Pagi berlalu dengan cepat. Kini semua orang mulai bangun menjalankan aktivitas masing-masing. Kalau kata orang, hari ini adalah hari libur. Semua orang bisa melakukan kegiatan apa pun yang mereka mau. Tapi aku masih tidak tahu apa nama hari yang disebut hari libur.
Kakak seperti biasa selalu datang ke kamar berniat untuk mengganti popok dan memandikan ku. Sayangnya hari ini bunda bangun lebih cepat dari kakak dan mengambil perkerjaan yang selalu kakak kerjakan setiap pagi. Lebih tepatnya kakak yang bangun kesiangan.
Sekarang sudah pukul 8 lebih, sedangkan kakak selalu bangun pukul 7 kurang. Merasa tidak ada tugas kakak mulai membereskan kamarnya sendiri. Ini yang bunda suka dari kakak.
Alih-alih mengotori kamar, kakak lebih memilih membersihkan kamarnya, walaupun seminggu sekali. Itu pun, kamar kakak tidak terlalu kotor, mungkin hanya buku tugasnya yang berceceran dan baju seragam kotor yang lupa ia taruh di keranjang baju kotor. Itu yang aku lihat setiap kali memasuki kamar kakak.
Aku duduk dimeja makan untuk bayi. Memperhatikan bunda dan tante yang mulai berkutat dengan bahan makanan didapur.
Setelah memandikan ku, bunda membawa ku menuju dapur. Dan mendudukkan ku dikursi meja makan untuk bayi. Tante mengajak ku bermain "ciluk ba" padahal aku bukan anak bayi lagi yang selalu diajak bermain seperti itu.
Ayah dan om sedang duduk diruang tamu sambil ditemani kopi hangat yang diseduh oleh tante. Membicarakan banyak hal, mulai dari masalah dikantor hingga isu terbaru didunia ini. Tetapi aku masih tidak mengerti apa yang mereka bicarakan?
"Ayah, kakak, Nuzka. Ayo kesini! Kita sarapan dulu."
Seketika ayah dan om datang menuju dapur. Disusul oleh kakak yang datang terakhir ke dapur. Makanan sudah terhidang didepan. Bunda memberikan piring khusus untuk ku. Ini sama seperti sarapan kemarin, sayur.
Aku memanyunkan bibir ku. Tidak ingin memakan sayur lagi. "Aku tidak suka sayur, Bunda. Aku tidak mau!" Aku menjauhkan piring ku. Menggeleng tidak ingin makan sayur.
Aku tidak suka sayur karena rasanya aneh. Kadang hambar, kadang pahit. Aku juga tidak suka sayur karena warnanya hijau. Itu seperti sedang memakan lumut.
Bunda mengambil piring ku dan melakukan hal yang sama seperti yang kemarin kakak lakukan. Tapi kali ini, bukan berbentuk seperti kucing hijau yang sedang tersenyum. Kali ini berbeda, tampak seperti dinosaurus yang sedang marah. Itu mengerikan.
"Dinosaurus ini marah jika kamu tidak ingin memakannya. Tapi, dinosaurus ini akan senang saat kamu memakannya." Bunda mengatakan yang sebaliknya dari apa yang kakak katakan kemarin.
"Bagaimana bunda tahu kalau dinosaurus ini akan senang saat aku sudah menghabiskannya?" Aku menatap bunda saat menyampaikan pertanyaan yang membuat otak berputar. Kalau kata orang, itu tatapan tidak merasa bersalah. Bunda menghela nafas panjang, sedang yang lain asik menonton penasaran akan jawaban yang keluar.
"Kalau dinosaurusnya senang, kamu akan merasa sehat. Jarang merasa sakit." Bunda tersenyum merasa bisa menjawab pertanyaan ku, padahal dari jawaban bunda akan keluar lagi pertanyaan baru yang lebih tidak masuk akal.
"Jadi, kalau aku sedang sakit, berarti dinosaurusnya marah ya bunda?" senyuman bunda melebar seiringan dengan aku membuat kesimpulan. "Ya, benar. Dinosaurusnya marah dan buat kamu sakit." Jawab bunda sembari menahan nafas dan emosinya.
"Berarti, dinosaurusnya jahat dong? Kalau gitu dinosaurusnya dibuang aja, ya, Bunda? Kasian sama yang lain kalau makan dinosaurusnya. Kan, dinosaurusnya jahat." Oke, kali ini aku buat kesalahan. Muka bunda semakin memerah mendengar jawaban ku. Penonton yang menonton drama pagi ini tertawa.
Kakak turun dari kursinya dan berjalan ke arah ku. Membisikkan sesuatu yang membuat mataku berbinar. Setelah membisikkan itu kakak menghancurkan bentuk dinosaurusnya menjadi seperti saat sebelum dibentuk. Kemudian kakak kembali duduk ditempatnya semula.
Melihat itu, bunda mendelik pada kakak tidak terima tatanan bentuk dinosaurusnya dihancurkan. Namun, emosi bunda berkurang setelah aku memakan makanannya dengan lahap. Dengan ini, drama pagi ini dinyatakan memiliki ending bahagia.
~~~
Selesai sarapan, kakak mengajak ku ke kamarnya. Hari ini kami punya misi baru, yaitu pergi ke rumah teman kakak yang tidak jauh dari sini. Nama temannya yaitu Rio. Kemarin Rio mengundang aku dan kakak untuk datang kerumahnya.
Masalahnya hanya satu. Bagaimana kita bisa pergi ke rumah Rio diam-diam? Karena itu kakak mengajak ku ke kamarnya untuk mencari cara. "Jalan pelan-pelan seperti ini ...." Aku memeragakan jalan pelan-pelan yang aku maksud didepan kakak.
"Itu terlalu ke kanak-kanakan, Rali," kata kakak.
Kakak berfikir keras. Kita harus segera pergi secepatnya. Hanya ada satu cara yang mungkin bisa kita pakai, yaitu lewat kaca kamar. Tapi, kakak ingat kalau bunda bisa melihat gerak-gerik kita.
Tidak ada pintu belakang dirumah ini, hanya ada pintu kebun. Pintu kebun itu bahkan sudah tidak dibuka dari saat aku berumur 12 bulan.
Aku berjalan keluar dari kamar kakak. Berjalan menuju pintu keluar rumah. Kakak mengikuti ku. Aku hanya berjalan santai hingga sudah sampai teras rumah. Tepat saat aku ingin pergi dari teras, bapak penjual es krim lewat. Aku memanggilnya.
Aku berlari sembari menarik lengan kakak, berlari menuju ke bapak penjual es krim. "Pak, aku mau es krim strawberry dua!" Aku memesan es krim pada bapak penjual es krim. Aku mengguncang lengan kakak agar kakak mau membayarnya sesuai janji.
Iya. Tadi, saat sarapan, kakak bilang akan membelikan ku es krim, dengan syarat aku harus menghabiskan isi didalam piring ku. Karena itu aku memakan sarapan ku dengan lahap.
"Buat siapa satunya?" Tanya kakak pada ku. Aku menatap kakak yang dahinya sedang berkerut bingung. Aku menunjuk kakak. "Ya, buat kakak lah," ucap ku sembari memanyunkan bibir ku.
"Aku tidak bilang ingin makan es krim juga."
"Ya sudah, es krim satunya buat aku kalau kakak tidak mau." Kakak melotot tidak setuju pada ku.
"Kamu hanya bisa dapat satu saja, tidak lebih. Satunya buat aku saja." Dasar kakak pelit! Aku kan mau banyak.
"Katanya tidak mau makan es krim. jadi, buat aku saja."
Kakak mendelik pada ku. "Mau ku belikan tidak?" Ancamnya.
"Ish, kakak, ya!" Aku marah dengan kakak.
"Jadi, beli berapa ini es krimnya, Dik?" Bapak penjual es krimnya bertanya karena sedari tadi hanya disuguhkan pemandangan pertengkaran kami. Kakak menunjukkan kedua jari tangan kanannya, "Dua Pak."
"Yakin?"
Kakak mengangguk sebagai jawaban. "Iya pak," katanya. Bapak penjual es krim mulai menyiapkan pesanan kami. Mengambil dua cone es krim dan mulai mengisinya dengan es krim rasa strawberry. Aku memperhatikannya dengan mata lebar ku. Saat es krimnya sudah diatas cone es krim, es krimnya berbentuk bulat.
"Ini, ya, adik manis, es krim strawberry-nya. bisa pegangnya tidak?" Bapak penjual es krim sudah selesai menyiapkan pesanan kami dan menyerahkan dua es krim strawberry kepada ku.
"Bisa."
Aku mengambil dua cone es krim strawberry dari tangan bapak penjual es krim. Es krim strawberry ini terlihat sangat nikmat, rasanya aku ingin memakannya semua.
Kakak membayar kedua es krim strawberry yang kami pesan. Kemudian, kakak menyaut satu cone es krim yang berada ditangan ku. tepat sebelum aku akan memakan es krim strawberry yang kedua.
"Jangan mengambil milik orang lain. Ini milik ku." Aku menatap kakak marah, lalu pergi untuk masuk. Saat aku melangkah masuk, kakak menarik baju belakang ku.
"Jangan tarik-tarik!" Aku mendelik marah. Kakak terkekeh melihat ku merajuk. Disaat aku besar nanti, kakak selalu bilang, kalau aku lucu saat marah.
"Kita harus pergi ke rumah teman ku,"
Mata ku melebar saat mengingatnya. Setelahnya aku dan kakak diam-diam lari dari depan rumah saat tidak ada yang melihat kami diluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/369453722-288-k322720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAVERA [Tamat] ✓
RandomHalilintar as Nuzka. Taufan as Raver. Ini tentang Raver. Betapa sayangnya Raver dengan Kakaknya, Nuzka. Cover by Deviantart : @ashouji