12

36 4 0
                                    

"Raver mana?" Tanya seorang guru mencariku di kelas. Guru pengajar kelas ku saat ini tersenyum menunjukku yang tengah duduk di tengah.

"Eh, iya, Bu?" Tanyaku. "Siapkan tas mu. Kamu pulang dulu, ya? Keluarga Ibu kamu sudah jemput di depan." Aku mengangguk lalu mengambil tas ku. Sempat bingung siapa yang mengaku menjadi keluarga Bunda.

Aku berpamitan pada guru pengajar di kelas ku sebelum pergi. Setelah sampai diluar, aku celingak-celinguk mencari orang yang menunggu ku.

Bukannya menemukan siapa orang yang menyuruh ku pulang terlebih dahulu, aku justru mendapati seseorang menutup kepala ku dengan karung hitam. Aku memberontak sejenak sebelum mata ku terpejam tiba-tiba.

~~~

Aku terbangun di ruangan atau mungkin kamar. Kamarnya tampak seperti hotel.

Aku melenguh saat merasakan pusing dikepala ku. "Aku dimana?" Tanya ku. Aku berdiri dengan linglung. Menggapai meja kecil di sebelah kasur untuk berpegangan.

Aku berkeliling untuk mencari tau dimana aku. Aku menuju sebuah jendela kaca lebar. Aku melihat jalanan yang begitu asing diingatan ku. "Ini dimana?"

Aku melebarkan mata ku saat menyadari sesuatu. "Aku diculik!" Teriak ku. Aku berkeliling membalikkan badan ku berusaha mencari tas ku.

"Tas ku!" Aku berlari mengambil tas ku yang ternyata berada disebelah ku. Aku merasa lega sekali bahagia. Aku membuka restleting tas ku dan menemukan hoverboard ku yang masih aman.

"Untungnya!" Aku memeluk hoverboard ku bahagia. Untung saja hoverboard ku tidak hilang!

Memang aku selalu membawa hoverboard pemberian Kak Nuzka sejak pertama kali masuk sekolah di Sekolah Menengah Atas. Aku selalu memakainya untuk pulang pergi sekolah. Sesayang itu aku dengan pemberian Kak Nuzka.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan itu terdengar ditelinga ku. Aku berdiri lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Ya?" Terlihat seorang berpakaian seragam membawakan senampan piring berisi makanan. Tampak seperti petugas hotel.

"This is your breakfast," kata petugas itu. Aku mengerjapkan mata bingung. Breakfast? Sarapan?

"O-okay, but, can i ask you?" Tanya ku. Orang tersebut menaruh nampan tersebut menatap ku dengan tatapan bertanya.

"What's that?"

"Where am i? Am i in Indonesia? (Aku dimana? Apakah aku di Indonesia?)" Orang itu terkekeh kecil. "Are you kiding? Didn't you see it? You are in Canada! In the city of Edmonton. (Apa kau bercanda? Tidak kah kau lihat itu? Kau di Kanada! Di kota Edmonton.)" Jawab orang tersebut.

"O-oh, Canada. Yeah. Thank you!" Ucap ku. Orang tersebut pergi berlalu begitu saja.

Tunggu!

Kanada?

Bagaimana bisa?

Aku melihat jam yang menunjukkan jam 6 pagi. Benar! Ini waktunya sarapan.

Aku memakan makanan yang berada di nampan sembari berpikir. Penerbangan Indonesia - Kanada membutuhkan waktu 22 jam. Kalau saat itu aku keluar dari sekolah jam satu siang, artinya jika menghabiskan 22 jam perjalanan, maka jam di Indonesia sewaktu aku sampai di Kanada saat itu adalah jam 11 siang.

Jam 11 siang di Indonesia sama dengan jam 10 malam di Kanada. Kalau di Kanada sekarang sudah masuk jam enam pagi, artinya di Indonesia sekarang sudah jam tujuh malam.

Jadi, aku sudah hilang selama 1 hari lebih 6 jam di Indonesia. Kak Nuzka pasti khawatir karena aku hilang tanpa kabar.

Tok! Tok! Tok!

Seseorang mengetuk pintu kembali. Aku bergegas membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Seorang wanita.

"Who are you?" Tanya ku.

Untung saja aku bisa berbahasa Inggris akibat ajaran Kak Nuzka. Terkadang Kak Nuzka menghukum ku dengan menghafal kosa kata baru dalam sehari.

Ah, iya! Seperti tadi malam, maksud ku 2 hari yang lalu. Aku belum juga menyelesaikan hukuman ku, tapi aku malah harus berinteraksi dengan orang Kanada asli.

"Aku teman Bunda mu." Jawab orang itu. Aku menganga lebar. Kesal. Ternyata orang itu bisa bahasa Indonesia.

"Oh."

Orang itu masuk begitu saja tanpa izin ku. Aku menahannya. Enak aja dia mau masuk gitu aja.

"Bunda mu mau kau tinggal disini bersamanya," kata orang itu. Aku mengernyitkan dahi ku bingung sekaligus senang.

"Kak Nuzka ada disini juga?" Tanya ku.

"Nuzka? Who's that?" Wajah bahagia ku langsung runtuh begitu saja saat wanita itu bertanya.

"Don't you know him? He is my big brother. (Kau tidak tau dia? Dia Kakak ku.)" Aku cemberut saat wanita itu menggeleng. "Your mom didn't tell me 'bout your brother. (Ibu mu tidak memberitahu ku tentang saudara mu.) Ouh, ada satu. Dia masih kecil, namanya Gema." Wanita itu memberitahu ku. Gema? Siapa dia?

"Gema? Really? I only have an older brother, not younger siblings. (Gema? Yang benar? Aku hanya punya Kakak, bukan Adik.)" Sahut ku.

"Oh gosh!" Wanita itu mendesah frustrasi. Kenapa kami jadi saling bingung begini?

"Aku pergi dulu! Kau tidak boleh pergi sebelum kau setuju tinggal dengan Ibu mu." Wanita itu pergi dengan membanting pintu sedikit lebi kencang. Sepertinya orang itu tengah emosi.

Aku melihat ke jendela kaca untuk mengenali kota ini. Untung saja kamar ku berada di tempat tertinggi. Jadi aku bisa melihat banyak hal dari atas sini.

Aku merindukan Kak Nuzka. Biasanya saat pagi hari seperti ini aku dan Kak Nuzka akan bersenandung bersama sembari pergi ke sekolah.

Oh! Aku ingat! Aku membawa ukulele ke sekolah kemarin.

Aku membuka tas dan melihat ukulele disana. Aku tersenyum cerah. Ukulele ini membuat ku rindu kepada Kak Nuzka. Ini juga pemberiannya 2 tahun lalu. Saat aku melihat Kak Nuzka yang mahir memainkan gitar seperti gitaris ternama, aku juga ingin mengikuti jejaknya. Tak disangka, aku akhirnya diberikan sebuah ukulele miliknya untuk ikut belajar bermain gitar.

Aku memetik ukulele tersebut bersenandung kecil.

Aku kesal dengan jarak
Yang sering memisahkan kita
Hingga aku hanya bisa
Berbincang dengamu di-Whatsapp

Aku masih terus memetik ukulele ku sembari menatap pemandangan kota diluar sana.

Aku kesal dengan waktu
Yang tak pernah berhenti bergerak
Barang sejenak
Agar aku bisa menikmati tawamu

Inginku berdiri di sebelahmu
Menggenggam erat jari-jarimu
Mendengarkan lagu Sheila on Seven
Seperti waktu itu
Saat kau di sisiku

Dan tunggulah aku di sana
Memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu
Mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang

Aku mengayunkan tubuh ke kanan dan ke kiri menikmati lagu.

Hingga kejamnya waktu
Menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu
Saling mengirim doa
Sampai nanti sayangku

Aku semakin bersemangat memetik ukulele ku. Disaat seperti ini aku jadi ingat dengan Kak Nuzka lagi.

Jangan matikan HP-mu
Kau tahu aku benci khawatir
Saat kau tak mengabari
Aku tak suka bertanya-tanya

Tangan ku berhenti memetik ukulele. Mata ku melebat teringat sesuatu.

"HP!" Aku beranjak dari posisi ku lalu bergegas mencari Hp ku.

Aku kembali melebarkan mata ku kesal. Tidak ada sinyal. Jelas. Ini bukan di Indonesia. Aku menepuk dahi ku gemas. Sungguh, ide yang tidak berguna.

IKRAVERA [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang