnya menjadi pendek-pendek dan berat.

Sungguh, sungguh Bunga tak suka ini. Ia tak suka dirinya yang mulai menunjukkan tanda-tanda terjatuh.

"No. Everything is perfect on your face, Juliet"

("Tidak, tidak ada. Segalanya sempurna di wajahmu, Juliet")

Jawab Nathan kemudian dengan nadanya yang begitu meyakinkan. Kepalanya menggeleng sedikit, sangat meyakinkan Bunga dengan segalany—dengan kata-katanya maupun fisiknya.

Romejo vs Julietta [Nathan Tjoe-A-On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang