"Eh, Kak Nuzka sebentar lagi sampai!" Monolog ku.
Aku berlari masuk ke dalam. Persiapan sudah tinggal sedikit.
Kak Nuzka baru saja datang sehabis pergi dari kursus silatnya. Mukanya tampak lelah. Aku cekikikan melihatnya.
Kak Nuzka masuk ke dalam teras rumah dengan mengayun sepeda ontelnya. Setelah memarkirkan sepeda ontelnya, tak lupa Kak Nuzka merantainya.
Click!
Kak Nuzka masuk berjalan menuju pintu. Membuka kenop pintu tersebut hingga terbuka sepenuhnya.
Gelap.
Kak Nuzka meraih sakelar lampu untuk menerangi isi rumah.
DUAR!!
Suara confetti menggelegar diiringi dengan aku yang membawa kue tart buatan ku dengan Rio.
"Selamat Ulang Kak Nuzka!" Seru Ku. Kak Nuzka mengangkat alisnya tak percaya. Ia terkejut saat mendengar ku berseru. Ini pertama kalinya sepanjang aku tumbuh semakin besar aku merayakan ulang tahun Kak Nuzka.
Mukanya tampak bersemu tapi tak ada ekspresi di wajahnya.
"Ayo tiup lilinnya!" Aku menunjuk lilin angka 12 tahun. Sebentar lagi Kak Nuzka akan masuk ke Sekolah Menengah Pertama dan umurnya sudah memasuki umur 12 tahun.
Kak Nuzka meniup lilinnya. Bagaimana aku tidak bersorak senang.
Ari dan Anda dan Rio pun hadir ikut memeriahkan. Ari dan Rio adalah kakak adik. Oh, ya, aku lupa belum mengatakannya!
Anak di dalam kandungan Mama Rio sudah lahir. Namanya Ari yang sekarang menjadi teman ku. Anak itu masih kelas satu tapi rasanya begitu akrab dengan ku. Mungkin karena kami tetangga?
Anda juga teman sekelas Ari. Anak itu berteman dengan ku semenjak Ari baru masuk sekolah. Aku tak menyangka kalau Anda memiliki seorang Kakak yang juga sekelas dengan ku. Nama Kakakanya Sany
"Ayo makan kuenya, Kak!" Aku menyendok potongan kue untuk ku suapi pada Kak Nuzka. Awalnya Kak Nuzka menolak tapi setelahnya dia menerima suapan itu.
Aku bertepuk begitu semangat saat Kak Nuzka menerimanya begitu saja. Senang bukan main.
"Enak?" Tanya Rio. Kak Nuzka mengangguk menyetujuinya. Uh, aku begitu senang.
Setelah acara suap menyuap, Rio dan Ari berpamitan pergi karena hari ini mereka memang ada acara. Anda juga sudah dijemput oleh Sany. Sempat juga mereka memberi kado kepada Kak Nuzka.
Sekarang tinggal kami berdua lagi. Kami berdua duduk di atas sofa ruang tamu. Kak Nuzka sedang mencoba kue ulang tahun buatan ku. Memang kue ulang tahun buatan ku tidak ada duanya. Karena aku membuatnya dengan kasih sayang. Itu pun sebagai bentuk untuk meluluhkan hati Kak Nuzka yang membeku setelah kematian Tante.
"Kak. Gimana kejutannya? Aku udah berusaha buatin semua ini cuma buat Kakak." Aku memeluk Kak Nuzka
"Bagus." Jawabnya singkat. Lagi-lagi aku tersenyum berusaha menyembunyikan perasaan sedih ku.
"Boleh tidak aku peluk Kak Nuzka?" Pinta ku. Kak Nuzta tampak menimang-nimang permintaan ku lalu mengangguk.
Mata ku melebar tidak percaya dengan jawabannya. Dengan semangat aku langsung memeluknya yang dibalas oleh Kak Nuzka.
Hangat. Aku merindukan pelukan ini.
Aku menduselkan kepala ku ke bahu Kak Nuzka. Bau harum semerbak dari tubuhnya tercuim kuat dihidung ku. Aku merindukan Kak Nuzka yang dulu.
Tanpa sadar aku menangis haru. Jelas aku merindukannya tanpa alasan.
Saat Kak Nuzka ingin melepaskan pelukannya, aku mengeratkannya kembali. "Sebentar saja, Kak. Jangan dilepas dulu." Pinta ku.
Tanpa jawaban aku terus memeluknya hingga aku tertidur dalam pelukannya.
Kak Nuzka melepaskan pelukannya saat dirasa tubuh ku memberat. Dia menghela nafas saat melihat ku tertidur.
~~~
Percayalah, esok paginya saat aku terbangun, aku sudah berada di kamar ku sendiri. Aku senyum-senyum sendiri saat menyadarinya.
Aku bergegas mandi. Aku ingat terakhir kali Kak Nuzka memandikan ku saat aku sudah memasuki umur 4 tahun. Saat itu aku sudah bisa mandi sendiri. Kak Nuzka yang mengajari ku.
"Pagi Kak!" Sapa ku saat melihat Kak Nuzka sedang membuat sarapan.
"Bagus. Tidak telat lagi." Kak Nuzka menyerahkan sepiring roti bakar dengan selai coklat. Aku berbinar melihat roti itu. Setelahnya Kak Nuzka menyerahkan segelas susu pada ku.
Kami—maksud ku Kak Nuzka— terbiasa mandiri sejak kecil. Ayah dan Bunda terbiasa pulang pergi ke Canada tanpa merasa risau. Jangan lupa, masih ada CCTV rumah di sini. Jadi kami tetap masih dalam pantauan mereka.
"Kak Nuzka kapan lulus?" Tanya ku pada Kakak. Kakak diam tidak menanggapi. Dia masih khusyuk memakan sarapannya.
"Kak," panggil ku lagi. Kak Nuzka menatap ku sejenak. "5 hari lagi." Jawabnya. Aku ber oh ria.
"Berarti bersamaan sama aku ngambil rapot!" Seru ku. Kak Nuzka mengangguk pelan menanggapinya.
"Yeay!" Aku berteriak senang. Dengan lahap aku menghabiskan makanan ku lalu bersiap menuju sekolah. Sebentar lagi libur panjang!
"Pergi ke sekolah bareng, ya, Kak?" Pinta ku. Aku menatap binar Kakak yang membuatnya luluh. Aku senang kalau hati Kak Nuzka mencair kembali.
"Hm." Jawabnya.
Aku berlari memakai sepatu ku dengan semangat. Lalu berlari menuju Kak Nuzka yang sudah menaiki sepeda ontelnya.
Aku duduk berboncengan dengan Kak Nuzka. Sesekali bersenandung ria di tengah jalan. Menyapa beberapa hewan di tengah jalan yang menyapaku balik.
Kak Nuzka tersenyum tipis sekali saat melihat ku. Memang benar, es batunya sudah mencair.
Tak lama kami akhirnya sampai di sekolah. Kak Nuzka memarkirkan sepeda ontelnya di parkiran. Aku turun lebih dulu. Lalu disusul oleh Kak Nuzka.
Kami berjalan bersama menghiraukan pandangan anak lainnya yang penuh bisik-bisik membicarakan ku dengan Kak Nuzka.
Biasalah, orang tampan selalu menjadi pusat pembicaraan.
"Aku ke kelas dulu, ya, Kak!" Pamit ku. Kak Nuzka mengangguk lalu berjalan menuju kelasnya.
Dibelakang ada yang menepuk pundak menyapa ku. Aku berbinar kala melihat Ari dan Anda sudah datang.
"Hai! Tumben senyum-senyum sendiri? Kesambet apa?" Tanya Ari menaik turunkan alisnya. Aku terkekeh melihatnya.
"Kak Nuzka bilang kue buatan ku sama Rio enak!" Jawab ku. Ari menatap aku bosan. "Kak Nuzka terus, tidak ada yang lain apa?" Komentarnya. Aku tertawa lalu menggeleng.
Hidup ku selalu berpusat pada Kak Nuzka. Seperti jika tanpanya, aku akan menjadi begitu menyedihkan.
"Kalau Kak Nuzka dihilangkan, kau akan bagaimana?" Tanya Anda. Aku tersenyum kecut lalu menjawab, "Aku akan menjadi begitu menyedihkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAVERA [Tamat] ✓
RandomHalilintar as Nuzka. Taufan as Raver. Ini tentang Raver. Betapa sayangnya Raver dengan Kakaknya, Nuzka. Cover by Deviantart : @ashouji