01. Di ambang kehancuran

123 66 17
                                    

"aku lebih baik kehilangan banyak orang tapi tidak dengan kehilangan keharmonisan keluarga, apalagi isi di dalam keluarga itu sendiri"

-Sadewa Arzahel Dirgantara

Di pagi hari yang cerah, Dewa merasakan cahaya yang menembus kelopak matanya itu membuat dirinya mulai terbangun, sebenarnya setelah Dewa selesai melaksanakan sholat subuh Dewa malah ketiduran.

Dewa pun mulai membangunkan Gara yang memang masih tertidur di sebelahnya.

"Gara ayo bangun, ini sudah jam 07.00 nanti kita bisa terlambat untuk pergi ke sekolah nanti" Dewa mulai pun menggoyangkan tubuh Gara agar sang adik cepat terbangun dari tidurnya tidurnya. Dan mulai melaksanakan aktivitas nya yaitu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Setelah Gara merasakan dirinya di bangunkan saat tertidur. Lalu dirinya pun mulai membuka kelopak matanya secara perlahan dan mengedip-mengedipkan untuk menormalkan cahaya yang mulai memasuki pupil matanya.

"Iyaa Abang ini Gara bangun, abang duluan aja mandinya" lalu Gara pun bangun dan menggosok mata nya sembari menguap karna memang masih mengantuk akibat di bangunkan cukup pagi oleh abangnya"

Setelah mereka selesai mandi bahkan sudah memakai seragam dan menenteng tas dengan sebuah kalung name tag leher Gara dan Dewa yang tergantung di sana.

Si kecil Dirgantara pun mulai berlari menuruni tangga untuk pergi ke arah meja makan yang di sana sudah tersedia makanan.

"Selamat pagi mamah papah," ucap Gara dan Dewa secara bersamaan membuat senyuman tersungging di wajah indah Zenna.

"Pagi anak anaknya mamah" Zenna pun mulai tersenyum hangat untuk menyambut kedatangan kedua si kecilnya sembari menyiapkan sarapan ke atas meja.

"Wih nasi goreng kesukaan Dewa," sorak Deewa dengan riang. tidak jarang Zenna memasakan sarapan dengan makanan kesukaan Gara dan Dewa karna melihat senyuman mereka saja membuat Zenna sangat senang.

"Besok masakin ayam kecap ya mah?" Gara mulai menarik piring miliknya yang sudah berisi dengan nasi goreng buatan Zenna.

"Siap jagoannya mamah, nanti mamah masakin ayam kecap kesukaan Gara yang paling enak" Zenna mulai duduk di sebelah Rey yang sibuk dengan makanannya. Sesekali melihat ke arah anak-anaknya yang makan dengan sangat gembira.

"Ganteng banget sih anak anak papah" Rey mulai sedikit menggosok rambut Gara dan Dewa secara bergantian.

"Ish papah jangan di berantakin Gara capek tau rapiin nya" Gara pun mulai mengeluh kepada Rey karna perbuatan sang ayah lah membuat rambutnya yang awalnya rapi tapi malah berantaktan.

Zenna dan Rey yang mendengar keluhan dari Gara pun mulai terkekeh sedangkan Dewa yang melihat Gara marah akibat kelakuan sang ayah. Dirinya pun mulai kembali merapikan rambutnya Gara dengan telaten dan tidak lama sebuah senyuman tersungging di bibir manisnya Gara yang membuat hati Dewa menjadi senang. Baginya kebahagiaan sang adik lah yang paling utama daripada kebahagiaannya.

"Anak papah memang paling perhatian dengan adeknya" Rey yang melihat tingkah lucu Dewa pun mulai menggeleng dan tidak lama mencoel hidung mungil Dewa.

"Iya dong Dewa kan jagoannya papah" ucap Dewa dengan bangga, Dewa memang di kenal anaknya tidak suka mengeluh dan mandiri jadi tidak jarang jika sikap Dewa lebih dewasa di bandingkan Gara.

"Dewa sayang? Nanti mamah sama papah harus bertugas di Australia nanti Dewa sama kakek di Bandung ya sayang?" Ucapan zenna membuat orang-orang yang berada di meja makan itu mulai terdiam bahkan Dewa yang makan dengan lahap dan ceria pun mulai berhenti mengunyah, seakan-akan nafsu makannya telah hilang seketika.

Sadewa -kehilangan masa kecil (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang