Anna menatap gilang yang fokus dengan laptop dipangkuan nya, satu minggu sudah gilang mendiamkan dirinya. Gilang benar-benar berubah menjadi cuek, dan mengabaikan keberadaannya.
Anna sudah berkali-kali meminta maaf, namun tidak ada respon sedikitpun dari gilang. Bahkan gilang tidur dikamar tamu, dia tidak ingin tidur berdua dengan anna.
"Mau aku buatkan kopi?." Tanya anna hati-hati.
Gilang melirik anna sekilas, ia menggeleng pelan. Matanya kembali fokus dengan laptopnya, sebisa mungkin ia tidak menatap mata indah anna. Rasanya ia ingin memeluk anna, menangis di pelukan anna. Dan mengatakan kalau ia benar-benar mencintai anna.
"Kamu boleh ko benci sama aku, memang aku sudah selingkuh dari kamu. Tapi percayalah aku melakukan itu saat aku masih dibutakan cinta, tapi sekarang aku sadar. Aku sudah mencintai kamu." Ucap anna, ia duduk disamping gilang.
Gilang diam mengetik di laptopnya, ia perlahan menatap anna yang ternyata sudah menangis. "Apa saja yang sudah kamu lakukan bersama pria itu?, selain be-berciuman?." Tanya gilang, diakhir ia merasakan napasnya berhenti.
Anna menunduk ia meremas bajunya. "Aku tidak melakukan hal lebih, aku berci----"
"Kenapa kamu melakukan itu?, gue emang kasar. Tapi gue enggak pernah selingkuh dari, lo." Teriak gilang.
Anna mengangguk takut. "A-aku k-khilaf. A-aku----"
BRAK.
Pintu kamar dibuka paksa dari luar, anna dan gilang menoleh menatap abri---papa anna. Yang menatap anna dengan penuh kebencian, dan kemarahan.
"ANAK SIALAN!, KENAPA KAMU MEMPERMALUKAN KELUARGA KAMU SENDIRI. KENAPA KAMU MENGKHIANATI SUAMIMU?." Marah abri. Didepan wajah anna, tangannya mencengkram pundak anna. "KAMU SUDAH MEMBUAT PAPA KAMU MALU, KAMU SUDAH MEMBUAT PAPA MERASA GAGAL JADI ORANGTUA!."
Anna hanya menangis tersedu-sedu, ia mengaku salah. Memang ia pantas diperlakukan seperti ini, ia sudah mempermalukan keluarganya, suaminya. Dan dirinya sendiri.
PLAK
PLAKAbri menampar keras pipi anna. "MATI KAU!. ANAK YANG TIDAK TAHU DIUNTUNG, SUDAH DIBERIKAN KEPERCAYAAN MALAH DISIA-SIAKAN." Bentak abri.
"Astaga! Mas jangan sakiti anak kita." Teriak inara, yang baru datang, dan langsung memeluk tubuh anna erat.
"INARA JANGAN SENTUH WANITA MURAHAN INI, DIA BENAR-BENAR MEMPERMALUKAN KELUARGANYA SENDIRI." Abri mendorong anna, sampai pelukan ibu dan anak itu terlepas. Abri kembali menampar, bahkan memukul anna.
"H-hiks m-maaf." Isak anna.
"MAS STOP! ANNA ANAK KITA, TOLONG JANGAN SAKITI ANNA." Teriak Inara, sambil menangis dan berusaha menepis pukulan suaminya.
Gilang diam, ia menatap anna yang terlihat kesakitan. Dadanya naik turun, napasnya tidak teratur, ia kecewa dengan anna. Tapi, ia tidak tega dan rela anna dipukuli seperti ini.
"SIALAN! KAM----"
"STOP!." Teriak gilang, menahan tangan mertuanya yang hendak menampar anna. "Sudah cukup, anna masih istri saya." Lanjutnya. Sambil membopong tubuh anna yang sudah lemas, dan sudah tidak sadarkan diri.
***
Anna menatap gilang yang sedang menyuapinya bubur, anna terus tersenyum melihat gilang yang sudah memaafkan nya. "Makasih udah mau maafin aku." Ucap anna tulus.
Gilang menatap anna, ia menaruh piring bubur di meja kecil samping tempat tidur. "Ya, dengan syarat kamu harus patuh sama aku." Ucap gilang.
Anna mengangguk pelan. "Ya, aku akan patuh sama kamu." Ucap anna. Walaupun perasaannya sedikit tidak enak. Melihat senyuman misterius gilang.
Gilang mendekati kuping anna. "Kamu pikir, kamu bisa lepas begitu saja, kamu akan merasakan hidup tertekan. Sama seperti dulu, sebelum aku membebaskan kamu. Sampai kamu bisa selingkuh dari aku." Bisik gilang.
Anna merinding, ia mendorong pelan gilang. "Aku mau istirahat." Anna berusaha menghindari ucapan gilang.
Gilang mengangguk. "Ya, kamu harus banyak istirahat." Ucap gilang, ia menarik selimut menutupi setengah tubuh anna. Menatap anna yang langsung memejamkan matanya, berbagai rencana mulai tersusun di otaknya.
Gilang mengambil jaketnya, menyisir rambutnya. "Aku mau ke rumah teman aku dulu, kamu dirumah aja." Ucap gilang.
Anna membuka matanya menatap gilang takut. "Jangan pergi, aku takut sendirian dirumah." Pinta anna.
Gilang kembali menghampiri anna, ia mencium singkat bibir anna. "Cuma sebentar, handphone kamu harus selalu aktif." Gilang langsung memencet video call ke handphone nya.
"Tap----"
"Aku pergi dulu." Gilang langsung pergi dari kamarnya, tidak lupa ia mengunci kamarnya. Ia akan mengurung anna untuk sementara waktu.
Gilang sesekali melirik ke handphonenya, melihat wajah cemberut anna di layar handphone. Ia berusaha menahan untuk tidak tersenyum, ia benar-benar gemas. "Cih!. Dasar wanita nakal, berani-beraninya dia memenuhi isi pikiran gue." Gumam gilang.
"Sayang pulang dong." Rengek anna.
Karena tidak tega, ia langsung putar balik, sebenernya ia ingin menemui angga. Ia ingin meminta penjelasan semuanya, mungkin lain waktu saja. Ia juga tidak tega meninggalkan anna yang masih dalam kondisi belum sepenuhnya baik.
Gilang masuk kedalam kamar, menatap anna yang masih cemberut. "Kalau kamu enggak mau aku pergi, maka sebagai gantinya. Kamu harus membuat aku senang." Bisik gilang, ia langsung mencium bibir anna rakus. Dan mere melakukan lagi, kali ini gilang cukup kasar, sebagai hukuman anna yang sudah berselingkuh darinya.
***
Gilang asik main game di handphonenya, di pangkuannya anna yang asik nonton TV. Mereka sama-sama sibuk dengan tontonan mereka masing-masing. Gilang yang bosan main game, ia melempar asal ponselnya. Menatap anna dari samping.
"Mending kita bikin anak." Ajak gilang santai.
Anna melotot sempurna, ia mencubit pinggang gilang. "Kamu enggak capek, apa. Tadi malam kita----"
"Tidak ada kata capek, yuk. Bikin, yuk." Ajak gilang, wajahnya memelas. Supaya anna luluh.
Anna menggeleng ia mencium pipi gilang. "Aku masih lemas, aku enggak mau." Tolak anna.
Gilang mendengus kesal, ia memainkan rambut anna. Entahlah ia benar-benar bosan, anna sangat susah melakukan sesuatu yang ia inginkan. Sebenarnya ia bisa memaksanya, tapi. Ia tidak mau anna tidak menikmati.
"Kamu koas masih lama, ya?." Tanya gilang. Sebenarnya ia tidak ingin anna menjadi dokter, ia ingin anna diam dirumah. Mengurus anak-anak mereka.
Anna mengangguk. "Ya, kenapa emangnya?." Tanya balik anna.
"Kalau nanti kamu hamil, sebelum kamu jadi dokter. Apa kam----"
"Aku belum siap hamil, aku benar-benar belum siap. Aku takut jadi ibu yang gagal." Potong anna cepat.
Gilang tersenyum hambar, ia mengangguk pelan. "Sebenarnya aku pengen punya anak, aku mau rumah kita ramai. Suara-suara bayi nangis, suara teriakan anak-anak menyambut aku pulang kerja." Lirih gilang.
Anna diam membisu, ia menatap wajah gilang yang kecewa dengan ucapannya. "Makan siang nanti kamu mau apa?, nanti aku masakin?." Tanya anna. Mengalihkan pembicaraan.
Gilang tersenyum tipis, ia tahu anna tidak ingin membahas soal anak. "Apa aja." Jawab gilang.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Gilang is a possessive CEO
Teen FictionCEO pria yang sangat bucin, cemburuan terhadap kekasihnya yang masih kuliah semester terakhir. Anna yang harus menghadapi sikap kekasihnya yang sangat cemburuan dan posesif, ia harus bersabar demi ketenangannya batinnya. Disaat anna mencintai kekasi...