Aku terbangun pagi sekali karena bermimpi buruk akibat kakak menggoda ku semalam. Aku kesal mengingat kakak yang tertawa puas sehabis menganggu ku. Aku duduk diatas kasur bayi yang sudah menjadi tempat untuk ku tidur dari aku masih baru lahir.
Aku turun dari kasur perlahan-lahan. Aku tau ini berbahaya, tapi ini keahlian ku. Aku memanjat kayu pembatas disekitar kasur lalu turun pelan-pelan. Saat sudah hampir sampai kelantai aku melompat kecil. Hap! Aku sudah berhasil turun dari kasur bayi itu. Itu sungguh mudah sekali untuk turun.
Tepat saat aku sudah sampai bawah, kakak masuk untuk mengganti popok ku yang penuh. Kakak terkejut kala melihat ku sudah bangun. Terlebih lagi saat melihat ku sudah turun dari kasur.
"Cepat sekali kamu bangun. Ini masih pagi sekali." Kakak mengoceh panjang lebar karena aku turun dari kasur tanpa sepengetahuannya. Sembari mengoceh kakak mulai mengganti popok ku. Aku hanya menatapnya polos tidak mengerti. Setelah membuang popok ku, kakak menyiapkan air bak mandi lalu dengan lihai membuka kancing bajuku dan menyuruhku mandi bersama.
Selepas mandi kakak memakai baju seragamnya lalu setelah itu memakaikan ku baju. Aku tidak ikut memakai baju seragam karena aku masih belum sekolah. Setelahnya kakak memakaikan ku bedak bayi diwajah ku. Katanya biar harum seperti bayi. Tapikan, aku memang masih bayi.
"Sudah, ini makan makanannya. Bunda tadi buatkan makanan untuk mu. Setelah itu baru minum susunya." Aku melihat makanan yang bunda buatkan untuk ku. Sayur, aku tidak suka sayur. Aku menggeleng menjauhkan makanannya dari ku.
"Aku tidak mau!"
"Kamu harus makan. Kalau tidak, kamu akan kelaparan." Aku tetap menggeleng. "aku tidak suka sayur. Aku minum susunya saja."
"Mau, tidak mau, harus suka." Kakak menjauhkan susunya dari ku. "Tidak! Aku tidak suka sayur!" aku mengambil paksa susu yang kakak jauhkan dari ku.
Kakak mendelik marah padaku. Percayalah, mata merahnya sangat menyeramkan saat marah. Tapi aku tetap tidak mau. Aku menggeleng kuat. Kakak menghela nafas pelan. Mengambil piring makan ku, entah apa yang kakak lakukan pada makanan ku, yang pasti tidak memakannya. Karena, itu punya ku.
Kakak menggeser kembali piring makan ku ke hadapan ku. Aku merengut tidak mau. "lihat dulu, kalau tidak dimakan, nanti makanannya menangis." Aku melihat isi piring makan ku. Kakak telah mengubah tampilannya menjadi menggemaskan. Terlihat seperti kucing hijau yang tersenyum.
"Lihat itu! Kucing hijaunya tersenyum. Kalau kamu tidak mau makan, nanti kucingnya menangis." Tidak bisa, ini terlalu gemas. Sepertinya kakak berbakat sekali untuk mengambil hati orang. "Kasihan kucingnya kalau dimakan." Aku menatap kakak polos.
"Kucingnya lebih suka dimakan. Makanlah. Sebentar lagi kakak harus berangkat sekolah." Kakak melanjutkan memakan sarapannya. Kalau kakak sekolah, berarti aku akan sendirian.
"Ikut. Aku tidak mau sendirian." Aku tidak mau sendirian dirumah. Apalagi semalam kakak menakutiku dengan hantu.
"Tidak boleh! Kalau mau ikut harus makan dulu makanannya. Kalau tidak mau makan, tidak boleh ikut." Aku bergegas memakanan makanan ku dengan setengah hati. Aku menatap kucing hijau dihadapan ku dengan rasa kasihan dihati. Maafkan aku kucing, aku jahat pada mu karena sudah memakan mu.
~~~
"Hai, Nuzka!" Sapa seseorang dari belakang kami. Itu Rio teman kakak ku. Rio diantarkan oleh orang tuanya menggunakan mobil. Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Rio berlari kearah kami. Ternyata Rio lebih tampan dari kakak ku, tapi aku tetap menyayangi kakak ku.
"Hai Rio,"
"Ini siapa? Adik mu ya? Gemas sekali. Jadi mau punya adik juga," Rio menatap ku gemas. Kakak menarik ku kebelakang punggungnya. "Minta saja pada orang tuamu. Kalau yang ini punya ku tidak boleh ada yang ambil." Kakak ku menatap Rio tajam tidak ingin adiknya diambil siapa-siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAVERA [Tamat] ✓
RandomHalilintar as Nuzka. Taufan as Raver. Ini tentang Raver. Betapa sayangnya Raver dengan Kakaknya, Nuzka. Cover by Deviantart : @ashouji