BAB 6 - BERKURANGLAH SATU JIWA YANG SEPI

1.4K 113 44
                                    

Sungguh ku tidak memiliki daya

Di depan harummu

Sungguh terkunci kata yang tertata

Di depan ragamu

[Tulus - Jatuh Suka]

***

Langkah perlahan yang beriringan itu akhirnya sampai juga di dekat tepian kolam. Kayu-kayu tua yang di furnished coklat gelap menyambut sandal hitam Nathan dan sepatu putih Bunga yang datang di saat yang bersamaan. Suatu kontras yang harmonis.

Monochrome.

Semburat cahaya lampu sekitar kolam yang sarat akan warna hangat, menerpa wajah keduanya. Wajah Nathan dan Bunga, yang lengkap dengan gradasi senyum malu-malu, dan mata yang kadang tak saling kuasa untuk ingin terus menatap, lalu memaling lagi karena malu.

Kasmaran?

Tidak, itu terlalu cepat rasanya. 

Ketertarikan!

Cahaya oranye dari lampu menari-nari bebas pada manik mata hazel Nathan. Tatapan lelaki dengan rambut kusut-masai itu kontan jatuh ke bawah, ketika melihat anak-anak tangga dari kayu-kayu coklat tua yang di susun klasik.

Niat baiknya langsung muncul.

Nathan menawarkan tangannya pada Bunga, "May I help you, Ms?"

Tanyanya sopan nan lembut.

gentleman.

Bunga reflek melihat tepat pada mata Nathan yang sorotnya begitu lembut. Ia agak kaget. Tatapannya lalu berpindah ke tangan Nathan yang terlihat urat vena-nya menonjol di beberapa tempat, kemudian ke telapak tangan Nathan yang terbuka. Siap jika Bunga membutuhkan bantuan untuk turun tangga.

Oh, sweet!

He's super sweet!

Namun, dengan senyum simpul, Bunga menggeleng pelan. "Thanks, I could help my self"

Benak bunga berontak saat itu juga. Langsung, dan cepat! 

Inginnya tidak sejalan dengan kata-katanya barusan.

Ah, kenapa ngga di-iyain aja sih!?

Mandiri banget, sih, Bunga!

Kan bisa pegangan tangan sama Nathan

I could feel his hand on mine!

Teriaknya senyap.

Nathan hanya mengangguk sambil mengulum senyumnya ketika Bunga secara halus menolak tawarannya. 

She's already interesting.

Now, she's utterly enchanting ...

Batin Nathan berbisik. Membuat otaknya langsung mengeluarkan sinyal-sinyal, agar semua panca indra Nathan, terarah fokusnya hanya pada perempuan dengan wangi bunga peony itu.

Bunga.

Perempuan yang kini sedang berjongkok manis di tepian kolam renang. Tangannya membelai air-air yang beriak melewatinya. Air-air yang memancarkan cahaya biru dari bawah kolam, dari sorot lampu, yang kini terpantul pula di wajahnya.

Nathan masih melihat Bunga, sambil berjalan ke sisi sebelah gadis itu, mengambil dudukan empuk, lalu duduk manis, menghadap ke Bunga.

"What are you doing?", tanyanya simpel.

Romejo vs Julietta [Nathan Tjoe-A-On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang