Hai!
Kenalin aku Raver. Banyak orang bilang aku anak yang manis. Yah, aku tahu aku manis melebihi manisnya gula, aku mengakui itu. Pipi gembal ku dicubit gemas oleh Kakak sulung ku. Iya, Kakak sulung. Kakak ku masih berumur 5 tahun—saat itu aku masih berumur 3 tahun. Aku menatap Kakak ku dengan tatapan polos, ia berpamitan untuk pergi ke taman kanak-kanak.
Kakak ku Anak yang pendiam di sekolah. Jarang sekali bicara. Tidak, lebih tepatnya tidak pernah bicara. Tapi saat di rumah ia selalu merawatku layaknya Bunda.
Kakak ku punya teman bernama Rio. Entah bagaimana caranya mereka bisa berteman. Saat itu Rio mendekati Kakak ku menawarkan untuk makan bersama. Kakak ku tetap diam sampai Rio bertanya tentang namanya.
"Hai."
Rio menyapa lebih dulu. Kakak ku masih diam tanpa tanggapan.
"Namaku, Rio. Kalau nama kamu siapa?" Lanjut Rio mulai berkenalan. Situasi mereka benar-benar canggung. Sepertinya Kakak ku tidak tahu cara menjawab sapaan Rio dengan baik.
"Aku Nuzka."
Percayalah demi mendengar suara Kakak ku, seluruh teman di kelasnya mulai mengerubunginya mengajak berkenalan juga.
Iya, itu nama Kakak ku. Keren bukan? cocok untuknya yang selalu jarang berbicara bahkan dirumah. Namanya Nuzkaya Xionaca Ikravera. Sebenarnya, nama "Ikravera" itu adalah nama keluarga kami. Tapi aku tidak menyukai nama asli ku yang terlalu aneh. Karena itu aku memaksa orang tua ku untuk memanggil ku "Raver".
Oh, iya, hampir lupa. Kakak ku adalah Kakak yang baik. Aku yakin kalian akan gemas akan perhatian Kakak ku padaku.
Aku ingat saat pertama kali Kakak ku memasuki taman kanak-kanak. Ayah dan Bunda ku terlalu sibuk dengan urusan perkerjaannya. Kakak ku memilih pergi sekolah sendiri. Berjalan kecil menuju taman kanak-kanak.
Tidak lama Kakak ku pulang. Membersihkan dirinya yang penuh peluh sehabis berjalan dari taman kanak-kanak ke rumah. Aku tidur saat itu. Kakak ku duduk di meja makan bersebelahan dengan kamar tidur ku. Kak Nuzka menatap kearah ku sembari memakan makanan yang tersedia diatas meja yang telah disiapkan oleh Bunda.
Kakak ku orangnya ceroboh. Sangat ceroboh. Kakak ku tidak sadar menempatkan gelas berisi air di dekat ujung meja makan. Gelas itu tergeser saat Kakak ku berusaha mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Dan yah, gelasnya meluncur santai menuju permukaan lantai dan menghasilkan bunyi pecahan kaca. Lumayan nyaring.
Aku yang sedang tertidur saat itu terkejut mendengar suara nyaring. Aku merasa terancam dengan suara nyaring itu. Suara itu sama seperti suara hati ku saat mendengar Bunda ku memarahi ku, dan aku tidak berani melawan hehehe.
Kakak ku langsung berlari ke arah ku dan menenangkan ku.
"Cup. Cup. Cup. Rali. Jangan menangis. Tenang, ya," ucap Kakak ku yang berusaha menenangkan ku. "Rali" itu panggilan ku dulu. Tapi menurut ku, nama itu jelek sekali dan aku mengganti nama panggilan ku sekarang menjadi "Raver". Setidaknya itu lebih baik daripada "Rali".
Setelah aku tenang. Kakak ku kembali kepada tanggung jawabnya, membersihkan pecahan kaca yang berserakan di sekitar meja makan. Jari-jari kecilnya memunguti pecahan beling lalu membuangnya di tempat sampah. Itu baru pecahan yang besar masih bisa dijangkau oleh tangan, hingga serpihan-serpihan kecilnya melukai tangan kecil Kakak ku. Goresan kecil mewarnai jari-jari kecil milik Kakak ku. Itu pasti sakit sekali.
Mata eloknya berair melepaskan segala rasa sakit ditangannya. Membersihkan darah dari jari-jarinya di kran air. Lalu membersihkannya dengan tisu kering. Kakak ku tidak peduli dengan rasa sakit ditangannya. Karena menurutnya, ada yang lebih sakit dari itu, yaitu dimarahi oleh Bunda karena memecahkan gelas kesayangannya yang ia beli di Kanada.

KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAVERA [Tamat] ✓
RandomHalilintar as Nuzka. Taufan as Raver. Ini tentang Raver. Betapa sayangnya Raver dengan Kakaknya, Nuzka. Cover by Deviantart : @ashouji