17 - Advice

10 1 0
                                    

"Menyukai seseorang yang dekat denganmu adalah hal yang normal, tetapi menginginkan seseorang untuk diri sendiri adalah hal yang egois. Kau harus berani mengambil langkah untuk mencapai tujuan. Kalian tidak akan mendapatkan apapun jika diam saja seperti ini. Namun, dari awal kalian sudah memilih untuk menyerah. Untuk apa sekarang bersedih atas apa yang kalian pilih sendiri?"

Justin dan Elzha yang sedang duduk diam sambil berkali-kali menghela napas panjang di rooftop Stormhigh Guild langsung menoleh ke arah suara. Mereka berdua mendapati Ichi yang berjalan sambil menyentuh pagar sepanjang langkahnya.

"Bahkan sebagai raja dari semua dewa di Olympus, Zeus pun masih harus berusaha jika menginginkan sesuatu. Jika dulu Zeus memiliki banyak kekasih, mungkin kali ini giliran Hera yang akan memiliki banyak kekasih."

Ichi kemudian duduk tepat di tengah-tengah Justin dan Elzha. Sambil tersenyum, gadis itu pun merangkul bahu kedua temannya. "Intinya, apapun yang kalian lakukan pasti memiliki konsekuensinya sendiri. Daripada duduk diam di sini, bukankah lebih baik kita turun dan pergi berkeliling gedung serikat. Setelah sekian lama pergi, mungkin kita akan melihat sesuatu yang menarik di sini. Ayo, berdiri!"

Ichi beranjak lebih dulu, kemudian bersedekap sambil menatap Justin dan Elzha. "Patah hati mungkin menyakitkan, tetapi itu bukan berarti hidup kalian bisa dihancurkan karenanya. Oke?"

Justin dan Elzha lagi-lagi menghela napas panjang. Namun, setelahnya mereka pun mengulas senyum manis.

"Ya, kau benar."

*******

Luke masuk ke kamar Max Thunder sambil memijat kepala bagian depannya dengan sesekali menyibak rambut ke belakang. Pria itu menghela napas yang terasa sesak di dadanya, kemudian duduk di ranjang dan langsung membaringkan tubuh kekarnya. Dia menatap langit-langit kamar sambil tersenyum bahkan ketika air mata turun membasahi kedua pipinya. "Apa jatuh cinta memang harus sesakit ini?"

"Kau berharap terlalu banyak mengenai gadis itu. Kau juga tidak berani bersaing dengan Zeus. Untuk merasakan sakit karena cinta, usahamu saja masih kurang. Berhentilah berlaku seperti ini jika kau benar-benar menginginkan gadis itu. Sekalipun sainganmu adalah raja dewa ataupun raja-raja di tanah kita. Berusaha itu lebih baik daripada diam saja sambil meratapi diri."

Luke reflek bangun dan langsung beradu pandang dengan seorang pria yang selama ini pergi berkelana dan sekarang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"M-Max?!"

Pria tampan berambut pirang usia sekitar empat puluhan itu kemudian mengacak rambut Luke dengan pandangan penuh kerinduan. "Aku sudah bertemu dengan Akira di depan pintu gerbang saat dirinya baru saja akan pergi keluar. Dia meminta maaf padaku karena gagal membuatmu memiliki pendamping seperti Jane. Ya, walau sebenarnya reinkarnasi Hera itu memang sangat cantik dan sesuai denganmu?"

Luke mengusap air matanya, kemudian mengerutkan dahi. "Sesuai denganku?"

Max mengangguk dengan ekspresi wajah yang datar. "Kau menyukai tipe gadis yang seperti itu, kan?"

"Seperti itu?"

Sekali lagi Max pun mengangguk. "Yang seperti ini." Kedua tangan Max melukis di udara, membentuk seperti sebuah biola. Lebih tepatnya bentuk tubuh seorang gadis yang 'ideal' di kebanyakan mata para pria.

Perempatan imajiner pun sontak muncul di kening Luke. "MAX BASTARD!!"

Max yang melihat anaknya mengamuk lantas tertawa lebar. Luke tidak tahan dengan kelakuan ayahnya, dia pun merapal mantra, membuat pusaran angin berisi listrik muncul dengan cepat di tangan kanannya.

"INI UNTUKMU!!"

Candaan yang mengerikan.

Jane yang awalnya berniat untuk menyusul Luke, memilih berdiri di depan pintu saat ayah-anak itu sedang membicarakan tentang Vyache. Ya, memangnya siapa lagi gadis yang disukai Luke sekarang? Elzha, itu dulu. Dirinya, jelas tidak mungkin.

Nineteen Area (THE END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang