08

34 4 0
                                    

"Rali, bangun." Seseorang membagunkan ku. Aku melirik kepada orang yang sedari tadi mengguncang tubuhku. Astaga, itu Kakak.

"Sudah ku bilang, Kak. Panggil aku, Raver. Kenapa, si, Kakak tidak mau panggil aku, Raver?" Omel ku pada Kakak. Kakak hanya menatap ku jengah. Aku melihat ke arah jam. Ini sudah pukul 7 malam. Sudah saatnya makan malam.

"Raver itu nama keluarga," ucap Kakak yang sudah pergi meninggalkan ku di dalam kamar. "Biarkan saja."

Aku berjalan gontai setelah perdebatan singkat. Mata ku masih berat saat bangun tidur tadi. Kakak sudah makan lebih dulu.

"Kak!" Panggil ku. Kakak hanya berdeham singkat.

"Besok aku berangkat bareng Kakak, ya?" Tawarku pada Kakak. Oh, ayolah, Kakak masih tidak memberi jawaban.

Aku menyelesaikan kegiatan makan malam ku lebih cepat. Aku teringat tadi siang guruku memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Aku mengambil piring ku untuk dicuci setelah itu berlari ke kamar.

Aku mengeluarkan buku Matematika dan Bahasa Inggris ku. Aku memilih mengerjakan Bahasa Inggris terlebih dahulu. Mudah, itu hanya mengenai nama-nama benda saja. Kecuali jika sudah membentuk kalimat itulah yang susah.

Setelah mengerjakan Bahasa Inggris, aku mulai mengerjakan Matematika. Materinya mengenai KPK dan FPB. Aku mengeluh. Latihan soal yang guru ku berikan terlihat mudah. Tapi saat aku mengerjakannya, aku tidak menemukan jawabannya.

Sudah setengah jam lamanya aku masih tidak menemukan jawaban.

"Kenapa Matematika itu susah, si? Gurunya ngasih contoh soalnya gampang, tapi giliran kasih tugas soalnya susah." Aku menggerutu sendiri. Entah kenapa kelas 4 ini pelajarannya semakin tambah sulit saja.

Aku mengetuk dagu berfikir untuk mencari jawaban. Hingga akhirnya aku menemukan ide. "Tanya Kak Nuzka, ah." Aku membawa buku tugas ku menuju ke kamar Kakak yang berada di lantai atas.

Aku mengetuk pintu kamar Kakak pelan. Tidak ada jawaban. Selalu saja begitu. Aku membuka kenop pintu berusaha membuka. Ceklek! Pintunya tidak terkunci. Aku tersenyum senang. Perlahan-lahan pintunya ku dorong agar tidak menghasilkan decitan.

Aku melihat keberadaan Kakak ku. Kakak sedang menatap ku dengan tatapan bertanya. Kenapa kemari?

Aku berjalan mendekat. "Kakak, bisa bantuin aku ngerjain tugas, tidak?" Aku memanyun memohon. Ku harap Kakak memiliki secuil rasa kasihan kepada Adiknya yang kesusahan mengerjakan tugasnya.

"Tugas apa?" Tanya Kakak pada ku.

"Tugas Matematika, Kak. Bisa, kan?" Mataku berbinar memohon.

"Hm. Mana tugasnya?" Tanya Kakak. Aku dengan takut-takut memberikan buku tugas ku kepada Kakak. Sudah lama kami tidak sedekat ini. Selama ini, aku selalu saja melakukannya sendiri.

"Ini mudah, sini!" Aku mendekat ke arah Kakak. Bisa ku cium bau semerbak Kak Nuzka dari jarak sedekat ini. Dulu, saat aku kecil, Kak Nuzka masih bau bayi, sama seperti ku.

Kak Nuzka mengajarkan ku dengan penjelasan yang singkat dan mudah dimengerti. Aku memangut paham sepanjang penjelasan yang diberikan oleh Kak Nuzka.

"Sekarang, coba kerjakan soal itu dengan cara yang sudah ku jelaskan. Kalau tidak bisa kembali lagi kesini," Kakak mengalihkan perhatiannya lagi dari ku. Sempat ku merasa akhirnya bisa berdekatan kembali dengan Kakak, tapi sayangnya ia menghindari ku lagi.

Aku menghalau pikiran negatif ku hingga aku berhasil memecahkan jawaban dari seluruh soal tugas ku. Aku kegirangan melihatnya. Tanpa sadar aku berlari ke kamar Kak Nuzka dan bersorak senang.

IKRAVERA [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang