Bab 10 𖦆Kasih sayang𖦆

85 50 15
                                    

"setidaknya aku pernah merasakan betapa hangatnya sebuah pelukan di malam hari yang sangat kejam setelah bertahun-tahun aku tidak merasakan hangatnya pelukan itu"

-Sadewa Arzahel Dirgantara

"Bunda Dewa izin pulang ya? Soalnya hari sudah mulai sore" sesudah dirinya merasa puas dan rugas kelompok nya telah selesai Dewa pun memutuskan untuk pulang.

"Malam ini lo nginep di rumah gue" Dewa yang berniat untuk pulang pun mulai mengurungkan niatnya setelah melihat tatapan dingin Baskara yang membuat mentalnya pun menciut.

"Ini atas permintaan bunda Dew" Dewa yang mendengar itu pun mulai mengalihkan pandangan nya ke arah bunda Vina dengan tatapannya yang penuh harapan kepada Dewa.

"Nak Dewa mau kan nginep di rumah bunda?" Terlihat dari mata bunda Vina yang mengharapkan lebih dari Dewa. Tapi Dewa tidak enak jika harus menolak dan mau tidak mau harus mengiyakan permintaan bunda Vina.

"Iya bunda Dewa mau" bunda Vina yang mendengar jawaban Dewa seketika senyum indahnya pun terukir di wajah cantik bunda Vina.

"Kamu malam ini tidur sama Baskara ya sayang?" Setelah Dewa mendengar ucapan bunda Vina pun dan mulai ngiyakan permintaan bunda Vina apalagi tidak ada ekspresi keberatan di wajah Baskara yang membuat Dewa harus menolak permintaan bunda.

Saat Baskara dan Dewa berada di kamar bukannya asik mengobrol melainkan sibuk dengan urusan masing-masing. Baskara yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Dewa yang sibuk duduk di balkon untuk menatap bintang bintang di malam itu dengan sebuah buku diary dan pulpen di atas pangkuan nya.

"Akhirnya aku merasakan apa itu bentuk kasih sayang seorang ibu walaupun dia bukan ibuku" Dewa pun mulai menulis kalimat itu di buku diary miliknya dengan sebuah pulpen.

Sekitar 30 menit Dewa masih saja sibuk menatap para bintang bintang itu dan dirinya malah fokus ke sebuah bintang yang sangat bersinar di antara bintang lainnya.

"Kata orang kalo di malam hari ada bintang yang sangat bersinar bahkan sinarnya berbeda dari bintang lain itu artinya orang yang kita sayang sedang ngawasin kita dari kejauhan ya?" Tiba-tiba Baskara yang mendengar gumaman dari Dewa mulai meletakkan benda pipih itu di atas kasur dan mulai berjalan mendekati Dewa yang duduk di balkon.

"Lo sebenarnya ngeliat apaan sih?" Dewa yang merasakan jika ada seseorang yang duduk di sebelahnya dan mulai mengajaknya berbicara itu pun mulai menyadari jika yang berada di sebelahnya adalah Baskara.

"Cuman bintang, kok lo belum tidur?" Dewa mulai meletakkan buku diary dan pulpennya di sebelah kanannya.

"Lo yakin? Kita kan temanan jadi lo gak mau ngebagi keluh kesah lo ke gue gitu?" Ucapan dari Baskara mampu membuat Dewa terdiam.

"Itu bukan urusan lo Bas" Baskara yang mendengar pertanyaan ketus dari Dewa pun mulai semakin mendekat dan merangkul pundak Dewa.

"Gue tau kita baru pertamakali ketemu tapi lo masih mau raguin tentang pertemanan kita? Gue sudah anggap lo adek gue sendiri dan lo mau gak jadi sahabat gue satu-satunya?" Terdengar kali ini sebuah kalimat tulus yang keluar dari mulut Baskara dan bukan kalimat dengan nada yang dingin yang biasanya Baskara katakan melainkan nada tulus yang jarang sekali Baskara tunjukkan kepada orang lain.

"Gue cuman kangen sama kakek" tiba-tiba rangkulan itu menjadi sebuah senderan bagi Dewa.

"Kakek?" Tanya Baskara.

"Iya kakek gue yang baru meninggal 2 hari yang lalu, lo ingat di mana waktu lo kasih payung ke gue di hari hujan itu? Dan di hari itu di mana sepulangnya gue setelah mengantarkan kakek gue ke tempat peristirahatan terakhirnya" Baskara yang mendengar ucapan dari Dewa hanya bisa diam. Sebenarnya yang Dewa lalui sangatlah berat apalagi jika dirinya lalui dari kecil.

Sadewa -kehilangan masa kecil (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang