Enam tahun berlalu. Saat ini aku sedang menjalani kegiatan Ospek.
Iya, aku sekarang sudah masuk kuliah. Hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap siswa yang telah menyelesaikan sekolahnya.
Beberapa kali aku dihukum karena salah membawa barang yang diperlukan. Kali ini aku dihukum karena jawaban yang ku berikan salah. Memang gila senioritas mereka. Juga kegiatan tidak penting yang aneh dan mengguncang jiwa seluruh mahasiswa baru. Seperti mengadakan demo untuk menghapus yang namanya senioritas memang diperlukan.
"Ini hukuman mu! Minta tanda tangan ke orang yang ada dikertas ini. Sekarang juga! Kalau sampai ga dapet, ku beri kau hukuman lagi." Sentak Kating tersebut. Sembari memberikan kertas berisi nama seseorang ke tangan ku.
AKU MUAK!
Oke.
Tenang.
Tinggak beberapa hari lagi bakal lepas dari yang namanya Ospek.
Aku membuka kertas tersebut sembari menghela nafas berkali-kali. Merutuki kating yang memberi ku hukuman itu berkali-kali.
Huh. Siapa kali ini?
Aku membuka mata yang ku tutup saat membukanya. Semoga saja orangnya mudah ditemukan.
Saat membaca nama orang tersebut aku terdiam seribu bahasa.
Nuzkaya Xionaca Ikravera.
I-Ini, kan, nama Kak Nuzka? Kenapa bisa?
"Hei! Aku udah cari dari dulu ga ketemu, ya! Terus sekarang aku harus cari orang ini yang sekarang ga tau ada dimana?" Protes ku. Benar. Aku sudah cari Kak Nuzka dimana-mana. Tapi sayangnya ga ketemu. Tapi sekarang apa? Aku dikasih tugas yang benar-benar mustahil diselesaikan?
Tapi,
Kalau mereka tau nama Kak Nuzka.
Artinya, Kak Nuzka selama ini ada disini?
Aku berjalan tak tentu arah. Tentu saja aku tidak tau dimana anak itu! Maksudnya Kakak ku.
Apa ini Kak Nuzka yang aku cari-cari?
Apa ini Kak Nuzka yang sama?
Gimana kalau ternyata beda orang?
Kalau memang ini Kak Nuzka yang aku cari, memang dia tau ke aku? Atau mungkin ingat pada ku?
Tapi disini, dia pakai marga Ikravera. Berarti dia masih keluarga ku.
Kalau memang benar Kak Nuzka Kakak ku. Kenapa Bunda dan Ayah tidak ingat saat aku membahasnya?
"Kau kenapa?" Tanya Ibu penjaga warung yang baru saja ku singgahi. Aku meluruh lelah. Lelah sekali mencarinya. Tapi aku bertekat. Bahkan jika harus mendayung hingga ke berbagai pulang, mengarungi samudra untuk menemuinya, aku akan melakukannya.
Sesayang itu aku dengan Kak Nuzka.
"Aku disuruh kating cari orang yang namanya Nuzka, Bu. Ngeselin banget. Mana aku tau orangnya ada dimana?" Adu ku. Mana lagi waktunya hanya seharian?
"Nuzka? Den Nuzka? Yang mukanya nyeremin tapi ganteng itu?" Tanya Ibu penjaga warung itu. Aku mengangkat kepala ku saat mendengarnya.
"Iya itu Bu! Ibu tau ga?" Tanya ku. Ibu penjaga warung itu menyengir dua jari.
"Tau dong! Anak itu biasanya datang ke sini setiap hari Jum'at. Katanya si Jum'at berkah." Jawab Ibu itu. Aku mengerjapkan mata berkali-kali. Memangnya Kak Nuzka sering begitu, ya?
"Oh, Jum'at, ya, Bu? Yah, sekarang masih hari senin lagi." Aku cemberut saat mengingat hari apa ini.
"Kenapa ga datang lagi hari Jum'at, Den?" Tanya Ibu itu. Aku menggeleng. "Kelamaan, Bu. Itu mah udah lewat kali. Bisa-bisa aku dihukum kalau ga ketemu hari ini juga." Jawab ku.
"Oh, ya sudah, cari aja. Siapa tau Den Nuzkanya lagi ada kelas, Den. Kan, biasa, mahasiswa semester tua lagi sibuk-sibuknya."
"Oh, yaudah deh, Bu. Kalo gitu Raver pergi dulu." Pamit ku. Aku mau nekat sekarang. Nekat pergi ke fakultasnya, mungkin?
Aku melihat pemandangan kampus. Berpikir siapa yang mungkin tau dimana fakultasnya Kak Nuzka. Ini benar-benar urgent bin penting!
Sampai mata ku menangkap siluet seseorang. ITU SANY! Woah! Sepertinya tuhan ingin mempermudah jalan ku kali ini. Mungkin?
"KAK SANY!" Seru ku mengejar anak itu. Beh telinganya sepertinya kesumbat sampai ga dengar aku panggil dia sampai sekeras itu.
"KAK SANY! WOI! Sumpah ya! Telinganya ga tuli, kan?" Aku menangis bombay saat Sany tidak mendengar ku sama sekali. Padahal udah dekat loh!
"WOI KAK SANY! PLEASE LAH!" Sungguh, suara ku mengundang perhatian banyak orang. Membuat ku jadi malu-malu meong, kan!
Aku menatap sengit Sany yang terus berjalan dan menghiraukan ku. Aku melihat ke arah telinganya yang tertutupi rambutnya yang sedikit panjang ternyata sedang disumpal earphone. Wah! Ini biang keroknya ternyata.
Diam-diam aku mengejar Sany yang sudah berjarak. Aku merampas earphone ditelinganya membuat Sany hampir menyikut ku.
"Tu-tunggu!" Aku menahan Sany yang akan menghajar ku. Ia pikir aku orang asing. "Siapa mu?" Tanyanya.
"Ish, aku teman SD-nya Anda. Masa ga ingat?" Tanya ku. Aku menatap kesal Sany yang menyebalkan. "Teman SD-nya Anda?"
"Raver!"
"Oh, Raver. Kukira siapa?" Sany membalikkan badannya sepenuhnya menatap ku dengan pandangan bertanya.
"Ada apa?" Tanyanya. "Kenal orang ini, ga?" Tanya ku balik. Sany membenarkan kaca matanya untuk melihat kertas yang ku sodorkan.
"Nuzka? Oh, anak fakultas Administrasi bisnis. Ya tau lah! Ada apa memangnya? Aku kenal soalnya dia mayan famous disini." Jelas Sany.
"Oh, ini. Aku lagi Ospek, hehe. Ya ngertilah, ya? Thanks Kak Sany!" Aku berlari meninggalkannya. Segera aku berlari sampai didepan fakultas Administrasi bisnis.
Memang benar. Banyak mahasiswa berlalu lalang. Aku mengerucutkan bibir ku bingung. Bagaimana ini?
Sepertinya cap cip cup kembang kuncup siapa yang kena ku tanya ke orang itu.
"Cap cip cup kembang kuncup, siapa yang kena di tanya!" Aku tersenyum saat sudah menentukan orang yang akan ku tanya mengenai Kak Nuzka. Orang itu tengah duduk di pinggir taman sembari serius membaca buku. Sangking seriusnya sampai tidak sadar aku mendekat padanya.
Aku menepuk pundaknya. Posisi ku sekarang berada di belakang punggungnya.
"Permisi." Sapa ku. Tidak ada jawaban sama sekali. Aku pindah ke sebelah orang itu. "Hai! Boleh tanya ga?" Sapa ku lagi. Orang itu mengangkat kepalanya saat menyadari kehadiran orang lain. Orang itu mengangguk tidak menunjukkan wajahnya. Sempat aku bingung kenapa dia tidak menunjukkan wajahnya.
Aku menunjukkan kertas yang ku dapat dari Kakak tingkat tadi. "Kau tau orang dengan nama ini, ga?" Tanya ku. Orang itu mengangkat kepalanya saat sudah membaca sebuah nama dikertas itu.
Orang itu menatap ku. Aku tertahan sejenak melihatnya. "Kau mencari ku?" Tanya orang itu.
Aku mengerjap pelan. Ini benar-benar nyata. Orang yang sama dengan yang ada di dalam mimpi ku.
"K-Kak Nuzka?" Suara ku tertahan. Orang. Itu mengangguk pelan.
"Ya, ada apa?"
IKRAVERA : End
KAMU SEDANG MEMBACA
IKRAVERA [Tamat] ✓
RandomHalilintar as Nuzka. Taufan as Raver. Ini tentang Raver. Betapa sayangnya Raver dengan Kakaknya, Nuzka. Cover by Deviantart : @ashouji