BAB 14 - Mimpi Scarlet, and The Past.

926 74 23
                                    

If you dance, I'll dance
And if you don't, I'll dance anyway
Give peace a chance
Let the fear you have fall away

[Lana Del Rey - Say Yes to Heaven]

***

"Life with Justin?" kata Bunga meyakinkan pendengarannya sendiri.

(hidup dengan Justin?)

"Iya ... Justin in my dream. Teknik manifestasi untuk mencapai cita-cita." Jawab Scarlet dengan mantap, bagai guru berbicara pada muridnya.

(Justin di mimpi gue)

Bunga memandang Scarlet dengan sangat heran. Mulutnya terbuka, alisnya bak perosotan, naik-lalu turun drastis. Jika Bunga bisa mengibaratkan Scarlet seperti lagu, maka lagunya adalah,

Sepertinya, kau memang ... dari .. planet .. yang lain.

Di kirim ke ... bumi, untuk ... orang-orang sepertiku ..

"Emang ngapain Justin di mimpi lo?!" tanya Bunga.

"Nggak tahu ... aneh banget! Sebelum di telpon Papah Pram ituu, Justin masih pake jas item, kemeja putih, ama dasi merah tua kan. Kek dia pas lagi sumpah WNI. Tapi ... pas abis di telpon, Justin bukannya pakai kopyah, malah pakai handuk pink yang gue beliin. Di lilit di kepalanya! hahaha ... ngapain sih tin .."

"HAHAHAHAHAHAH Itu mah bukan salah Justin, itu salah pikiran lo .." tanggap Bunga lalu tertawa lagi.

"Pas gue tanya, 'lo kenapa tin? Udah siap-siap, tapi lupa keramas?' terus dia jawab kan, 'Loh Scarlet, aku mau jadi WNI' gituuu katanyaaa Bungaaaaa ... anehhh bangettt..."

"HAHAHA, ada ada aja!" tanggap Bunga.

"Iya lagi, tapi ngga masalah sih. Gue akan tetap men-support Justin apapun itu. Bahkan kalo Justin jadi butiran debu, gue bakal jadi angin yang meniup dia. Eeeh? Tapi kasian yak, dia jadi terbang yak?" tanya Scarlet sambil memikirkan realita.

"Salah, salah! Kalo bisa, gue jadi debu juga. Jadi kita adalah sama-sama debu di semesta ini, hahaha ..." lanjutnya.

Tapi, belum selesai.

"Nih, ya! Kalopun semesta tak berpihak, duit gue yang akan bertindak. Maju tak gentar, mundur gue ganjel! Kalopun Justin nggak ngejar, gue yang ngejar! Gatau aja dia, kalo gue nih titisan soang dari kayangan"

"GILAAAK! Ugal-ugalan banget lo ... ahahaha" jawab Bunga bercanda, ia tertawa lepas. Walau genetika Scarlet adalah 99% random, tetap Bunga mendengarkannya dengan setulus hati.

"Dah ah, cape gue!" kata Bunga kemudian, "Tapi ... mana ada soang dari kayangan, sihh .."

Scarlet jadi ikut berpikir, "Yaaa kalo buat Justin mah, monyet dari kayangan juga gue percaya"

Bunga hanya bisa kembali tertawa.

"Kan tadi, Justin bilang, kalo dia mau jadi WNI—" Scarlet masih lanjut, akan terus gas pol.

"Tapi bilangnya di mimpi lo." sergah Bunga memotong Scarlet.

"Iyaaa, di mimpi gueee. Tapi kan, dia juga udah jadi WNI sekarang. Jadi ... apa gue kalo berdoa, Ya Tuhan, mau di jodohin sama WNI namanya Justin Quincy Hubner ... gitu kali yak?"

"Terserah, yang penting gue support! Gue bagian aamiin aja, doanya mau lo custom sedemikian hingga juga ngga masalah. Pokoknya gue bagian aamiin kenceng aja udah."

Scarlet tersenyum senang. Senang, karena segila apapun pikirannya, pasti masih ada satu manusia bernama Bunga Julietta Pramono yang akan mendukungnya. Seperti Bunga yang menjadi satu-satunya penonton konser piano-nya sewaktu SD.

Romejo vs Julietta [Nathan Tjoe-A-On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang